Quraish Shihab: Kalau Nasab Masih Nyambung ke Nabi, Mestinya Akhlak Jadi Cerminan

367
Quraish Shihab. (Foto: Istimewa)

Jakarta, Muslim Obsession – Ulama tafsir Prof Muhammad Quraish Shihab menyatakan, mestinya kalau mengaku masih punya jalur nasab ke Nabi Muhammad, maka akhlaknya pun harus menjadi cerminan dengan mengikuti akhlak yang dicontohkan Nabi.

“Garis keturunan ini mestinya mengikuti jalur kakek-kakeknya ini, mengikuti jalur Nabi, yang menyebarkan toleransi, yang menyebarkan akhlak,” kata Prof Quraish Shihab dalam YouTube Najwa Shihab dikutip Sabtu (13/5/2023).

Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) itu menyayangkan dengan sebagian orang yang mengaku sebagai habib, tapi akhlaknya belum mencerminkan nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Dengan demikian Prof Quraish menilai jika demikian justru akan menodai citra keturunan Nabi sebagai generasi yang seharusnya berakhlak luhur.

“Apa yang terjadi sekarang itu, sebagian kecil orang bisa membuat citra yang negatif. Kemudian disambut oleh yang lain dengan cara yang tidak sesuai juga sehingga terjadi apa yang dinamakan ribut-ribut itu,” ucap Prof Quraish.

Prof Quraish mengutip salah satu ucapan Ali bin Abi Thalib ra yang berbunyi, Bukanlah seorang kesatria mereka yang mengatakan, ‘Inilah ayah saya.’ Tapi seorang kesatria adalah mereka yang mengatakan, ‘Inilah saya’.

Prof Quraish sendiri adalah salah seorang habaib yang tak pernah mau dipanggil habib. Ia merasa dirinya belum mencintai masyarakat sehingga masyarakat juga mencintainya.

Sementara dalam pandangannya, seorang yang ‘layak’ dipanggil habib adalah keturunan Nabi yang mencintai masyarakat dan masyarakat juga mencintainya.

“Kalau cuma mau dicintai, (tapi) tidak mau mencintai, ya bukan habib itu dong,” tegas Prof Quraish.

“Saya sendiri diajarkan oleh ayah, ‘Tidak usah kamu yang berkata dirimu habib. Tidak usah kamu yang mengatakan dirimu, ‘Saya profesor, saya doktor.’ Biar dari kegiatanmu orang berkata, oh ini wajar dinamai habib. Ini wajar jadi profesor,” terangnya.

Menurut Prof Quraish, keturunan Rasulullah telah diberi anugerah nasab yang luhur, maka ia berkewajiban untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam dirinya seperti bersikap lemah lembut dalam berdakwah.

“Kalau kewajiban itu tidak terpenuhi, maka garis keturunan yang dimilikinya tidak akan ada artinya,” ujar penulis kitab Tafsir Al-Misbah ini.

Prof Quraish pun mengisahkan kisah putra Nabi Nuh yang bernama Kan’an. Sebagai putra seorang nabi, seharusnya Kan’an mencerminkan akhlak seperti orang tuanya. Tapi kenyataan berkata lain karena putra Nuh itu justru tidak mau beriman kepada Allah sehingga memperoleh siksa.

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here