Quraish Shihab: Istilah Shalat Tarawih Tidak Ada Pada Zaman Nabi

740
Prof. Quraish Shihab dan Najwa Shihab dalam Shihab & Shihab.

Jakarta, Muslim Obsession – Pada bulan Ramadhan, umat Islam banyak melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah di masjid-masjid. Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang waktunya dikerjakan setelah shalat isya.

Namun tahukan kalian bahwa sebenarnya istilah shalat tarawih tidak ada pada masa Nabi. Namun praktiknya tetap ada, dahulu Nabi menyebutnya shalat malam, atau qiyamul lail.

Mendirikan malam Ramadhan dengan memperbanyak shalat sangat dianjurkan karena dalam hadits disebutkan:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه

“Barangsiapa bangun (shalat malam) di bulan Ramadan dengan iman dan ihtisab, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah mengerjakan shalat malam beberapa kali di masjid, dan sisanya di rumah. Ini menunjukkan bahwa pengerjaan shalat malam, atau yang sekarang disebut shalat tarawih, sangat fleksibel dan disesuaikan dengan kondisi kita masing-masing. Bisa di rumah bisa di masjid secara berjamaah.

Prof. Quraish Shihab dalam program Shihab dan Shihab menjelaskan istilah tarawih muncul setelah masa Nabi. Shalat tarawih berjamaah di masjid dengan satu imam dilakukan pertama kali pada masa Umar bin Khattab.

Menurut Umar, alangkah baik dan bagusnya bila shalat tarawih dilakukan dalam satu masjid dengan satu imam. Untuk mewujudkan ide ini, Umar menunjuk Ubay bin Ka’ab sebagai imam. Dalam hadits riwayat al-Baihaqi dijelaskan jumlah rakaat shalatnya waktu itu dua puluh rakaat.

“Ketika shalat malam dilakukan para sahabat di masjid, dan diikuti oleh banyak ulama setelahnya. Shalat yang mereka lakukan sangat lama, sehingga mereka butuh istirahat setelah selesai salam pada masing-masing shalat. Karena mereka seringkali istirahat pada masing-masing shalat, akhirnya dinamai shalat ini dengan shalat tarawih,” terang Quraish.

Tarawih secara bahasa artinya istirahat. Orang pada masa dulu istirahat sebentar setelah salam sebelum melanjutkan shalat berikutnya.

“Dari sejarah dan makna tarawih ini, kita bisa memahami bahwa Nabi Muhammad, Sahabat, dan ulama terdahulu, melakukan shalat malam dalam waktu yang lama. Ini menunjukkan keseriusan mereka dalam mendirikan malam Ramadhan. Saking lama dan melelahkan, mereka istirahat setelah dua atau empat rakaat.”

Dari sini bisa dipahami, shalat tarawih yang baik adalah shalat yang lama. Aisyah pernah mengatakan, “Jangan kalian tanya berapa lama shalat Nabi”.

“Jadi kita tidak perlu mempermasalahkan apakah shalat tarawih yang benar itu 8 atau 20 rakaat. Masing-masing bagus, selama mempertahankan substansi dari shalat malam itu sendiri,” jelasnya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here