Quraish Shihab: Dakwah Keturunan Rasul Tidak Mengenal Hinaan dan Cacian

814
Prof. Quraish Shihab.

Jakarta, Muslim Obsession – Ulama Tafsir Indonesia Prof Muhammad Quraish Shihab menegaskan bahwa sebagai keturunan Rasulullah Saw, seorang habib harus mencerminkan dan neniru cara dakwah Nabi yang dikenal santun dan beradab.

Hal ini juga yang dilakukan oleh para wali dari keturunan Rasulullah yang menyebarkan Islam di Nusantara. Islam berkembang pesat di Indonesia karena para Habib berdakwah dengan cara-cara yang sejuk. Tanpa cacian dan hinaan.

“Jadi, (mereka) tidak mengenal kekerasan, tidak mengenal makian. Nah, inilah yang berlanjut. Mereka berdakwah di sini (Nusantara) sampai meninggalkan keluarga (anak cucu),” terangnya dalam bincang santai dengan putrinya, Najwa Shihab, di kanal YouTube Najwa Shihab.

Lebih lanjut, alumnus Pesantren Darul Hadis Al-Faqihiyah Malang, Jawa Timur itu memaparkan, keturunan Nabi yang datang ke Nusantara untuk berdakwah adalah dari Hadramaut di Yaman, baik dari kalangan Alawiyin ataupun non-Alawiyin.

Penulis Tafsir Al-Misbah itu menilai bahwa yang membuat dakwah mereka sukses di Nusantara adalah metodenya yang tidak menggunakan kekerasan. Cara inilah yang membuat misi mereka berhasil kendati komunikasi dengan pribumi belum maksimal karena saat itu belum menguasai bahasa setempat.

“(Saat itu) mereka tidak bisa berbahasa daerah (Indonesia), tapi bagaimana mereka bisa mempengaruhi masyarakat melalui akhlaknya,” terangnya.

Berkaca dari itu, Prof Quraish berpesan agar tidak sembarangan menggunakan gelar habib, kendati seseorang masih memiliki hubungan nasab dengan Rasulullah. Karena di balik ‘gelar habib’ ada tanggung jawab moral yang berat.

Berkaitan dengan itu, dia mengutip nasihat Habib Abdullah al-Haddad, “Jangan memakai pakaian kebesaran habib kalau akhlakmu tidak mencerminkan itu, karena karena (bisa) berdampak negatif, buruk.”

Salah satu ciri khas dakwah habib lainnya menurut Prof. Quraish adalah tetap mengedepankan sifat tawadhu, kendati memiliki, misalnya, jasa besar dalam mengislamkan masyarakat Nusantara.

Mereka tetap berprinsip bahwa keberhasilan tersebut datang dari Allah, sementara dirinya tidak memiliki kuasa apapun soal hidayah (petunjuk). (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here