Potret Kehidupan Guru Prasejahtera di Desa #SahabatGuruIndonesia

876
Dedi Mulyadi bersama murid-muridnya di SD Negeri Pasirlancar 2.

Selama menjadi guru honorer di sekolah negeri, Dedi hanya mengantongi gaji 12 ribu rupiah per hari atau bila ditotal 300 ribu per bulan. Namun, gaji tersebut terkadang tak selalu ia terima per bulannya. Seringkali, Dedi menerima gajinya per tiga bulan sekali karena biaya operasional sekolah yang tidak turun.

Setiap harinya, Dedi mengajar di SDN Pasirlancar 2 sejak pukul 7 pagi hingga 1 siang. Di sela waktunya ini terkadang ia juga merangkap mengajar di sekolah lain yang tak jauh dari SD. Di sana Dedi menerima upah Rp 5 ribu per jam ia mengajar. Walau gajinya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ia mengaku tetap bersyukur.

“Ibu, istri, dan anak tahu pekerjaan dan gaji saya, tapi mereka menerima, bahkan sangat mendukung,” sebut Dedi.

Pada 25 November lalu, Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui program “Sahabat Guru Indonesia” merayakan Hari Guru Nasional dan mengapresiasi para guru di Indonesia. Direktur Program ACT Wahyu Novyan mengatakan, pemberian beaguru untuk guru prasejahtera merupakan implementasi program Sahabat Guru Indonesia.

Melalui program ini, ACT mengajak masyarakat luas untuk ikut memberikan apresiasi terbaiknya bagi guru prasejahtera namun tetap memiliki prestasi yang membanggakan bagi sekolah dan muridnya.

“ACT sangat mengapresiasi kehadiran guru-guru berdedikasi tinggi di Indonesia, mereka telah mengabdikan diri bagi pendidikan dan kemajuan zaman, meski dengan pendapatan rendah,” ungkap Wahyu.

Potret lainnya hadir dari MI Malnu Cikarang, Desa Pasirlancar, Kecamatan Sindangresmi, Pandeglang. Para guru umumnya berpenghasilan Rp 400 ribu per bulan. Penghasilan mereka pun diterima setiap enam bulan sekali.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here