Potret Kehidupan Guru Prasejahtera di Desa #SahabatGuruIndonesia

867
Kehidupan guru-guru di pelosok Tanah Air sungguh miris. Selain gaji sangat minim, juga berhadapan dengan fasilitas sekolah yang jauh dari layak.

Pandeglang, Muslim Obsession Bertepatan dengan Hari Guru Nasional 25 November, Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan program “Sahabat Guru Indonesia” sebagai bentuk apresiasi tertinggi kepada para pahlawan tanpa tanda jasa Indonesia.

Beberapa guru dari berbagai daerah dihadirkan dalam peluncuran program tersebut. Potret kehidupan para guru pun menjadi catatan refleksi bagi pendidikan di Indonesia.

Baca juga:

ACT Apresiasi Pengabdian Guru Prasejahtera Lewat Program Sahabat Guru Indonesia

ACT Distribusikan 55 Ton Beras untuk Pesantren Prasejahtera

Dirikan Indonesia Medical Clinic, ACT Layani Ratusan Korban Konflik di Gaza

Dedi Mulyadi (37) merupakan salah satu guru prasejahtera yang mendapatkan apresiasi dari ACT berupa beaguru. Sudah 12 tahun Dedi menjadi guru honorer di kampungnya. Pekerjaan itu ia jalani walau dengan pendapatan rendah.

Alasannya sederhana: sudah menjadi cita-cita Dedi untuk membangun pendidikan di desanya. Lokasi sekolah berada cukup jauh dari jalan utama Kecamatan Sindangresmi, Kabupaten Pandeglang.

Hal ini karena, jalan berlapis tanah dan berbatu tajam menyulitkan mobil bergerak. Sejak 2007, Dedi telah mengabdikan diri untuk pendidikan di kampung kelahirannya itu. Walau gajinya tak terlalu besar, Dedi mengaku menikmati pekerjaannya.

“Bapak saya dulu 20 tahun jadi guru di sini, jadi saya juga ingin meneruskan pekerjaan bapak, yaitu jadi guru di kampung sendiri. Walau selama ini honorer pun ya tak apa, yang penting anak-anak di kampung ini bisa terus sekolah,” ungkap Dedi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here