Pondok Pesantren Muhammadiyah sedang Booming, Ada 419 se-Indonesia

914

Muslim Obsession – Di tahun 2022, jumlah Pondok Pesantren Muhammadiyah mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Dari 67 pada tahun 2010 menjadi 419 pondok pesantren se-Indonesia.

“Sehingga jika ada orang mengatakan terjadi booming atau ledakan pesantren Muhammadiyah di sana-sini, baik di desa, di kota, di Jawa, maupun di luar Jawa itu bukan pernyataan yang mengada-ada dan bukan hoax,” ungkap Ketua Ittihadul Ma’ahid Al Muhammadiyah (Itmam) KH Yunus Muhammadi, dikutip dari hajinews.id., Selasa (19/7/2022).

Kiai Yunus, sapaanya, menambahkan, perkembangan pesantren Muhammadiyah tidak hanya secara kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif.

Ada perkembangan yang sangat luar biasa dengan semakin banyaknya pesantren Muhammadiyah yang terpaksa menolak sebagian pendaftar karena keterbatasan sarana dan prasarana.

Dia melanjutkan, “Saya tidak bermaksud mengajak Njenengan untuk bangga karena telah menolak sebagian pendaftar. Menolak itu termasuk hal yang tidak terpuji.”

“Lalu kenapa menolak? Karena memang terpaksa. Insyaallah kepercayaan warga Muhammadiyah terhadap pesantren Muhammadiyah sudah muncul dengan sangat luar biasa,” tambahnya.

Problem Pondok Muhammadiyah

Menurut Kiai Yunus ada beberapa masalah terkait penyelenggaraan pesantren Muhammadiyah di Indonesia. Masalah pertama adalah belum terpadunya antara sekolah formal dan sekolah pondok.

Kyai Yunus juga mengatakan bahwa pondok yang tidak terpadu tidak akan berkembang.

“Jika kita jumpai ada pesantren Muhammadiyah yang belum terpadu, selalu kita motivasi. Pondok Njenengan ini pondok setengah-setengah. Pondok itu jika tidak terpadu secara total, hasilnya juga setengah-setengah. Maka dari itu saya sampaikan kepada mereka, pondok jika ingin maju harus direformasi, kalau perlu revolusi menjadi pondok terpadu,” tegasnya.

Menurutnya, masalah kedua yang masih sering di jumpai di beberapa pesantren Muhammadiyah adalah berkaitan dengan struktur organisasi pesantren (SOP). SOP disusun guna mencapai tujuan yang diharapkan oleh suatu pesantren.

“SOP untuk kepala sekolah dan direktur tidak boleh sejajar dan perlu membangun kekompakan yang luar biasa,” tegasnya.

Masalah ketiga adalah kurikulum. Menurut dia ada dua model pesantren, yaitu pertama, model terpisah.

“Di mana pembelajaran formal dilaksanakan pada pagi hari dan pembelajaran khas pesantren dilaksanakan pada sore hari secara terpisah,” jelasnya.

Model kedua adalah model terintegrasi atau terpadu. Yakni pembelajaran formal dan khas pesantren dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu paket.

Kiai Yunus menerangkan, pada model pertama, seringkali materi pesantren dinomorduakan dan hanya dianggap sebagai pelengkap.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dan kedisplinan siswa dan ustadz atau ustadzah di pagi hari tinggi, sedangkan di sore hari rendah. Testing materi formal siswa tinggi, sedangkan testing untuk materi pesantren tergolong rendah.

“Dan kalau datang ke pesantren, saya merekomendasikan untuk memberi jam pelajaran agama atau khas pesantren yang proporsional. Paling tidak 22-24 jam per peka (model kedua). Kita tidak ingin ada satu pesantren Muhammadiyah menuju kultur yang ujung-ujungnya pengurangan jam pelajaran khas pesantren,” tuturnya.

Kiai Yunus menyampaikan masalah di bidang kurikulum berikutnya, yaitu mengenai rapor siswa. Dia masih merasakan adanya diskriminasi kepada materi pesantren.

Salah satunya masalah rapor. Tampilan fisik rapor formal jauh lebih bagus dibandingkan rapor pesantren.

“Nilai yang dicantumkan di rapor pondok adalah nilai apa adanya. Testing mendapat nilai 10 ditulis 10. Testing mendapat nilai 2 ditulis 2 di rapor. Apa adanya sesuai dengan jiwa pesantren, sehingga akan memberikan efek bagi siswa untuk belajar lebih giat agar mendapat rapor pondok yang bagus,” tegasnya.

Di akhir stadium general, Kiai Yunus mengatakan penerapan Kurikulum Merdeka saat ini memberikan kesempatan yang lebih luas bagi tiap satuan pendidikan untuk mengembangkan muatan lokal yang sesuai dengan ciri khas pesantren.

Dia juga memberikan apresiasi kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek yang telah memberi perhatian dan fokus yang luar biasa kepada MBS Trenggalek selama kurang lebih enam tahun sehingga bisa berkembang pesat seperti saat ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here