Politik Harus Dikembalikan Pada Harkatnya

1030

Oleh: Anding Sukiman (Ketua PW Parmusi Jawa Tengah)

“Saya ingin mengembalikan politik pada harkatnya, bahwa politik sebagai perjuangan, politik untuk melayani masyarakat, dan politik sebagai jalan menuju keadilan sosial”.

Statement Sudirman said di awal pencalonannya ternyata tidak main-main. Pada Ahad, 8 April 2018 bertempat di Hotel Patra Jasa, calon gubernur dari Kampung Slatri, Brebes, tersebut menandatangani Kontrak Sosial Politik yang berisi 4 poin utama. Yakni, menjadi pemimpin rakyat, melakukan penguatan rakyat, mendengar aspirasi rakyat, dan berkomitmen untuk merealisasikan 22 program janji kerja.

Penandatanganan tersebut dilakukan di hadapan 650 relawan lintas jaringan dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah, perwakilan parpol pengusung serta dari Tim Pemenangan. Tonggak sejarah bagi Jawa Tengah, di tengah sikap apatis masyarakat terhadap politik, muncul kembali calon pemimpin yang bukan hanya sebatas berjanji, tetapi berani menandatangani kontrak politik dengan rakyat sebagai bukti kesungguhan dan komitmennya.

Selain kontrak sosial, seluruh jaringan relawan di Jawa tengah juga melakukan ikrar bersama membulatkan tekad, untuk tetap berjuang dengan ikhlas, menjalin sinergitas, mengedepankan etika dalam berpolitik, demi terwujudnya JATENG MUKTI TANPA KORUPSI.

Sebagai bentuk nyata dari ikrar tersebut, relawan pendukung Sudirman Said dan Ida Fauziah meluncurkan program Gasebu (Gerakan Donasi 10 Ribu), sebuah gerakan saweran, partisipasi berbasis kesadaran dan swadaya untuk melakukan gerak perubahan bagi Jawa Tengah.

Tekad Pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziah untuk MBANGUN JATENG MUKTI BARENG satu persatu mulai direalisasikan, bahkan sejak awal masa kampanye. Slogan Jateng mukti tanpa korupsi diterapkan pada bentuk mengkonversi kampanye konvensional yang sarat dengan money politic menjadi kampanye berbasis jaringan organisasi, pendidikan politik, penyadaran pola pikir dan semangat kewirausahaan. Di mulai dari gerakan majelis desa, rembug reboan, hingga gerakan kemandirian ‘oke oce ayo obah’. Dan komitmennya untuk menjadi ‘Gubernurnya Wong Cilik’ ia buktikan lewat pendatanganan kontrak politik.

Sebuah fenomena menarik, revolusi budaya politik yang patut di apresiasi. Gaungnya bagaikan bola salju yang kian membesar, dimana rakyat dari seluruh penjuru Jawa Tengah mulai bangun dari tidur panjangnya, bergerak secara mandiri dan swadaya, membentuk kantong-kantong relawan, mengambil peran aktif dalam gerak perubahan.

Semoga membawa kemajuan bagi Jawa Tengah. Mbangun Jateng Mukti Bareng, menciptakan masyarakat makmur, sejahtera dan berkeadilan, TANPA KORUPSI.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here