Pesan Syawal UBN: Jauhi Maksiat dan Jangan Putuskan Silaturahmi

626

Jakarta, Muslim Obsession – Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) menyampaikan pentingnya menjaga diri dan keluarga dari dosa maksiat dan memutuskan tali silaturahmi.

Hal tersebut disampaikan UBN  saat menerima kunjungan silaturahmi wartawan dari berbagai media di kediamannya di Duren Sawit , Jakarta Timur, Selasa (10/5/2022).

Lebih lanjut UBN mengatakan, dua dosa tersebut apabila dilakukan akan langsung terasa akibatnya oleh kita.

“Contoh, jika kita berbuat maksiat maka, pasangan kita (istri) akan merasakan apa yang dilakukan oleh suaminya. Begitu juga ketika kita memutuskan tali silaturahmi akibatnya akan kita langsung rasakan,”jelasnya UBN.

UBN yang menyelesaikan studinya di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi menekankan jangan sampai kita melakukan dosa. Penting untuk terus menjaga hati dengan dzikir dan  berinteraksi dengan Al-Quran setiap waktu.

“Terus sucikan dan bersihkan hati. Agar apa-apa yang kita sampaikan tidak ada niat lain selain untuk menjalankan seluruh perintah Allah,” tandas UBN.

Pada kesempatan tersebut, UBN juga menegaskan pentingnya posisi jurnalis. Menurutnya, seorang jurnalis dapat berperan membersihkan kotoran-kotoran informasi. “Posisi antum ini penting. Strategis dalam menjaga umat dari perpecahan,” ungkap UBN.

Untuk mencegah perpecahan di kalangan umat, UBN menekankan pentingnya bertabayun dan menjaga silaturahmi.

“Perpecahan itu terjadi di mana saja. Bukan hanya antum (jurnalis), di tingkat ulama juga terjadi,” kata UBN.

Dijelaskan UBN, bersilaturahmi merupakan perkara penting yang diperintahkan Allah. Bahkan memutuskan tali silaturahmi adalah salah satu dosa besar selain berzina.

Untuk itu, UBN mengapresiasi langkah sejumlah jurnalis muslim yang melakukan silaturahmi ke ulama. UBN berharap silaturahmi ini terus dilanjutkan di luar momen Idul Fitri.

“Silaturahmi media merupakan bentuk bertaqarub. Perintah Allah. Diantara perintah Allah adalah bersilaturahim,” jelasnya.

Mencegah perpecahan dinilai UBN bukan perkara mudah. Dibutuhkan kedewasaan, dibutuhkan kelapangan hati menyikapi perbedaan.

“Koreksi diri saja. Kalau kita sebagai perekat, jika masih mudah memecah yang tidak bisa akan menyatukan,” ujar UBN. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here