Peringatan Maulid 7 Negara, Menag Singgung Karikatur Nabi

755

Jakarta, Muslim Obsession – Menteri Agama RI Fachrul Razi mengajak semua umat muslim agar terus memperkokoh silaturahim dan ukhuwah atau persaudaraan antar bangsa.

Ajakan ini disampaikan Menag pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw tahun 2020 yang digelar secara daring oleh Masjid Istiqlal dan masjid utama negara Asia Tenggara serumpun.

Peringatan ini diikuti oleh para tokoh dari tujuh negara. Selain Indonesia, ikut bergabung peserta dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, dan Timor Leste. Hadir juga, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, Ahli Tafsir Indonesia Prof. Dr. KH Quraish Shihab sekaligus sebagai penceramah, dan Kepala Bidang Penyelenggaran Peribadatan Masjid Istiqlal KH Bukhori Sail Attahiri, MA.

Gelaran maulid Nabi ini mengusung tema “Memperkokoh Silaturahmi dan Ukhuwah Islamiyah antar Bangsa”.

“Selaku Menteri Agama Republik Indonesia dan ketua badan pengelola masjid Istiqlal, saya menyambut baik dan memberikan apresiasi atas inisiatif penyelenggaraan maulid Nabi Muhammad Saw dalam upaya memperkokoh silaturrahim dan ukhuwah Islamiyah antar bangsa, khususnya melalui masjid utama negara Asia Tenggara serumpun,” kata Menag, di Jakarta, Kamis (12/11).

Disampaikan Menag, kawasan Asia Tenggara dengan wilayah dan populasi penduduk muslim yang besar harus dapat memberikan kontribusi nyata bagi kebangkitan peradaban Islam dan kemanusiaan.

Model keberislaman di Asia Tenggara, yang diawali dengan masuknya Islam secara damai di kawasan nusantara, dapat menjadi model bagi kehidupan keagamaan yang damai, toleran, dan menghargai keragaman.

“Di sini, relasi agama dan budaya lokal terjalin dengan baik, tanpa pertentangan apapun,” kata Menag.

Menag juga menyampaikan bahwa semangat merajut silaturrahim dan ukhuwah melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw tahun ini menemukan momentumnya, karena berlangsung di tengah kegaduhan dunia Islam dalam menyikapi kontroversi gambar karikatur Nabi Muhammad Saw. “Umat Islam harus mengambil langkah bersama yang strategis dan terukur, agar penistaan terhadap simbol-simbol keagamaan dapat dihentikan,” tambah Menag.

Akan tetapi, lanjut Menag, bila itu terjadi karena ketidaktahuan mereka tentang sosok Nabi Muhammad Saw, maka sudah seharusnya dikenalkan sosok beliau dengan segala kemuliaan akhlaknya, melalui berbagai media dan saluran. “Kesalahpahaman mereka, boleh jadi, juga karena ketidakmampuan kita sebagai umat Nabi Muhammad Saw dalam menampilkan akhlak dan kepribadian sesuai ajarannya. Oleh karenanya, mari kita tegakkan akhlakul karimah di segala bidang kehidupan,” ajak Menag.

Namun, tegas Menag, bila itu dilakukan atas dasar kesengajaan, dengan mengatasnamakan kebebasan berekspresi, ummat perlu bersuara dengan lantang bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai hak asasi manusia, termasuk dalam kebebasan berekspresi. Tetapi, dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara bertanggungjawab, tidak dengan melanggar hak asasi orang lain, apalagi sampai melukai perasaan umat beragama.

Menag berharap sinergi antara masjid utama negara Asia Tenggara serumpun dapat terus lebih ditingkatkan, khususnya melalui program nyata dalam meningkatkan kemampuan di bidang pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan ekonomi umat.

Sebelumnya, Imam besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, menyampaikan bahwa masjid bukan hanya sebagai tempat peribadatan umat muslim, namun bisa menjadi pemersatu, baik secara formal maupun informal, untuk mewujudkan umat yang toleran.

Nasaruddin Umar, menceritakan bahwa masjid dimasa Rasulullah Saw layak dijadikan sebagai contoh. Masjid Rasulullah berfungsi bukan hanya sebagai tempat peribadatan, namun juga sebagai pusat pemberdayaan umat.

Dijelaksan Nasaruddin Umar, saat ini di Indonesia kurang lebih ada 800ribu masjid, belum termasuk mushalla, langgar, dan surau. Masjid berada di tengah umat, tempatnya strategis. Di masa Rasulullah, masjid bisa menjadi rumah sakit, penjara/tawanan perang, kantor pengadilan, rumah pendidikan, keterampilan, dan kelas-kelas pengkajian.

“Momentum Maulid Nabi tahun ini, kiranya kita dapat mengambil hikmah, bagaimana meneledani Nabi Muhammad Saw yang menyeimbangkan potensi menager dan juga sebagai leaders,” harap Nasaruddin Umar.

Sumber: Kemenag

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here