Perbedaan Utama Al-Quran dengan Tafsir

268
Ilustrasi: Membaca Al-Quran.

Jakarta, Muslim Obsession – Cendekiawan Muslim Indonesia Prof HM Quraish Shihab mengungkapkan perbedaan antara Al-Qur’an dan Tafsir. Yang paling utama kata dia, adalah Al-Qur’an wahyu Allah SWT pasti benar. Sedangkan tafsir adalah produk manusia bisa benar dan bisa salah.

“Tafsir diartikan sebagai penjelasan tentang maksud Allah dalam firman-Nya sesuai dengan kemampuan manusia. Kita tidak bisa menjelaskan secara tuntas dalam segala aspeknya apa yang dimaksud oleh ayat-ayat yang ditafsirkan. Hal ini dikarenakan kemampuan manusia untuk memahaminya sangat terbatas,” kata Prof Quraish dalam YouTube Bayt Al-Qur’an.

Menurutnya, boleh jadi keterbatasan itu dikarenakan memang tidak cerdas, atau keahliannya dalam bidang ilmu tertentu. Padahal semestinya ayat tersebut bisa ditafsirkan oleh orang lain dengan makna yang lain sesuai dengan keahliannya.

“Al Qur’an bisa memiliki makna bermacam-macam. Dalam konteks penafsiran ini seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain kondisi sosial lingkungannya, perkembangan ilmunya dan lain sebagainya,” jelas Prof Quraish.

Habib Quraish menegaskan bahwa apa yang dikemukakan oleh ulama terdahulu harus dihormati. Mereka telah berjasa menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an itu kepada masyarakat. Tetapi, penghormatan itu tidak menjadikan seseorang harus menerima pendapatnya.

Apalagi jika sebagian pendapat itu sudah salah menurut perkembangan ilmu kita. Tugas mereka untuk menjelaskan, tetapi masyarakat tidak harus mengikutinya, atau bahkan memiliki pendapat lain

“Oleh karena itu, Abbas al-Aqqat pernah berkata, seandainya jika sahabat-sahabat Nabi hidup di zaman sekarang pasti pendapatnya yang lama akan dia ubah, karena perkembangan ilmu yang terjadi,” tandas Prof Quraish.

Pada kesempatan yang sama, salah satu Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran, Syahrullah Iskandar juga mengemukakan bahwa Al-Qur’an dengan tafsir adalah dua hal yang berbeda. Itu yang harus dipahami bersama.

Penafsiran yang berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain adalah ilmu tafsirnya, situasi yang dihadapi, pemahaman mufasirnya terhadap teks dan lain sebagainya.

Syahrullah menuturkan jika manusia menginginkan Al Qur’an itu membumi maka dibutuhkan pemahaman terkait Al-Qur’an dan upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilainya.

“Yang ditekankan ketika kita berilmu itu bukan hanya sekedar bertambahnya ilmu, tapi juga ada adab di sana. Di mana-mana adab itu mendahului ilmu. Ilmu akan tercurah terus-menerus jika ada adab di sana. Termasuk adab kita kepada ilmu itu sendiri, adab kepada guru kita, dan adab kepada lingkungan sekitar,” jelasnya. (Al)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here