Penting Dibaca! Berikut Ini 6 Adab di Hari Jumat

967
Shalat Jumat. Ilustrasi. Foto Istimewah.
Ilustrasi: Shalat Jumat di Masjid Istiqlal.

Muslim Obsession – Bagi umat Islam, Jumat merupakan ‘sayyidul ayyam’ atau penghulunya hari. Maknanya, Jumat menjadi hari agung yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan dibandingkan hari-hari lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan agar umatnya senantiasa memuliakan Hari Jumat. Ada terdapat beberapa adab yang dianjurkan untuk dilakukan setiap Muslim.

Pertama, perbanyak doa dan mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menginformasikan bahwa pada Hari Jumat terdapat waktu yang mustajab (dikabulkannya doa). Beliau bersabda:

فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا

“Di hari Jumat itu terdapat satu waktu yang jika seorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu,” (HR. Al-Bukhari no. 9300 dan Muslim no. 852).

Waktu itu batasnya adalah sampai dengan ‘Ashar, dan inilah pendapat Jumhur ulama yang dikuatkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad I/389-394, berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Hari Jumat itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka carilah di akhir waktu tersebut, yaitu setelah ‘Ashar,” (HR. Abu Dawud no. 1048, an-Nasa-i dalam Sunannya III/99-100 dan al-Hakim dalam al-Mustadrak I/279 -penj).

Kedua, perbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diterangkan dalam sebuah hadits:

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْراً

“Perbanyaklah oleh kalian shalawat kepadaku pada Hari Jumat dan malam Jumat karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali,” (HR. Al-Baihaqi III/249 dari Anas Radhiyallahu anhu, sanadnya hasan. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1407).

Ketiga, mandi besar, memakai wangi-wangian, dan memakai pakaian yang terbagus. Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى

“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jumat, dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jumat tersebut dan ke Jumat berikutnya,” (HR. Al-Bukhari no. 883).

Keempat, membaca Surah Al-Kahfi, seperti diterangkan dalam hadits berikut:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

“Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat akan diberikan cahaya baginya di antara dua Jumat,” (HR. Al-Hakim II/368 dan al-Baihaqi III/249 dishahihkan oleh Imam al-Albani dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 626).

Kelima, bersegera untuk datang lebih awal pada shalat Jumat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandi janabah lalu segera pergi ke masjid, maka seakan-akan berkurban dengan unta yang gemuk,” (HR. Al-Bukhari no. 881, Muslim no. 850, Abu Dawud no. 351, at-Tirmidzi no. 499).

Keenam, hendaknya mengerjakan shalat sunnah empat raka’at setelah selesai shalat Jumat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّيْتُمْ بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَصَلُّوْا أَرْبَعًا

“Apabila kalian telah selesai mengerjakan shalat Jumat maka shalat (sunnah)lah empat raka’at,” (HR. Muslim no. 881 (68)).

Mengerjakan shalat sunnah empat raka’at setelah shalat Jumat -dikerjakan setelah selesai berdzikir atau telah keluar dari masjid, (HR. Muslim no. 883) dapat pula dikerjakan di masjid- sebanyak dua raka’at kemudian ditambah dua raka’at lagi dikerjakan di rumah, [HR. Muslim no. 881 (68)) dan tidak boleh melakukan sunnah tersebut di tempat mengerjakan shalat Jumat. (HR. Ibnu Majah no. 1127)].


[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M]

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here