Penting Dibaca! Begini Sikap Seorang Muslim Saat Dipuji

1429

Muslim Obsession – Pada dasarnya, semua orang pasti senang mendengar hal baik tentang dirinya. Namun untuk menerima pujian agar tak langsung membuatnya kepedean atau jemawa, merupakan tantangan tersendiri.

Hakikatnya pujian adalah ujian, karena fitnah (ujian) itu bisa berupa ujian kebaikan maupun keburukan. Allah berfirman dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 35, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan”.

Dan pujian merupakan ujian berupa kebaikan. Tapi celakanya, ketika kita dipuji seringkali kita akan merasa sombong dan merasa takjub pada diri sendiri (‘ujub). Kita lupa bahwa pujian itu adalah nikmat dari Allah dan kita merasa hebat serta lupa bersyukur.

Baca juga:

Saat Diberi, Pentingkah Ucapkan ‘Terima Kasih’?

5 Adab Minum Sesuai yang Diajarkan Rasulullah

Penting Banget Dibaca! Anak Mondok itu Rezeki Orangtua

Lalu, apakah tak boleh mengagumi diri sendiri? Tak bolehkah bangga atas capaian yang diupayakan oleh diri sendiri?

Bangga atas capaian adalah hal yang manusiawi. Bahkan ia bisa memotivasi kita untuk berbuat lebih baik lagi di langkah berikutnya. Hanya saja, kebanggaan yang tidak melibatkan Allah di dalamnya merupakan jebakan setan.

Demikian pula dengan kekaguman pada diri sendiri. Kagum terhadap diri sendiri sejatinya merupakan suatu sifat yang bisa membinasakan. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ: ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan) dan (3) ‘ujub (takjub pada diri sendiri),” (HR. At-Thabrani dan Al-Baihaqi).

Sebagai hamba yang senantiasa ingin dekat Allah (taqarrub ilallah), sebenarnya kita lebih membutuhkan doa daripada pujian. Kenapa? Karena biasanya pujian dapat menipu diri kita, sementara doa akan mendekatkan kita kepada-Nya.

Kita dapat mencontoh sahabat Nabi yang mulia, Abu Bakr. Ketika mendapatkan pujian, bukannya berbangga diri, beliau malah berdoa.

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka”. (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)

Semoga kita terhindar dari pujian yang membinasakan diri. Aamiin yaa Allah. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here