PBNU Bantah Bersekongkol dengan Kemenag Atur Penetapan 1 Ramadhan

489

Jakarta, Muslim Obsession – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membantah tudingan telah melakukan setting dalam pengaturan penetapan tanggal 1 Ramadhan 1443 Hijriah sehingga terjadi perbedaan di masyarakat.

Ketua Pengurus Tanfidziyah PBNU, Ahmad Fahrurrazi atau Gus Fahrur mengatakan dalam penetapan 1 Ramadhan PBNU hanya mengikuti rukyah. Sehingga tidak ada agenda setting untuk menciptakan perbedaan penetapan 1 Ramadhan atau setting lainnya.

“Jadi PBNU itu tidak punya setting awal bulan ya, dia hanya mengikuti rukyah. Kalau disetting untuk melawan Muhammadiyah enggak, enggak ada kaitan dengan NU-Muhammadiyah,” kata Gus Fahrur, Senin (4/4).

Pernyataan tersebut merespons sebuah video di media sosial, yang menyebut perbedaan tanggal 1 Ramadhan telah diatur. Video itu merekam kegiatan Muskercab PCNU Kabupaten Wonosobo yang disebut digelar 26 Maret.

Dalam video itu seseorang mengatakan Kementerian Agama sudah sepakat dan didukung NU bahwa 1 Ramadhan akan jatuh pada hari Ahad (3/4) dan puasa akan dijalankan selama 29 hari.

“Subhanallah, keblinger dan jahatnya. Ternyata perbedaan tanggal 1 Ramadhan sepertinya memang sudah disetting lama. Entah maunya apa Muskercab 26 Maret DPC Wonosobo terungkap?” tulis narasi dalam video yang beredar.

Gus Fahrur menjelaskan dalam menentukan awal bulan, PBNU menggunakan metode hisab (perhitungan) yang dipegang dan metode rukyah (pemantauan hilal).

Sebagaimana keputusan Kementerian Agama Indonesia, Malaysia, dan Brunei, PBNU juga bersepakat batasan hilal yang terpantau sebagai penentu awal bulan minimal 3 derajat.

Sementara, Muhammadiyah berpegang bulan berganti meskipun derajat hilal yang ditemukan berdasarkan hisab di bawah 3 derajat.

“Dengan 3 derajat itu tidak mungkin terlihat pada hari Sabtu, secara teori. Dia hanya akan terlihat pada hari Minggu,” kata Fahrur.

Gus Fahrur menegaskan jika pada Jumat (1/4) lalu hasil rukyah menunjukkan hilal terlihat di atas 3 derajat, NU tentunya akan berpendapat 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu 2 April sebagaimana Muhammadiyah.

Namun, berdasarkan pemantauan hilal di 92 titik, hilal memang tidak terlihat. Kata Gus Fahrur, jika hilal tidak tampak, maka NU akan menyempurnakan jumlah hari dalam satu bulan menjadi 30.

“Seandainya pada hari Jumat itu terlihat ya kita tetap puasa. Makanya ketika rukyah tidak tampak maka kita mengikuti istikmal atau sempurnakan menjadi 30 hari sehingga kita puasa hari Minggu,” tuturnya.

Terakhir, Gus Fahrur menyoroti orang yang berceramah di video tersebut. Dia mengatakan orang itu kemungkinan dari pihak Kemenag. Ia juga menjelaskan bahwa hari Sabtu (2/4) hilal tidak terlihat karena pemerintah berpegang batas ketinggian hilal minimal 3 derajat. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here