PBB: Kondisi Myanmar Belum Bisa Pulangkan Pengungsi Rohingya dengan Selamat

779
Pengungsi Rohingya menunggu pembagian makanan di kamp Kutupalong, Cox's Bazar Bangladesh. (Photo: UNHCR) / Andrew Mconnell

Muslim Obsession – Pengamanan yang diperlukan bagi Rohingya untuk kembali ke Myanmar dinilai tidak ada. Masih ada pembatasan akses terhadap badan bantuan, media dan pengamat independen lainnya. PBB memperingatkan pada hari Selasa (23/1/2018), dua bulan setelah Myanmar dan Bangladesh menyetujui sebuah rencana untuk para pengungsi yaitu kembali dengan aman ke rumah mereka.

“Namun, untuk memastikan hak pengungsi kembali dengan sukarela, aman dan bermartabat, kami memanggil lagi Myanmar untuk mengizinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan yang diperlukan di Negara Bagian Rakhine dan menciptakan kondisi dengan solusi terbaik,” tutur Adrian Edwards, juru bicara Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dilansir laman PBB pada Rabu, (24/1/2018).

Edwards menekankan, akses akan memungkinkan kelangsungan hidup pengembalian jangka panjang, serta membantu mengatasi masalah keamanan yang sah bagi setiap pengungsi yang ingin kembali ke rumahnya.

“Selain itu, pengungsi juga perlu mendapat informasi yang benar dan berkonsultasi mengenai kondisi tersebut agar pengembaliannya aman, sukarela dan berkelanjutan,” tambah Edward.

Yang juga penting adalah implementasi penuh dari rekomendasi Komisi Penasehat Rakhine (sebuah panel yang dipimpin oleh mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan). Termasuk seruan untuk perdamaian dan keamanan bagi semua masyarakat di negara bagian Rakhine, dialog antar komunal, kebebasan gerakan, akses terhadap mata pencaharian dan mencapai solusi untuk status hukum dan kewarganegaraan komunitas Muslim.

“Mengubah rekomendasi (dorongan keamanan) ini menjadi kenyataan di lapangan, sangat penting untuk membangun kepercayaan akan pengembalian pengungsi. Juga menangani situasi tegang antar komunik yang telah berkembang bertahun-tahun di negara bagian Rakhine,” tutur Edwards.

“Tanpa keamanan ini, risiko berbahaya dan terburu-buru, justru akan mengembalikan situasi di mana kekerasan bisa menyala kembali lebih besar. Hal ini tidak bisa diabaikan,” tegasnya.

Lebih dari 650.000 anggota komunitas Muslim Rohingya minoritas telah mengungsi. Selanjutnya terus berdatangan, di Cox’s Bazar di Bangladesh Selatan. Setelah terpaksa meninggalkan rumah mereka di provinsi Rakhine Utara Myanmar, pasca pecahnya kekerasan brutal tersebut, akhir Agustus 2017.

UNHCR tetap siap untuk bekerja sama dengan kedua pemerintah tersebut untuk menemukan solusi jangka panjang terhadap krisis ini, demi kepentingan para pengungsi itu sendiri, baik dari pemerintah, masyarakat tuan rumah di Bangladesh dan semua masyarakat di negara bagian Rakhine. (Vina)

 

 

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here