Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-43)

V. Nabi Musa, Harun, Bani Israel Pulang ke Baitul Maqdis.

497
Lukisan patung anak sapi dari emas buatan Samiri, yang disembah Bani Israel. (Foto: boombastis)

14. Bani Israel menyembah patung anak sapi dari emas.

Ketika Nabi Musa naik ke puncak Sinai, kaumnya justru menyimpangkan perjanjiannya dengan Allah. Allah memberi tahu kepada Nabi Musa, bahwa Allah sedang menguji kaumnya sepeninggal Nabi Musa ke puncak Sinai, dan kaumnya telah disesatkan oleh Samiri (QS. Thaha: 85).

Nabi Musa kemudian bergegas turun untuk melihat apa yang terjadi pada kaumnya. Bani Israel membuat patung anak sapi dari emas. Samiri telah membuat cetakan untuk membuat patung anak sapi, kemudian emas orang-orang Bani Israel yang diperoleh dari bangsa Mesir setelah dicairkan menjadi satu kemudian dituangkannya kedalam cetakan itu dimana karena teknik pembuatannya, patung tersebut bisa mengeluarkan suara melenguh ketika angin memasuki rongga patung sapi. Dan setelah jadi patung anak sapi yang bisa mengeluarkan suara tersebut, mereka berkata: “Inilah tuhanmu dan tuhan Musa, tetapi dia (Musa) telah lupa”.

Patung sapi tersebut kemudian disembah, mereka telah berbuat zhalim. Sedang mereka memperhatikan bahwa patung tersebut tidak dapat memberikan jawaban apapun kepada mereka, tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada mereka (Al-A’raf: 148, QS. Thaha: 88-89). Nabi Harun (berusaha) memperingatkan mereka bahwa Allah telah menguji mereka, namun mereka menjawab tidak akan meninggalkannya dan akan menyembahnya sampai Musa kembali kepada mereka (QS. Thaha: 90-91).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-40)

Sampai di bawah bukit sambil membawa Lauh-Lauh Batu, Nabi Musa melihat kaumnya menyembah patung anak sapi tersebut, sehingga membuat Nabi Musa sangat marah dan sedih sambil berkata kepada kaumnya. “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji TuhanMu? (QS. Al-A’raf: 150).

Wahai kaumku! Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Apakah terlalu lama masa perjanjian itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan Tuhan akan menimpamu, mengapa kamu melanggar perjanjianmu dengan aku? Kemudian kaumnya menjawab, kami tidak melangggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami harus membawa beban berat dari perhiasan kaum (Fir’aun) itu (yaitu emas yang diperoleh dari pemberian bangsa Mesir yang takut anaknya meninggal karena adzab Allah disebabkan mereka telah menindas Bani Israel), kemudian kami melemparkannya (kedalam api), dan demikian pula Samiri melemparkannya (QS. Thaha: 86-87).

Karena marahnya Nabi Musa kemudian melemparkan Lauh-Lauh Taurat tersebut lalu dipegangnya kepala (ditarik janggut) Nabi Harun ke arahnya, dan berkata: “Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat. Engkau tidak mengikuti aku? Apakah Engkau telah melanggar perintahku? (QS. Thaha: 92-93).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-39)

Nabi Harun kemudian berkata: “Wahai anak (putra) ibuku! Janganlah Engkau pegang janggutku dan jangan pula kepalaku. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku), “Engkau telah memecah belah antara Bani Israel dan engkau tidak memelihara amanatku” (QS. Thaha: 94).

Kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir saja membunuhku, sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku, dan janganlah engkau jadikan aku sebagai orang-orang yang zhalim. Nabi Musa kemudian berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang dari semua penyayang,” (QS. Al-A’raf: 150-151).

Setelah itu, Nabi Musa kemudian menghampiri Samiri sambil berkata mempertanyakan apa yang mendorongnya berbuat demikian. Yang dijawab Samiri bahwa dia mengetahui sesuatu yang tidak diketahui kaumnya (membuat patung), dan karena pengetahuan itu muncul nafsu sombongnya untuk menunjukkan kemampuannya membuat patung dengan membuatkan cetakan dari tanah terlebih dahulu, dimana tanah sebagai bahan pembuatan cetakan adalah tanah bekas jejak rasul yang dibakar dalam api.

Nabi Musa kemudian mengusir Samiri dari kaumnya sambil mengatakan bahwa Samiri akan mendapat hukuman di dunia maupun di akhirat, dan patung yang disembahnya akan dibakar sampai menjadi abu dan abunya akan dihamburkan ke laut (QS. Thaha: 95-97).

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here