Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-42)

V. Nabi Musa dan Harun, Bani Israel Pulang ke Baitul Maqdis.

672
Lukisan Bani Israel mendengarkan sabda Allah yang terdengar berasal dari awan yang mengguruh dan mengguntur. (Alkitab SABDA)

Peristiwa sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah 65, 83-85, dan QS. Al-‘Araf: 143-147, juga ditunjukkan dalam Kitab Keluaran, yaitu:

Peristiwa pertama ditunjukkan dalam kitab Keluaran 19 : 3-25 dan 20 : 1-17, yang menginformasikan suatu kronologi kisah dimana Allah mengambil janji Bani Israel dengan memerintahkan Nabi Musa naik dan turun gunung Sinai, yang ketika naik untuk pertama kalinya Nabi Musa mendapatkan perintah agar kaumnya mensucikan diri bersiap untuk bersaksi dalam perjanjian dengan Tuhan.

Elloh hendak turun di gunung Sinai di depan mata seluruh bangsa itu dan Nabi Musa harus membuat batas bagi Bani Israel untuk menyaksikannya dan melarang jangan sampai melanggar batas tersebut karena akan dihukum. Ketika semua Bani Israel telah mensucikan diri, pada pagi hari terdengar suara guntur yang memekakkan telinga dan guruh mengguntur serta kilat sambung menyambung, kemudian terdengar suara sangkakala yang sangat keras sehingga membuat Bani Israel gemetar ketakutan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-36)

Setelah bunyi yang menakutkan itu berhenti kemudian Nabi Musa mengajak Bani Israel keluar dari kemah dan tidak perlu takut selama dalam batas yang sudah dibuatnya.

Nabi Musa kemudian berbicara kepada Allah, dan Allah menjawab dalam suara yang terdengar dari dalam guruh dimana Allah memerintahkan Nabi Musa naik ke gunung Sinai. Ketika Nabi Musa sudah di atas gunung kemudian Allah menyuruh Nabi Musa turun lagi dan naik lagi bersama Nabi Harun.

Setelah Nabi Musa berada di atas gunung bersama Nabi Harun, Allah berfirman sebagaimana dituliskan pada Kitab Keluaran 20 : 1-17 yang intinya menyebutkan perintah bagi Bani Israel yaitu:

(1) Jangan ada padamu Allah lain dihadapanKu.

(2) Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-35)

(3) Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan.

(4) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat, enam hari melakukan segala pekerjaan, sebab Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya selama enam hari dan Ia berhenti pada hari ketujuh. Itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan mengkuduskannya.

(5) Hormatilah ayahmu dan ibumu.

(6) Jangan membunuh.

(7) Jangan berzina.

(8) Jangan mencuri.

(9) Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-34)

(10) Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya atau hambanya laki-laki atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.

Janji tersebut dikenal dengan sepuluh (10) Perintah Tuhan yang tertulis dalam Lauh (loh batu, tulisan firman Allah yang terpahat pada batu).

Ada sedikit perbedaan redaksional tapi banyak kesamaan antara QS. Al-Baqarah 65, 83-85, dengan Kitab Keluaran 20 : 1 – 17. Sangat mungkin adanya perbedaan tersebut terjadi karena Lauh batu tentang 10 perintah tuhan yang asli memang sudah hilang bersamaan dengan hancurnya Haekal Sulaiman untuk yang kedua kalinya setelah masa kerasulan Nabi ‘Iysaa. Dan yang ditulis ulang pertama kali pada puluhan atau ratus tahun setelah yang asli hilang hanya berdasar ingatan penulis.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here