Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-33)

V. Nabi Musa dan Harun, Bani Israel Pulang ke Baitul Maqdis.

744

 

Dari kejauhan Musa melihat dua gadis anak Nabi Syu’aib yang tidak dikenalnya sebelumnya, diusir dari sumur tempat memberi minum kambing domba. Setelah kedua gadis tersebut menyingkir, Musa kemudian mendekati.

Setelah ternaknya selesai minum, maka kedua perempuan tersebut pulang ke rumah, dan menceritakan kejadian di sumur kepada ayahnya. Al-Quran menyebut nama ayah perempuan tersebut adalah Syu’aib, sedang Kitab Keluaran 2: 18 menyebut nama ayah gadis adalah imam di Midian atau Madyan.

Kitab Taurat tidak memuat riwayat Nabi Syu’aib, meskipun menyebut Musa datang ke negeri Madyan dan bertemu imam Madyan, yang pada QS. Al-Qashash: 25 ayah gadis tersebut ditafsir adalah Nabi Syu’aib. Kitab Keluaran menyebut anak imam Madyan atau Nabi Syu’aib adalah tujuh orang anak perempuan.

Dengan rasa kaget melihat putrinya cepat pulang sehingga kemudian bertanya yang dijawab oleh putrinya bahwa telah ditolong oleh orang ketika di sumur untuk memberi minum ternak. Ayahnya kemudian menyuruh anaknya mengundang orang yang menolongnya ke rumah untuk diajak makan (Kitab Keluaran 2: 18-20).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-29)

Lalu pergilah salah satu dari dua orang perempuan itu berjalan dengan malu-malu mendatangi Musa, kemudian berkata: “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Ketika Musa mendatangi ayahnya (Syu’aib) kemudian dia (Musa) menceritakan kisahnya dan kemudian dia (Syu’aib) berkata: “Janganlah engkau takut. Engkau telah selamat dari orang-orang zhalim itu,” (QS. Al-Qashash: 25).

Ketika Rehuel (Syu’aib) menawarkan kepada Musa untuk tinggal di rumahnya, Musa bersedia tinggal di rumah itu (Kitab Keluaran 2 : 21). Salah seorang dari kedua perempuan itu kemudian menyarankan kepada ayahnya, agar Musa bekerja padanya sebagai penggembala ternak. Kemudian Syu’aib mendatangi Musa mengatakan ingin menikahkan anaknya dengan Musa dengan syarat bekerja padanya selama 8 tahun atau 10 tahun sehingga menjadi lebih baik.

Musa bersedia melakukan dan memenuhi perjanjian itu, baik untuk 8 tahun atau 10 tahun agar tidak ada tuntutan di belakang hari kepadanya. Kemudian Musa menikah dengan anak Nabi Syu’aib (QS. Al-Qashash: 26-28). Nama perempuan anak Syu’aib adalah Rehuellah Zipora (Kitab Keluaran 2 : 21) yang darinya kemudian Nabi Musa mempunyai anak laki-laki yang diberi nama oleh Musa yaitu Gersom, yang mempunyai arti “aku telah menjadi seorang pendatang di negeri Asing,” (Kitab Keluaran 2 : 22).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-28)

5. Musa diangkat menjadi Rasul.

Ketika telah menyelesaikan waktu sebagaimana yang diperjanjikan, Musa mengajak istri dan anaknya untuk pindah rumah, mencari tempat baru untuk dihuninya bersama keluarganya. Ketika perjalanan sampai pada suatu lembah, Musa melihat dari kejauhan api di lereng gunung, kemudian meminta keluarganya menunggu karena bermaksud mau menghampiri api tersebut. Ia berharap mendapatkan sesuatu di tempat api tersebut dan membawa sedikit api untuk penghangat badan bagi keluarganya.

Ketika Musa sampai di lembah tempat api tersebut, dia diseru oleh suara yang berasal dari arah pinggir sebelah kanan lembah, dari sebatang pohon, di sebidang tanah yang diberkahi: “Wahai Musa. Sungguh Aku adalah Allah, Tuhan seluruh alam. Maka lepaskan kedua terompahmu, Karena engkau berada di lembah (tanah) yang suci, Thuwa,” (QS. An-Naml: 7, QS. Al-Qashash: 29-30, QS. Thaha: 10-12, QS. An-Naziat: 16). Kitab Keluaran 3 : 1 -5 menyebut lembah suci Thuwa dengan sebutan Horeb. Al-Quran menyebut asal api dari sebatang pohon sedang Kitab Kejadian menyebut semak berduri).

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here