Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-28)

IV. Nabi Syu’aib, Ayub, Zulkifli.

730
Masjid di mana tedapat makam Nabi Syu’aib.

Kemakmuran yang diperoleh dengan cara menipu itu diperingatkan oleh Nabi Syu’aib agar kaumnya memenuhi dan menyempurnakan takaran dan timbangan sehingga tidak merugikan orang lain, tidak mengurangi hak-hak orang lain dan tidak merusak kehidupan manusia (QS. Asy-Syu’ara: 181-183, QS. Hud: 84-85, QS. Al-‘Araf: 85).

Dengan diperingatankan agar mencari rizeki secara halal (QS. Hud: 86) tentu hal itu langsung menusuk pada inti kehidupan kaum Madyan yang kesehariannya menyembah berhala Aykah warisan dari nenek moyangnya. Mereka menjadi makmur karena merasa kepandaiannya menipu dalam perdagangan yang menjadi mata pencaharian utama kehidupan dibenarkan oleh tuhannya. Perbuatan menipu yang dianggap sebagai pekerjaan benar dan telah dijalaninya dalam waktu yang sangat lama.

Oleh karena itu kaum Madyan membalas dengan menganggap Nabi Syu’aib adalah orang yang kena sihir dan menuduh Nabi Syu’aib adalah pendusta (QS. Asy-Asyu’ara 185-186) dan merendahkan dakwah Nabi Syu’aib dengan mengejek sambil berkata sinis dengan menyebut Nabi Syu’aib sebagai orang yang pandai dan santun (QS. Hud: 87). Namun demikian, semakin lama dakwah Nabi Syu’aib mengakibatkan sebagian penduduk suku Madyan beriman kepada Allah dan taat kepada Nabi Syu’aib.

Dengan adanya penduduk yang beriman tersebut maka hal itumenjadi gangguan bagi kaum Madyan yang semakin khawatir bahwa cara berdagang dengan menipu tersebut akan terbongkar dan diketahui oleh penduduk wilayah lain yang menjadi langganan perdagangannya dan dapat menimbulkan keributan yang akan merugikan mereka. Kaum Madyan kemudian mulai menakut-nakuti kaum yang beriman dan pemimpin-pemimpin mereka mengatakan kepada kaum beriman apabila mereka mengikuti Syu’aib akan menjadi orang yang merugi (QS. Al-‘Araf 86, 90).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-24)

Pengikut Nabi Syu’aib adalah orang yang lemah, yang semakin lama jumlahnya semakin banyak. Hal itu membuat kaum yang kaya semakin merasa terganggu. Konflik antara kaum Madyan dengan Nabi Syu’aib tak terhindarkan.

Nabi Syu’aib menunjukkan bukti-bukti nyata yang menimpa kaum Nabi Nuh, Hud dan Salih, sehingga meminta kaumnya agar memohon ampunan dan bertobat (QS. Hud: 88-90). Pada masa itu mungkin suku-suku di wilayah Madyan dan suku-suku di wilayah sekitarnya mungkin masih mendengar cerita tentang kisah manusia yang menjadi asal-usul keberadaan dan kehidupan mereka, mulai dari kisah Nabi Nuh, Hud, Salih, dan Luth.

Namun kemudian terjadi penyimpangan ajaran tauhid para rasul tersebut, sehingga Nabi Syu’aib mengingatkan kembali peristiwa hancur dan musnahnya kaum Nabi Nabi tersebut. Kaumnya tetap menyangkal dan menganggap Nabi Syu’aib sebagai orang yang lemah dan bahkan mereka mengancam dengan menyatakan jika tidak mengingat orang tua dan keluarganya, mereka bisa merajam Nabi Syu’aib (QS. Hud: 91).

Ancaman tersebut dijawab oleh Nabi Syu’aib dengan mempertanyakan mengapa keluarganya ditempatkan lebih terhormat dari Allah? sambil mengingatkan kembali tentang adzab Allah (QS. Hud: 92-93). Pengikutnya yang kebanyakan kaum lemah juga mulai mendapatkan tekanan dan perbuatan kasar. Nabi Syu’aib menasihati orang orang yang beriman agar bersabar sampai Allah menetapkan keputusan terhadap kaum beriman maupun penduduk Madyan (QS. Al-‘Araf: 87).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-23)

Dan akhirnya, kaum Madyan mulai menantang Nabi Syu’aib agar adzab berupa gumpalan dari langit dijatuhkan sehingga menimpa mereka (QS. Asy-Syu’ara: 187) yang dijawab oleh Nabi Syu’aib bahwa Allah lebih tahu apa apa yang dikerjakan oleh mereka (QS. Asy-Asyu’ara: 188). Kaumnya justru menggunakan cerita tentang adzab bagi kaum Aad sebagai bahan tantangan kepada Nabi Syu’aib agar segera adzab tersebut didatangkan.

Merasa tidak mampu menaklukkan Nabi Syu’aib, kaum Madyan akhirnya akan mengusir Nabi Syu’aib dan orang orang yang beriman yang dianggap menjadi gangguan dalam kehidupan suku mereka. Untuk menghindarkan terjadinya kekerasan terhadap orang-orang yang beriman. kemudian Nabi Syu’aib berdo’a agar Allah membuat ketetapan kepada kaumnya (QS. Al-A’raf: 89). Allah menyelamatakan Nabi Syu’aib dan orang-orang yang beriman.

Nabi Syu’aib kemudian mengajak orang-orang beriman meninggalkan pemukiman penduduk Aykah (QS. Al-‘Araf 93). Setelah Nabi syu’aib dan pengikutnya agak jauh dari pemukiman penduduk Aykah, pada malam yang gelap adzab Allah diturunkan, terjadi gempa dan dibarengi suara yang mengguntur sangat keras sehingga membuat kaum Madyan Aykah mati bergelimpangan, binasa seperti kaum Tsamud (QS. Ays-Syu’ara: 189, QS. Al-‘Araf: 91-92, QS. Hud: 94-95).

Nabi Syu’aib dan kaumnya mungkin pindah pemukiman agak lebih ke utara dari Aikah yang sekarang masuk dalam wilayah Yordania. Nabi Syu’aib menjadi imam atau pemimpin kaumnya. Di pemukiman barunya ini, nabi Syu’aib mempunyai beberapa anak perempuan. Suatu saat di pemukimannya datang Musa yang sedang lari dari Mesir dan kemudian menjadi menantunya.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here