Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-25)

III. Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf.

547
Lukisan Nabi Yusuf yang menjadi Al-Azis di Mesir memperkenalkan dirinya pada saudara-saudaranya yang tidak mengenalinya di istananya.

Sedang di Mesir, Ruben menjadi terheran-heran atas apa yang terjadi terhadap Ben Yamin. Ternyata Al-Azis ke mana-mana justru mengajak adiknya itu. Dilihatnya adiknya tidak seperti tawanan yang sedang menjalani hukuman, bahkan cara berpakainnya mirip pejabat istana. Namun Ruben tidak bisa mendekati adiknya itu untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Nabi Ya’qub setelah merenungkan semua peristiwa itu kemudian menjadi yakin bahwa Al-Azis tidak mempunyai maksud buruk terhadap keluarganya. Tanpa menunggu persediaan gandum menipis, kemudian dipanggilnya anak-anaknya lalu disuruh kembali ke Mesir untuk membeli gandum serta mencari Yusuf dan Ben Yamin di Mesir (QS. Yusuf ayat 87). Mereka juga dibekalinya surat untuk Al-Azis. Tentu permintaan itu membuat anak-anaknya bingung, bagaimana harus mencari Yusuf. Anak-anaknya juga tidak boleh pulang jika tidak ada kabar gembira tentang Ben Yamin.

Anak-anak Israel lalu kembali ke Mesir. Sebelum ke istana mereka terlebih dahulu mencari Ruben yang akhirnya ditemukannya di pasar Mesir. Ruben kemudian bercerita tentang Ben Yamin yang sering diajak berkeliling Al-Azis dalam melaksanakan tugasnya. Ben Yamin sama sekali tidak diperlakukan sebagai budak, tetapi justru diperlakukan sebagai orang dekat Al-Azis.

Kemudian mereka bersama-sama mencari jalan agar bisa menghadap Al-Azis yang ternyata tidak mudah untuk dapat menemuinya. Ada saja yang tidak percaya pada mereka dan cerita mereka. Namun akhirnya pada suatu kesempatan Al-Azis dapat melihat keberadaan mereka kemudian memerintahkan pada pengawal untuk membawa mereka ke istana menjadi tamunya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-22)

Mereka juga kaget ketika Al-Azis menerima mereka bersama istrinya. Dalam kesempatan pertemuan itu, mereka memohon kepada Al-Azis untuk tetap memberikan bantuan gandum dan bersedah untuk mereka dimana mereka telah membawa alat penukarnya (QS. Yusuf ayat 88). Mereka juga menyerahkan surat bapaknya yang tidak diketahui isinya itu kepada Al-Azis.

Namun Al-Azis justru banyak bercerita tentang kisah anak kecil yang di perlakukan secara jahat oleh saudara-saudaranya karena sifat iri dan dengki. Cerita ini tentu saja memukul perasaan anak-anak Israel ini (QS. Yusuf ayat 89). Setelah Al-Azis selesai bercerita, kemudian istrinya, yaitu Zulaikha bercerita tentang pengalamannya memperoleh seorang anak yang tampan yang dibeli sebagai budak oleh suaminya, hingga kisahnya sendiri yang akhirnya menjadi muda kembali dan kemudian menjadi istri dari anak yang sebelumnya menjadi budaknya itu.

Mendengar kisah Al-Azis dan Zulaikha, anak-anak Israel ini menebak-nebak siapa sebenarnya Al-Azis yang telah memperlakukan mereka dan Ben Yamin dengan sangat baik. Mereka sudah sampai pada kesimpulan bahwa Al-Azis mengetahui tentang kisah Israel dan anak-anaknya dan menduga Al-Azis adalah Yusuf sehingga kemudian memberanikan diri bertanya: “Apakah engkau benar benar Yusuf?”

Kemudian dijawab Al-Azis bahwa dirinya adalah Yusuf dan Ben Yamin adalah adiknya. Allah telah melimpahkan karunia-Nya dan pahala-Nya kepada dirinya dan adiknya karena kesabaran dan ketqwaannya. (QS. Yusuf ayat 90).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-21)

Kemudian Nabi Yusuf turun dari singgasana dan merangkul saudaranya satu persatu. Saudara-saudaranya kemudian mengakui bahwa Allah telah melebihkan Yusuf dan melebihkannya dari saudara-saudaranya.

Mereka juga meminta maaf atas perbuatan dosa mereka yang telah mengikuti ajakan setan. Nabi Yusuf kemudian memberi maaf dan menyatakan tidak ada lagi celaan untuk mereka dan kemudian mendoakan saudara-saudaranya agar diampuni Allah SWT (QS. Yusuf ayat 91-92).

Kepada saudara-saudaranya, Nabi Yusuf mengatakan tidak perlu terlalu bersedih karena Allah yang telah menjalankan dirinya mendahului mereka untuk menjadi penolong bangsa Mesir dan bangsa-bangsa lainnya dan menjadikannya sebagai pemimpin bagi bangsa Mesir.

Setelah puas melepaskan rindu, Nabi Yusuf kemudian menyuruh saudara-saudaranya pulang lagi dengan dibekali bajunya untuk diusapkan pada wajah bapaknya agar dapat melihat lagi dan meminta agar bapaknya, para ibunya dan seluruh saudara-saudaranya datang dan pindah ke Mesir (QS. Yusuf ayat 93). Demikian pula semua ternak dan harta mereka agar dibawa semua ke Mesir.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-20)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here