Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-24)

III. Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf.

496

Mereka kemudian melaporkan hal itu kepada ayahnya. Nabi Ya’qub juga tidak kalah kagetnya pula tentang kebijaksanaan Al-Azis namun tidak lupa mengingatkan perbuatan anak-anaknya yang tidak bertanggung jawab atas hidup Yusuf, bahkan mereka juga diingatkan karena belum pernah minta maaf atas perbuatannya.

Akhirnya Nabi Ya’qub mengijinkan Ben Yamin diajak serta dengan syarat mereka harus bersumpah atas nama Allah di hadapannya dan berjanji membawa Ben Yamin pulang. Allah akan menjadi saksi atas sumpah tersebut (QS. Yusuf 65-66).

Nabi Ya’qub berdoa menyerahkan keselamatan hidup Ben Yamin kepada Allah. Nabi Ya’qub juga berpesan agar masuk kota melalui pintu masuk yang berbeda-beda. Meskipun demikian, Nabi Ya’qub menyerahkan semuanya pada takdir Allah yang akan menentukan bagaimana perjalanan anak-anaknya (QS. Yusuf 67-68).

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-18)

Rombongan anak-anak Israel ini kemudian berangkat lagi ke Mesir dengan cara masuk kota seperti yang dipesankan bapaknya dengan tujuan menyamarkan kedatangannya apalagi jumlah rombongannya yang besar dapat menarik perhatian para penjaga pintu gerbang yang mungkin sudah mengenali mereka. Mereka bermaksud membeli gandum seperti kafilah lainnya membeli gandum dengan membawa barang penukar kemudian kembali pulang tanpa hambatan.

Namun kedatangan mereka ternyata masih dapat dikenali para pelayan yang telah dipesan apabila ada rombongan dari Hebron agar segera dilaporkan kepada Al-Azis dan membawa mereka semuanyake istananya. Ketika semua telah dapat dikumpulkan diruang pertemuan, Ben Yamin ternyata langsung menarik perhatian Al-Azis sehingga disuruhnya duduk di sampingnya dan kemudian diajaknya berbicara sendiri.

Saat itu Nabi Yusuf berkata kepada adiknya dengan perlahan sehingga tidak didengar oleh saudara-saudaranya, dan meminta agara Ben Yamin tidak menunjukkan reaksi yang berlebih lebihan agar saudaranya yang lain tidak mengerti siapa dirinya, bahwa dirinya adalah Yusuf, kakaknya (QS. Yusuf ayat 69) yang selama ini dikabarkan telah meninggal oleh saudara-saudaranya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-17)

Keakraban Yusuf terhadap Ben Yamin tentu membuat saudara-saudaranya terheran, mengapa Al-Azis dengan cepat bisa akrab dengan Ben Yamin. Ketika makanpun, Ben Yamin diberikan hidangan yang lebih dibanding dengan saudara-saudaranya. Al-Azis kemudian bertanya, mengapa mereka menyamarkan kedatangannya, yang dijawab bahwa hal itu untuk memenuhi pesan bapaknya, sehingga Al-Azis tidak mendesak lebih lanjut.

Usai perjamuan, kemudian anak-anak Israel ini dipersilahkan mengambil gandumnya dan kemudian mereka pulang. Namun belum jauh mereka pergi tiba-tiba ada rombongan pengawal kerajaan yang menyuruhnya berhenti. Tentu mereka kaget atas hal itu, apalagi kemudian ada tuduhan bahwa mereka telah mencuri piala yang digunakan sebagai takaran gandum yang dibuat dari bahan yang sangat bagus. Mereka membantah tuduhan tersebut, dan ketika ditanya apa hukumannya jika ditemukan takaran tersebut dikarung milik salah satu diantara mereka.

Maka anak-anak Israel ini menjawab bahwa pemilik karung tersebut harus dihukum karena telah berbuat dzalim (QS. Yusuf ayat 70-75). Kemudian karung gandum dibongkar satu persatu dari milik yang paling tua, yaitu Ruben hingga milik yang paling muda, yaitu Ben Yamin. Ternyata takaran itu ditemukan di karung gandumnya Ben Yamin. Tentu mereka kaget dan mulai memojokkan Ben Yamin dengan mengatkan bahwa dulu saudara Ben Yamin (Yusuf) pernah mencuri pula.

Mendengar ucapan itu Nabi Yusuf menyembunyikan rasa jengkelnya (QS. Yusuf ayat 76-77). Sedang Ben Yamin tetap bertahan bahwa dirinya tidak mencuri dan tidak mengerti bagaimana takaran itu bisa berada di dalam karungnya.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here