Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-173)

IX. Nabi Muhammad

435
Ilustrasi hancurnya pasukan gajah pimpinan Raja Abrahah oleh serangan burung Ababil.

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Rombongan Abdul Muthalib kemudian menggiring unta mereka menuju perbukitan di pinggir kota Makkah. Sedang Abdul Muthalib pulang dengan rasa gelisah karena ketidakmampuannya mempertahankan Ka’bah. Sampai di kota, Abdul Muthalib langsung menuju Ka’bah, kemudian melakukan Thawaf, setelah itu berdoa sambil menangis memohon ampunan kepada Allah karena ketidakmampuannya mempertahankan bait Allah tersebut.

Tiba-tiba Abdul Muthalib melihat banyak rombongan burung yang terbang mengelilingi Ka’bah. Tentu Abdul Muthalib tidak mengerti tentang pertanda itu. Namun dia semakin kuat memohon pertolongan Allah agar menolong penduduk Makkah. Setelah merasa cukup berdoa, Abdul Muthalib kemudian menuju perbukitan menyusul penduduk Makkah.

Di Al-Mughammis, Abrahah muda telah mensiagakan dan menata pasukannya untuk segera berangkat. Di depan sendiri, Abrahah muda menunggangi gajahnya yang paling besar, Mahmud. Nufail, penunjuk jalan ke arah Makkah telah berdiri disamping Mahmud, sedang disisi lainnya berdiri pengasuh Mahmud yaitu Unais. Di belakangnya berbaris rapi pasukan gajah, pasukan berkuda dan pasukan lainnya. Pasukan Abrahah kemudian berangkat menuju Makkah yang sudah berada di depan mata mereka.

BACA JUGA: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri ke-172)

Ketika pasukan gajah sudah semakin dekat dengan Makkah, setelah istirahat sejenak, setelah pasukan disiapkan, segera akan diberangkatkan. Namun Mahmud tidak mau bergerak maju. Unais berusaha memberikan perintahnya baik dengan cara halus maupun cara keras, namun Mahmud tidak mau bergerak, bahkan kemudian duduk. Namun jika diperintahkan berbalik arah, Mahmud segera bangkit dan dengan cepat berjalan.

Jika diperintahkan kembali menuju arah Makkah, Mahmud langsung berhenti. Akhirnya pasukan Abrahah muda berusaha dengan paksa menarik Mahmud agar mau bergerak ke arah Makkah. Mahmud malah memberontak sehingga Abrahah dan beberapa orang yang ada dipunggung Mahmud sampai berjatuhan.

Dari kejauhan tiba-tiba Nampak awan hitam bergerak ke arah pasukan Abrahah. Melihat ada awan hitam itu, Mahmud lalu berlari menjauh di kejar oleh Unais dan Nufail. Perilaku Mahmud membuat kacau barisan tentara Abrahah muda. Bahkan kemudian banyak pula gajah dan kuda yang mengikuti Mahmud dengan meninggalkan para penunggangnya.

Awan hitam yang semakin mendekat akhirnya nampak bahwa itu adalah rombongan burung yang sangat banyak. Ketika sampai di atas pasukan Abrahah muda, burung-burung itu menjatuhkan kerikil yang membara. Kerikil itu, ketika mengenai manusia atau binatang akan menimbulkan luka yang luar biasa dan membuat yang tertimpa segera menemui kematiannya.

Banyak pasukan Abrahah yang langsung mati tertimpa kerikil membara tersebut, banyak pula yang terluka namun tidak mampu bergerak kemudian menemui kematiannya. Namun ada pula yang selamat. Abrahah sendiri terluka parah dan ditandu menjauh dari daerah Makkah. Namun tidak lama dalam perjalanan pulang, Abrahah muda menemui kematiannya.

BACA JUGA: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri ke-171)

Dalam Al-Quran, burung tersebut dinamakan Ababil sedang batu membaranya disebut Sijjil, yang diabadikan dalam QS. Al-Fil (Gajah), yaitu: “Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka telah sia sia. dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar sehingga mereka dijadikanNya seperti daun-daun yang dimakan ulat”.

Penduduk Makkah dari kejauhan menyaksikan bagaimana pasukan gajah Abrahah kocar kacir dan banyak binatang dan manusia mati bergelimpangan karena diserang oleh burung ababil yang melemparkan batu sijjil. Penduduk Makkah telah menyaksikan bagaimana Allah mengadzab abrahah muda dengan pasukannya. Setelah itu, Abdul Muthalib dan penduduk Makkah kembali ke kota.

Sisa sisa pasukan Abrahah muda kembali ke Najran, namun banyak yang kehabisan bekal kemudian menetap di tempat tinggal suku suku arab dan menjadi budak orang orang arab, termasuk menjadi budak di Makkah. Peristiwa serangan burung ababil berimbas di Najran.

Kematian Abrahah muda dan banyak tentara Abisinia di dekat Makkah menimbulkan pemberontakan di Najran yang menumbangkan kekuasaan Abisyinia di Najran Yaman dan negeri sekitarnya. Pemberontakan dipimpin oleh Syaif bin Dzu Yazan al Himyari dari dinasti Himyar.

BACA JUGA: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri ke-170)

Raja Masruq bin Abrahah yang menggantikan Yaskum dapat ditumbangkan Syaif bin Dzu Yazan berkat bantuan dari pasukan Sasania Persia yang dipimpin Wahris yang kemudian menetap di Yaman dan menjadi raja Yaman, sedang Dzu

Yazan menjadi raja di Najran. Kaum Kristen Abisyinia (Habasyah) banyak yang pulang ke Abisyinia dan yang tidak mempunyai bekal untuk pulang terpaksa harus menerima menjadi budak.

Abdul Muthalib menyisihkan waktunya mengunjungi dan memberikan ucapan selamat kepada Syaif yang menjadi penguasa Najran karena mereka bersahabat. Di Najran, Abdul Muthalib disambut dengan tulisan besar “Selamat datang Anak Saudara Perempuan kami”.

Maksudnya adalah merujuk pada istri nabi Ismael yang menjadi ibu bangsa arab. Kaum Qurays menjadi buah bibir dan semakin disegani oleh suku suku Arabiya lainnya. Terbukti Makkah dan Ka’bah mempunyai pelindung yang tidak nampak dan Maha Kuasa, dan kaum Qurais semakin dikenal sebagai kaum yang disayangi oleh pemilik Ka’bah. Tahun itu dikenang oleh orang orang Makkah sebagai Tahun Gajah.

Wahyu sebagaimana pada Qs Al-Fil ini turun di Makkah. Ketika nabi Muhammad menerima wahyu tersebut, masih banyak penduduk Makkah yang yang melihat peristiwa serangan pasukan gajah tersebut yang masih hidup. Penduduk Makkah generasi nabi Muhammad pasti juga banyak yang tahu peristiwa tersebut dari cerita orang tua mereka yang saat itu masih banyak yang hidup.

BACA JUGA: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-169)

Dengan turunnya wahyu tersebut, kaum muslim Makkah saat itu mendapatkan penegasan tentang burung yang membawa batu kerikil membara yang ternyata dikirim oleh Allah untuk melindungi Ka’bah. Burung yang membawa batu membara tersebut ternyata hanya datang sekali saja, dan tak pernah datang lagi.

Hal itu menunjukkan bahwa burung yang membawa batu kerikil membara tersebut betul betul kiriman Allah. Tidak mungkin ada burung yang dapat membawa batu kerikil membara yang dapat membunuh gajah dan manusia, jika bukan burung kiriman Allah. Dan sekarang Allah mengirim Muhammad sebagai rasul-Nya di Makkah. Dengan demikian, wahyu tersebut semakin meneguhkan iman kaum muslim Makkah.

5. Kelahiran dan masa kecil Muhammad.

Abdullah bin Abdul Muthalib jatuh sakit ketika dalam perjalanan pulang dari berdagang. Ketika rombongan kabilahnya sampai di Yatsrib, Abdullah sudah tidak mampu melanjutkan perjalanan ke Makkah. Akhirnya, Abdullah di tinggal di Yatsrib. Di kota kecil ini, masih banyak saudara saudara dari bapaknya.

Sedang rombongannya pulang ke Makkah. Ketika kabilah dagang kaum Qurays sampai di Makkah langsung melaporkan kepada Abdul Muthalib bahwa Abdullah jatuh sakit dan ditinggal di Yatsrib. Abdul Muthalib langsung mengutus Al-Harits ke Yatsrib untuk menengok dan melihat keadaan Abdullah. Namun Al-Harits pulang ke Makkah dengan membawa kabar kematian Abdullah.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here