Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-153)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

377
Lukisan Serangan imperium Roma pada penduduk Israel di kota dan desa-desa di Samria dan Yudea. (Sumber: Pinterst.com)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Usai perang panjang tersebut Hadrianus membuat peraturan baru. Bani Israel dilarang masuk kota yerusalem bahkan harus keluar dari wilayah Yudea dan Samaria, hanya boleh tinggal di wilayah Galilea. Pengumuman itu semakin membuat kota kota dan desa menjadi daerah yang hampir kehabisan penduduk. Hanya diisi orang-orang non Israel yang jumlahnya sangat sedikit.

Di kemudian hari, melihat kondisi Yerusalem seperti itu mengingatkan Bani Israel pada ramalan Mikha yang mengatakan: “Maka Zion akan dibajak seperti ladang, dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing puing, dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan”.

Hukuman bagi Bani Israel yang pertama terjadi pada tahun 587 SM, dan hukuman kedua terjadi pada tahun 70 M. Dua kali hukuman tersebut selalu ditandai dengan hancurnya kota Yerusalem dan masjidil Aqsha sebagaimana yang disebut QS. Al-Isra’ 4-7. Namun hukuman untuk yang kedua berlanjut lagi setelah berselang waktu lebih dari 60 tahun kemudian yaitu pada tahun 132 M-135 M yang mengakibatkan kurban manusia dalam jumlah besar dan Bani Israel harus terusir dari tempat tinggalnya.

Bangsa Israel menjadi bangsa yang dikalahkan dan dihinakan oleh dunia. Mereka justru hanya boleh tinggal di wilayah yang kecil di mana terletak kota yang pernah menjadi tempat tinggal Nabi ‘Iysaa sebelum menjalankan tugas keNabiannya, yaitu Nazareth.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-152)

Memahami hukuman Allah bagi Bani Israel sebagaimana pada QS. Al-Isra’ 4-7, QS. An-Nisa 155-157, QS. Al-Maidah 115, dalam peristiwa sejarah, ternyata muncul dalam bentuk tragedi luar biasa. Perlakuan Bani Israel terhadap hamba Nya yang menjadi utusan Nya yaitu Nabi Zakariya, Nabi Yahya dan Nabi ‘Iysaa, ternyata memunculkan hukuman Allah yang terjadi secara bertahap dan menghancur leburkan apa saja yang pernah diperbuat Bani Israel dan harus pula dibayar dengan ratusan ribu nyawa maupun kehormatan kebangsaan dan keagamaannya.

Penghinaan terhadap Maryam terjadi sekitar tahun 6 SM, Pembunuhan terhadap Nabi Yahya dan Zakariya terjadi pada tahun sekitar 31 M dan usaha membunuh Nabi ‘Iysaa terjadi pada sekitar tahun 32 atau 33 M. Kalau dilihat pada QS. Al-Maidah 114-115 mungkin dapat sedikit dipahami mengapa adzab tersebut akhirnya terjadi pada bangsa Israel secara keseluruhan yang jatuhnya secara bertahap.

Pada ayat tersebut ditunjukkan: 1) ketika Allah mengabulkan do’a Nabi ‘Iysaa untuk menurunkan makanan, namun disertai suatu ancaman, 2) Allah akan menurunkan adzab kepada yang kafir (terhadap ‘Iysaa) dengan adzab yang belum pernah ditimpakan kepada seorangpun diantara umat manusia.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-151)

Ternyata hukuman itu jatuh pada tahun 70 M, yaitu ketika Yerusalem dan Masjidil Aqsha di hancur luluh lantakkan, dan pada tahun 132 M-135 M, dimana banyak benteng, desa, kota dihancurkan dan 585.000 orang dibunuh dan yang lain diusir dari tempat tinggalnya.

Setelah Bani Israel diusir, atas nama kemajuan peradaban, Hadrianus kemudian mulai membangun proyeknya, membangun Aelia Capitolina di Yerusalem di wilayah Zion. Proyek tersebut juga diteruskan oleh kaisar penggantinya, yaitu Antonius Pius. Tiga kuil di bangunnya, yaitu kuil Asclepius, kuil Yupiter dan kuil Aphrodite. Diatas platform Haekal Sulaiman dibangun patung Hadrianus dan patung Antonius Pius. Selain tiga kuil tersebut, wilayah zion juga di jadikan perumahan baru.

Ketika imperium Roma merealisasikan pembangunan Aelia Capitolina di Yerusalem, kaum Kristen dari kaum gentile menerima berkah dari proyek pembangunan. Mereka datang sebagai pekerja proyek dan diberi keleluasaan untuk tinggal di bekas pemukiman pemukiman Bani Israel termasuk di kawasan Sion.

Agama Kristen dalam peribadatannya tidak memerlukan Haekal Sulaiman karena hakikat Haikal Sulaiman telah berpindah pada tubuh Yesus sebagai Tuhan. Kaum Kristen juga tidak mewajibkan ibadah sunat karena sunat adalah syarat untuk menjadi Israel dan dan memeluk agama Yahudi. Kristen juga tidak mempercayai akan muncul Messiah baru, karena Messiah atau Kristus adalah Yesus itu sendiri yang telah menjadi Tuhan sesembahan mereka.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-150)

Dengan demikian agama Kristen tidak bersinggungan dengan proyek pembangunan Aelia Capitolina dan pembangunan patung Hadrianus dan Antonius Pius diatas platform Haikal Sulaiman. Kaum Kristen mendapat kesempatan luas untuk berada di panggung Yerusalem, dimana agamanya mendapatkan tempat berkembang di bekas ikon agama Yahudi. Agama Kristen mulai berkembang ibarat matahari mulai naik sepenggalah.

Agama Kristen berkembang tanpa ada pembandingnya dari agama Yahudi dan nashara. Tidak ada Bani Israel yang boleh tinggal di Yerusalem. Sinagoge kaum Yahudi dirubah menjadi tempat ibadah agama Kristen. Rumah-rumah kaum Yahudi dan nashara menjadi tempat tinggal orang-orang Roma dan dipinggiran kota menjadi pemukiman kaum Kristen.

Di banyak tempat rumah-rumah dirobohkan dan tanahnya di bajak untuk dijadikan ladang dan perkebunan. Kota Yerusalem mengalami penataan ulang menjadi kota Dewa Roma dan kaum Kristen mendomplengnya. Perubahan total dari kota dengan ikon agama Yahudi menjadi ikon dewa roma dan bersamaan dengan mulai munculnya simbul Kristen.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here