Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-151)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

249
Synagoga Hurva, sinagoga di Yerusalem pada masa sekarang. Jauh berbeda dengan Haekal Sulaiman. Pembagian ruangan juga tidak lagi mengacu pada kitab Yehezkiel. Tata cara peribadatannya juga sudah berbeda. Sekarang menggunakan kitab Mysna. Tampak menorah, tempat lilin peribadatan menjadi pertanda bangunan sinagoga. (Sumber: trek.zone)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Tempat pemukiman yang tersisa hanya di perbukitan di bagian selatan Yerusalem. Mereka disana membangun beberapa sinagoga yang menjadi tempat ibadah kecil bagi agama Yahudi. Sinagoga berfungsi sebagai pengganti tempat peribadatan Haikal Sulaiman.

Untuk itu, dipimpin Rabbi Yohanan bin Zakkai, para rabbi yang berasal dari kaum Farisi ini membuat kitab hukum baru yaitu Misyna, kitab yang menjadi petunjuk dalam melaksanakan ibadah di sinagoga, menggantikan kitab petunjuk ibadah di Haekal Sulaiman.

Dengan Misyna, Bani Israel berharap dapat menghadirkan shekineh atau kedamaian di sinagoga sebagaimana yang mereka dapatkan di Haekal Sulaiman.

Setelah keadaan menjadi tenang, Simeon dengan beberapa pengikut Nashara Awal datang dari Pella kembali bermukim bersama kaum Yahudi di wilayah selatan kota Yerusalem. Namun kaum Kristen tidak ikut bergabung dalam pemukiman tersebut, dan juga tidak nampak di Yerusalem. Kehidupan seperti dimulai lagi dari titik nol.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-150)

25. Penulisan Injil Kristen.

Pada saat kondisi sudah mulai tenang, kaum Kristen tidak tinggal di Yerusalem, namun mereka tersebar ke kota kota lainnya di wilayah Yudea dan Samaria. Kaum Kristen, belajar dari kehancuran Yerusalem dan Haikal Sulaiman, kemudian ada yang mulai menuliskan injil bagi kaum Kristen.

Pada akhir tahun 70-an hingga tahun 90-an, muncul Injil Kristen yang mengacu pada aqidah Paulus. Empat orang menuliskan injil kaum Kristen yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Meskipun Yesus maupun Maryam berbicara dalam bahasa ibrani dan Aram, namun penulisan injil Kristen berbahasa Yunani.

Sangat mungkin karena Paulus dan penganut Kristen awal berasal dari Israel diaspora atau kaum gentile yang kebanyakan berbahasa Yunani, maka penulisan injil tidak dituliskan dalam bahasa ibrani, namun ditulis dalam bahasa Yunani.

Kemungkinan lainnya, Injil 4 evangelic tersebut awalnya di tulis dalam Bahasa Ibrani. Namun karena situasi politik yang sangat menyulitkan Bani Israel dan agama Yahudi, maka kemudian untuk kepentingan kaum Kristen karena tidak ingin terimbas oleh sitiuasi yang dialami Bani Israel, maka Injil 4 evangelic diterjemahkan ke bahasa Yunani.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-149)

Sedang yang berbahasa ibrani tidak pernah dipakai dan oleh karena itu lambat laun kitab injil 4 evangelic yang berbahasa ibrani rusak atau hilang karena tidak pernah digunakan.

Ketiadaan injil 4 evanglic dalam bahasa ibrani menyulitkan untuk melacak injil 4 evangelic yang ada sekarang ini terjemahannya apakah sesuai dengan bahasa aslinya. Adanya perbedaan antara injil 4 evangelic dengan injil Barnabas menjadi tidak dapat dipertemukan.

Perbedaan pada perkataan atau khutbah khutbah Yesus termasuk perbedaan menyangkut masalah ke Tuhan an tidak bisa dikonfirmasi pada teks aslinya. Padahal Barnabas adalah murid sekaligus sahabat dekat Yesus yang kitab injilnya digunakan oleh kaum Nashara, namun tidak digunakan oleh kaum Kristen. Maka perbedaan itu tidak bisa dihapuskan selamanya.

Injil Lukas 1:2-3 menyebutkan, Lukas menyusun injilnya dari menyeleksi sumber peristiwa dari para saksi mata dan pelayan Firman, dengan tidak menyebut siapa yang dimaksud dengan para saksi dan pelayan firman dimaksud. Sangat mungkin tiga evangelic lainnya menyusun dengan cara yang sama.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-148)

Namun terdapat kemungkinan terdapat perbedaan sumber peristiwa. Jika ada kesamaan sumber peristiwa, mencari beritanya pada waktu yang berbeda. Oleh karena itu terdapat perbedaan penekanan penulisan injil 4 evangelic, yang kemudian dilakukan sidang untuk penetapan atau qanusiasi, yang memutuskan penggunaan 4 evangelic dalam satu paket Injil.

Injil Matius, memberikan penekanan khusus atau penonjolan, bahwa Kristen adalah kelanjutan agama dan tradisi Yahudi. Pasal-pasal dalam injil Matius menunjukkan ada kontinyuitas dari agama Yahudi menjadi Kristen.

Pasal pertama injil Matius menjelaskan silsilah Yesus yang keturunan Dawud, kelahiran Yesus dari rahim Maria, kemudian menceritakan pertemuan Yahya dengan Yesus, dimana Yesus dibaptis oleh Nabi Yahya.

Yesus sebagaimana Yahya adalah orang Yahudi. Terdapat ayat ayat yang secara khusus menunjukkan bahwa Yesus menjalankan Taurat sekaligus menggenapi atau melengkapi Taurat dengan menunjukan cara bersedekah, berdo’a, berpuasa, mencari rizki, memberikan keadilan kepada sesama, baru kemudian masuk pada pasal pasal yang menunjukkan kehebatan dan keajaiban mukjizat Yesus.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-147)

Hal ini dapat dipahami sebagai upaya untuk menunjukkan kedekatan Kristen dengan agama Yahudi tanpa harus keluar dari aqidah Kristen yang di cetuskan oleh Paulus. Dengan injil Matius, kaum Kristen berharap dapat hidup berdampingan secara damai dengan kaum Yahudi terutama di wilayah Samaria dan Yudea.

Injil Markus memberikan penekanan khusus pada status Krestos Yesus untuk membangkitkan spirit moral kaum Kristen. Kehebatan Messiah Yesus dalam berbagai aspek lebih ditonjolkan dengan mengemukakan keajaiban mukjizat Yesus dalam menolong Bani Israel maupun kaum gentile. Dari 16 pasal Injil Markus, terdapat 10 pasal yang banyak ayatnya menceritakan kehebatan mukjizat Yesus.

Dengan adanya pasal peristiwa penghancuran Yerusalem dan Haekal Sulaiman, maka injil Markus menjadi jawaban yang tepat untuk kondisi saat itu agar spirit moral kaum Kristen tercerahkan dan bangkit dari kesulitan.

Injil Lukas, memulai ayat ayatnya dengan mengkaitkan Yesus dengan Nabi Nabi Bani Israel, Yesus keturunan bangsa Israel. Dimulai dengan ayat tentang pemberitahuan kelahiran Nabi Yahya dan Yesus, tentang Maria ibu Yesus dan Elizabet ibu Yahya, dan tentang Nabi Zakariya. Kemudian menceritakan Yesus disunat, dan ketika Yesus masih remaja namun sudah dapat berdebat dengan imam Yahudi tentang taurat di Haekal Sulaiman.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-146)

Juga tentang silsilah Yesus untuk menunjukkan bahwa Yesus berasal dari keluarga yang salih. Setelah itu masuk pada kehebatan mukjizat Nabi ‘Iysaa. Injil Lukas memberikan penekanan pada pelayanan Yesus bukan hanya untuk orang Yahudi namun juga pada kaum gentile, sehingga kitab Injil adalah untuk semua orang baik Israel maupun non Israel.

Terakhir adalah injil Yohanes yang muncul pada akhir tahun 90 an. Isi Injil Yohanes sangat jauh berbeda dengan Injil Matius, Markus dan Lukas yang sudah terbit lebih dahulu. Injil Yohanes tidak menunjukkan kontinyuitas antara agama Yahudi dengan Kristen.

Injil Yohanes pada pasal pertama langsung masuk pada landasan teologis Kristen, dimana Yesus adalah anak tunggal Allah, Yesus adalah logos dan pusat persembahan, Yesus adalah firman pengganti taurat, Yesus adalah domba kurban suci yang menghapus dosa-dosa manusia.

Kemudian ayat berikutnya Injil Yohanes mendiskripsikan tentang mana yang baik dan mana yang jahat, apa yang disebut gelap dan apa yang disebut terang, tentang alam dunia dan alam ruh, perbedaan antara hidup dengan mati, dan apa yang disebut orang salih menurut Kristen.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-145)

Injil Yohanes menuliskan tentang perbuatan Yesus mengusir para pedagang ternak dan penukar uang di Haekal Sulaiman sebagai ayat tentang perbuatan Yesus mensucikan Haekal Sulaiman. Dalam pasal 2:19-21 yang menunjukkan kesanggupan Yesus membangun Haekal Sulaiman dalam waktu 3 hari sedang Bani Israel membutuhkan waktu ratusan tahun hingga dianggap tuntas.

Hal itu menunjukkan visi injil Yohanes tentang Haekal Sulaiman sebagai bait suci yang jauh berbeda dengan agama Yahudi. Yohanes menyebut bait Allah adalah tubuh Yesus sendiri. Maksut penulisan injil Yohanes adalah Yesus adalah Logos atau firman Allah yang mewujud manusia dimana orang orang menemukan kehadiran Ilahi pada wujud tersebut. Jadi Yesus adalah pengganti institusi sakral agama Yahudi dan Yesus adalah pengganti keberadaan Bait Allah Haekal Sulaiman.

Selain itu, Injil Yohanes pasal 12:37-50 mengangkat ketidak percayaan dan penolakan Bani Israel terhadap perkataan Yesus dijadikan sebagai ayat ayat yang menghakimi kaum pemeluk agama Yahudi sekaligus menjadi garis pembatas perbedaan antara agama Yahudi dengan Kristen.

Dengan demikian Injil Yohanes telah membuat garis pemisah yang tegas antara agama Yahudi dengan Kristen. Kristen adalah pengganti agama Yahudi. Injil Yohanes adalah injil untuk meneguhkan aqidah Kristen.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here