Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-150)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

495
Lukisan tentara Roma dipimpimpin Titus akan menjebol dan meruntuhkan tembok kota Yerusalem. (Sumber: churchintoronto.blogspot.com)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Tanpa ada halangan berarti, tentara Roma bergerak menuju Yeusalem dan Haekal Sulaiaman. Pertahanan kaum Zelot di Benteng Masada dekat laut mati dihancurkan.

Setelah itu, Titus langsung membawa tentaranya menyerang Yerusalem, meruntuhkan tembok kota bagian utara dan tembok ke dua di dekat pasar. Orang-orang Zelot di benteng tersebut tidak ada yang tersisa hidup. Mereka perang sekaligus untuk bunuh diri.

Tanggal 28 Agustus 70, giliran gerbang haekal Sulaiman diruntuhkan, dan tentara Roma mendapati sekitar 6.000 orang kaum Yahudi di dalamnya dengan keberanian luar biasa siap perang sampai mati. Meskipun perang di Haekal Sulaiman, kaum Yahudi tetap tidak melanggar batas penggunaan ruang Haekal Sulaiman.

Rakyat Yahudi perang di halaman depan, para bangsawan perang di bagian dalam dan para imam siap perang di ruang suci Gholah. Tembok-tembok halaman dan bilik-bilik Haekal Sulaiman sudah diruntuhkan tentara Roma, perang berkobar di semua halaman dan ruang Gholah.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-149)

Ketika Haekal Sulaiman di bakar oleh tentara roma, kaum Yahudi semakin semakin menyusut jumlahnya. Sisa sisa kaum Yahudi menubrukkan badannya ke pedang tentara Roma untuk mencoba mati bersama tentara Roma. Kaum Yahudi yang perang di Haekal Sulaiman sudah hampir habis termasuk para imamnya.

Bangunan Bait Allah Sulaiman bagian atas sudah runtuh, tinggal platform lantai atasnya. Bagunan dari kayu telah habis terbakar. Tersisa tembok barat Devir (ruang paling suci) dan tembok-tembok penopang platform lantai atas Masjidil Aqsha.

Segelintir orang Yahudi yang masih hidup namun sudah kehabisan tenaga tidak mampu berbuat apa-apa, oleh tentara Roma dibiarkan menyingkir. Tentara Roma justru sibuk menghancurkan ruang-ruang Haekal Sulaiman yang masih tersisa, rumah-rumah para imam dan pejabat agama di kota atas juga tidak luput dari penghancuran.

Tembok-tembok kota dihancurkan membuat kota Yerusalem menjadi kota yang terbuka yang tidak aman. Istana Herodes juga tidak luput dari penghancuran oleh tentara Roma. Puing puing kehancuran dibiarkan menjadi onggokan batu yang merusakkan keindahan kota. Kota Yerusalem menjadi kota yang lengang karena sisa penduduknya banyak yang meninggalkan kotanya. Hanya sedikit yang berusaha bertahan di kota.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-148)

Bersamaan dengan hancurnya Haekal Sulaiman dan kota Yerusalem, tabut berisi Taurat yang tertulis dalam lauh-lauh batu juga menghilang, demikian pula barang-barang peninggalan Nabi Musa dan Nabi Harun yang berada di dalam tabut juga ikut hilang pula. Sampai sekarang tabut perjanjian tidak ditemukan.

Pusat kehidupan Bani Israel beserta identitas religius kotanya sekali lagi mengalami kehancurannya. Bersamaan dengan hancurnya Haekal Sulaiman dan kota Yerusalem, tabut berisi Taurat yang tertulis dalam lauh-lauh batu juga menghilang, demikian pula barang barang peninggalan Nabi Musa dan Nabi Harun yang berada di dalam tabut juga ikut hilang pula. Sampai sekarang tabut perjanjian tidak ditemukan. Pusat kehidupan Bani Israel beserta identitas religius kotanya sekali lagi mengalami kehancurannya.

Hari itu, hukuman kedua dari Allah, sebagaimana QS. Al-Isra’ 7, telah meluluh-lantakkan kota Yerusalem dan Bait Allah Haekal Sulaiman yang baru saja selesai dibangun. Perkataan Nabi ‘Iysaa tentang kehancuran Haikal Sulaiman telah terlaksana.

Ternyata Roma merasa tidak cukup dengan penghancuran Masjidil Aqsha, istana dan kota Yerusalem. Tentara Imperium Roma juga diperintah mengejar dan membunuh siapa saja yang mengaku keturunan Raja Dawud.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-147)

Bahkan raja Agrippa II yang selalu berusaha menekan pemberontakan dan mengupayakan perdamaian tidak luput dari pemberangusan kekuasaan, meskipun masih tetap diperbolehkan menggunakan gelarnya namun hanya diberi kekuasaan di wilayah kecil di Galilea.

Ketetapannya adalah setelah kematiannya, wilayah Galilea akan menjadi bagian dari propinsi penuh imperium Roma. Semua wilayah dijadikan satu propinsi dipimpin Gubernur Roma. Tidak ada raja lagi di wilayah Bani Israel, Idumea (Edom), Galilea dan Perea.

Tidak ada lagi bentuk kekuasaan sekecil atau serendah apapun bagi Bani Israel dan agama Yahudi. Yerusalem hanya menjadi markas legiun Romawi yang sebagian besar pasukan justru tidur di tenda-tenda karena tidak ada lagi bangunan yang tersedia.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here