Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-147)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

261
Lukisan tentang Yacobus memberikan saran pada Paulus agar bersedia menjalani ritual pentahriran dirinya di Haekal Sulaiman. (alkitab.sabda.org)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Bani Israel membawa Paulus ke pengadilan. Namun Galio, Gubernur di Akhaya Korintus menolak mengadili perkara itu dan menyarankan bani Israel dengan Paulus meyelesaikan sendiri perselisihan diantara mereka, karena menganggap agama kedua pihak sama.

Kisah ini menjadi awal perbedaan antara aqidah Paulus dengan agama Yahudi dan Paulus merasa mendapatkan kekuatan baru atas putusan Gubernur. Paulus merasa bani Israel secara hukum tidak bisa mempersoalkan aqidahnya, dan mulai memisahkan golongan pengikut aqidahnya dengan pemeluk agama Yahudi.

Setelah itu Paulus melanjutkan perjalanan dakwahnya ke Apolos, Efessus, Makedonia, Tirus, Siprus, wilayah ptolemais yaitu bangsa Yunani dari Mesir yang berada di kota Ptolemais di wilayah Israel Samaria, dan banyak lagi termasuk daerah pedalaman. Perjalanan panjang yang melelahkan.

Jemaat Paulus menjadi semakin banyak dan luas wilayah penyebarannya. Namun di banyak tempat memunculkan perselisihan dengan penganut agama Yahudi dan perselisihan tersebut di dengar sampai ke Yerusalem.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-146)

Meskipun Paulus telah berhasil menyebar luaskan aqidahnya dan pengikutnya semakin banyak, namu Pulus tidak dapat melepaskan Yesus yang mempunyai akar identitas Taurat dan Yerusalem. Hal itu membuat Paulus berkeinginan kuat pergi ke Yerusalem, namun tidak langsung pergi ke Yerusalem, terlebih dahulu singgah beberapa lama di Kaisarea.

Ketika sampai di Yerusalem, Paulus mengunjungi Yakobus dan menceritakan perjalanan dakwahnya secara terinci. Tetapi Yacobus menanyakan perselisihannya dengan orang-orang yang beragama Yahudi karena berita yang di dengar sampai ke Yerusalem adalah Paulus meminta agar mereka keluar dari hukum Musa. Namun berita tersebut dibantah oleh Paulus.

Kitab Kisah Para Rasul 21:15-26 mengkisahkan Yacobus menyarankan agar Paulus mentahirkan (pembersihan, pensucian) dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya masih memelihara hukum taurat.

Tidak ada pernyataan keberatan apapun dari Paulus atas saran tersebut dan langsung menyatakan kesediaannya mentahirkan dirinya. Dia kemudian masuk ke bait Allah untuk menjalani ritual pembersiahan. Namun tidak ada informasi bagaimana ritual dan ucapan atau sumpah pentahrirannya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-145)

Saran pentahriran tersebut menunjukkan Yacobus berpikir dengan nurani yang bersih dengan tidak menunjukkan rasa kecurigaan terhadap Paulus bahwa Paulus telah menyebarkan aqidah yang berbeda dengan aqidah Nashara Awal.

Dengan pentahriran tersebut dapat dimaknakan bahwa Yacobus percaya pada Paulus dalam kepergiannya keliling berdakwah di banyak tempat dengan tetap berpegang pada Taurat, menjadikan Yesus adalah Rasul Allah, dan menjadikan Taurat dan Injil Nashara sebagai pedoman dalam dakwahnya.

Mungkin peristiwa itu menjadi dasar dari Bible yang menempatkan Taurat dan kitab kitab Nabi bani Israel atau yang didebut Tanakh atau Perjanjian Lama menjadi bagian pertama, kemudian bagian kedua adalah Perjanjian Baru yang berisi Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, Kisah Para Rasul dan kitab kitab lainnya.

Perjanjian Baru tidak bisa berdiri sendiri tanpa Perjaanjian Lama, karena jika Perjanjian Baru berdiri sendiri akan kehilangan pondasi dari keyakinan aqidahnya terhadap Yesus, karena nama Allah berasal dari Taurat.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-144)

Yesus berdakwah pada bani Israel yang mempunyai keyakinan berdasar Taurat dan kitab Nabi-nabi lainnya. Akan menemui kesulitan untuk mencari landasan kemunculan Yesus tanpa menyebut Taurat dan kitab kitab Nabi bani Israel lainnya. Yesus adalah keturunan Dawud orang Israel, sedang menyebut Dawud tidak bisa menghindari penyebutan Taurat dan kitab bani Israel lainnya.

Penulis Bible tidak akan bisa mengutak atik Perjanjian Lama karena itu kitabnya bani Israel sehingga Perjanjian Lama yang ada dalam Bible tidak boleh berbeda dengan kitabnya agama Yahudi. Jika berbeda akan menimbulkan masalah dengan bani Israel. Hal itu merupakan akibat dari Paulus tidak menerima wahyu dari Allah seperti halnya Nabi-nabi yang menerima wahyu dari Allah. Tidak ada kitab Paulus yang berisi wahyu yang diterimanya dari Allah.

Selain itu, status mentuhankan Yesus adalah berdasar pernyataan Paulus yang sangat mungkin Paulus mendengarnya dari do’a Stevanus menjelang kematiannya, sedang sebelum peristiwa hukum rajam, Stevanus tidak pernah dikisahkan pernah menyebut Yesus adalah anak Allah.

Juga bukan berasal tafsir atas Taurat, karena Nabi Musa sebagai Nabi yang menerima Taurat hanya mempunyai satu tuhan yaitu Allah sedang Yesus selama hidupnya tidak pernah menyatakan dirinya adalah Tuhan lain di samping Allah.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-143)

Dengan demIkian kaum Kristen tidak dapat menjadikan Perjanjian Baru sebagai kitab yang terpisah dari Perjanjian Lama, kitab suci bani Israel, karena menyangkut asal usul Yesus dimana keberadaan Yesus sangat tekait dengan riwayat Nabi Musa, Dawud serta Nabi-nabi bani Israel lainnya.

Ketika Paulus dalam proses ditahrir, di luar Haekal Sulaiman terjadi keributan karena ada orang yang melihat Paulus masuk ke Haekal Sulaiman. Orang-orang yang ribut itu mengatakan bahwa Paulus adalah orang yang dimana mana mengajak kaum Yahudi meninggalkan Taurat, meninggalkan hukum Musa.

Penduduk Yerusalem menjadi gempar, dan memaksa masuk Haekal Sulaiman dan kemudian beramai ramai menangkap Paulus dan menyeretnya keluar Haekal Sulaiman. Paulus dibawa keluar kota hendak dibunuh. Kegemparan itu cukup besar sampai didengar oleh tentara sehingga beberapa perwira dengan membawa tentara lalu mengambil Paulus dari penduduk yang menyeretnya.

Para tentara tidak mengetahui apa yang menjadi sebab kegemparan itu karena suara ribut dan teriakan yang bermacam macam, dan kemudian membawa Paulus ke markas tentara. Di Markas tersebut Paulus minta ijin agar diperbolehkan untuk bicara dengan penduduk.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-143)

Kemudian Paulus dengan berbicara dalam Bahasa ibrani, menunjukkan bahwa dirinya adalah orang Yahudi dari Tarsus dan menyampaikan riwayat dirinya di Yerusalem yang kemudian berdakwah ke mana-mana dan kemudian kembali ke Yerusalem.

Namun penduduk Yerusalem tidak mau mendengarkan penjelasannya, karena Paulus menyatakan dirinya pernah mengalami situasi melihat cahaya dan mendengar suara Yesus yang memerintahkannya ke Damsyk. Penyebutan nama Yesus itu membuat tetap muncul keributan dan oleh karena itu tentara kemudian tetap memenjarakannya.

Dalam kitab Kisah Para Rasul 22:25-29, ketika tentara akan menyiksanya agar mau bicara tentang sebab orang-orang Israel tetap ribut, Paulus menyebut dirinya adalah warga negara Rum yang membeli status kewarga negaraannya dengan harga yang mahal, meskipun hak itu sebenarnya dia dapatkan karena kelahirannya.

Dengan demikian Paulus tahu betul bahwa dirinya mempunyai status yang berbeda dengan penduduk Yahudi dan mempunyai hak yang berbeda dengan kaum Yahudi. Paulus mengerti betul bahwa dirinya mempunyai hak untuk diadili dengan pengadilan Rum atas perbuatannya, dan hal itu dapat menjadi jalan keluarnya untuk menghindar dari pengadilan Mahkamah Agama Yahudi.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-141)

Paulus sebenarnya sangat memahami bahwa kedatangannya ke Yerusalem dapat menimbulkan kegemparan pada penduduk Yahudi Yerusalem, namun dirinya mempunyai hak dan kekuatan untuk menghindar dari pengadilan Majelis Agama Yahudi.

Namun demikian, oleh tentara Roma, Paulus tetap dihadapkan pada pengadilan Mahkamah Agama Yahudi karena mereka menganggap Paulus beragama Yahudi. Berbica pada para imam pejabat Mahkamah, Paulus menyatakan dirinya adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi, dan dirinya berharap akan kebangkitan orang mati.

Karena pengakuannya itu, membuat para pejabat agama pendapatnya pecah terbelah. Ada perbedaan antara imam Farisi dengan imam Saduqi. Karena keributan para pejabat agama tersebut, kemudian tentara mengambil kembali Paulus untuk dibawa ke markas tentara.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here