Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-144)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

261
Lukisan tentang pengakuan Saulus yang diterpa cahaya yang setelah itu membuatnya tidak bisa melihat. (Sumber: Abbaloveminiistries.org)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Penulis Kitab Kisah Para Rasul menyebutkan pada pasal 7 : 59-60, dengan tanpa didahului penjelasan mengenai asal usul informasinya, menuliskan perkataan Stevanus sebelum menemui kematiannya yaitu “Ya Tuhan Yesus terimalah roh ku”. Kemudian sambil berlutut Stevanus berkata “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka”.

Penulis Kitab Kisah Para Rasul dengan demikian telah menjadikan Stevanus sebagai Imam Nashara Awal yang menjadikan Yesus sebagai Tuhan, sekaligus sebagai martir Nashara Awal yang berasal dari kelompok Gentile yang berasal dari Yahudi diaspora.

Mengingat tidak dijelaskan asal usul perkataan tersebut, maka menjadi agak sulit dicerna bahwa Stevanus sebagai imam Nashara Awal telah berubah keimanannya dengan menyebut Yesus sebagai Tuhan, karena saat itu kitab injil yang digunkan para imam Nashara Awal adalah injil Hawariyyun yang tidak menyebutkan Yesus sebagai Tuhan. Saat peristiwa itu, Injil 4 evangelic Matius, Markus, Lukas dan Yohanes bahkan belum ditulis.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-143)

Kitab Kisah Para Rasul pada pasal 8 : 1a, suatu ayat yang dapat dianalisa sebagai ayat sisipan, karena ditulis dengan 8 : 1a, tidak seperti kebanyakan ayat lainnya yang berupa angka yang berurutan, tanpa ada angka yang ditambahkan huruf. Ayat tersebut menuliskan bahwa Saulus berada di dekat peristiwa tersebut, dan tidak dijelaskan apakah ikut melempar batu atau tidak.

Namun dapat diduga maksud penulisan ayat tersebut adalah informasi tentang perkataan Stefanus menjelang kematiannya dikesankan bersumber dari Saulus. Meskipun tidak disebutkan Saulus telah mendengar perkataan tersebut, namun dapat dikesankan bahwa Saulus adalah orang yang menjadi sumber penulisan ayat tentang perkataan Stefanus tersebut. Karena tidak mungkin dituliskan oleh Stevanus yang saat itu meninggal setelah berkata seperti itu.

Akibat peristiwa pembunuhan Stefanus itu, maka kejadian itu menyulut kerusuhan berantai. Penduduk Yerusalem termasuk Saulus mengejar kaum Gentile penganut Nashara Awal. Namun sejak Stefanus di gelandang keluar kota Yerusalem untuk dilempari batu sehingga meninggal, kebanyakan mereka telah melarikan diri tersebar ke berbagai wilayah Yudea dan Samaria, kota Antiokia, Siprus dan Fenesia.

Kaum Yahudi dan Saulus memasuki rumah-rumah mereka, jika menemukan orang yang tidak sempat melarikan diri maka dibunuh atau ditangkap untuk dipenjara.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-142)

Pelarian kaum Gentile dan pembunuhan tersebut menunjukkan bahwa saat itu Bani Israel terutama di wilayah Yudea belum bisa sepenuhnya dapat menerima keyakinan Nashara Awal sehingga menjadikan kaum Gentile sebagai sasaran ketidak senangannya. Namun, yang tidak diduga oleh Bani Israel adalah pelarian para imam dari kaum Gentile pengikut Nashara Awal dilakukan sambil berdakwah.

Akibatnya semakin banyak penduduk di kota kota yang dilalui mereka yang kemudian menjadi pengikut Nashara Awal. Para Hawariyyun akhirnya mendengar dakwah para pelarian ini dan kemudian mereka datang ke kota kota tersebut untuk memperkuatnya.

Kabar dakwah yang dilakukan oleh para imam kaum Gentile pengikut Nasahara Awal ini juga didengar oleh para pejabat agama di Yerusalem. Saulus akhirnya mendapatkan surat perintah untuk melakukan perjalanan ke Damsyik untuk mengejar para pendakwah tersebut, maka Saulus bersama beberapa temannya berangkat ke Damsyik.

Kitab Para Rasul pasal 9 : 3-8, mengkisahkan, di tengah perjalanan ke Damsyik, Saulus mengaku bahwa dirinya merasa diterpa cahaya dari langit yang mengelilinginya dan kemudian dia mendengarkan suara yang mengaku Yesus dan menyuruhnya pergi ke kota Damsyk. Di kota tersebut dia akan bertemu seseorang yang akan mengatakan tentang apa yang akan diperbuatnya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-141)

Ayat tersebut merupakan awal dari Saulus menempatkan dirinya sebagai pesuruh Yesus namun tugasnya akan disampaikan oleh orang lain. Selain itu, kedudukan Saulus sebagai pesuruh Yesus ini menjadi sangat unik karena kitab injil empat evangelic dan kitab Para Rasul seolah menempatkan Saulus dengan kedudukan yang berbeda dengan kedudukan para murid Yesus yang disebut sebagai Rasul Yesus.

Para rasul adalah orang-orang yang hidup sejaman dengan Yesus yang membuat gospelnya sendiri sendiri, sedang Saulus adalah pesuruh atau orang yang mendapatkan perintah dari Yesus yang akan mempunyai tugas khusus.

Ketika cahaya itu menghilang dan Saulus berdiri, tiba tiba matanya tidak dapat melihat. Saulus kemudian melanjutkan perjalanan dengan dituntun oleh teman temannya. Akhirnya Saulus sampai di Damsyik dan menginap di rumah orang yang bernama Yudas. Di Damsyk ada orang yang salih bernama Ananias, yang kemudian mendatangi Saulus yang berasal dari Tarsus tersebut.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-140)

Ananias dapat menyembuhkan Saulus dari kebutaan matanya. Tiga hari Saulus mengalami kebutaan matanya dan tiga hari pula Saulus tidak makan minum. Atas peristiwa itu, Saulus bertobat dan kemudian di baptis dan menjadi pengikut ajaran Nashara Awal.

Kitab Kisah Para Rasul pasal 9 : 20 menyebutkan bahwa ketika di Damsyk Saulus memberitakan tentang Yesus sebagai anak Allah sehingga membuat Bani Israel di Damsyk marah dan mencoba membunuhnya. Namun Saulus dapat diselamatkan oleh orang orang yang menjadi pengikutnya selama di Damsyk.

Dengan demikian ayat tersebut menjadi penjelasan atas ayat tentang perkataan Stefanus menjelang kematiannya pada Kisah para Rasul pasal 8 : 1a dimana Saulus telah mendengar perkataan itu. Pemahaman Saulus tentang Yesus adalah Anak Allah.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here