Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-139)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

527
Lukisan Yesus disalib bersama dua penjahat di gunung Calvary yang juga dikenal dengan nama Golgota. (Sumber: mormonbible)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Pilatus terpaksa menerima dan menetapkan hukuman bagi sosok Yesus tersebut dengan hukuman cambuk sampai mati. Namun para pejabat agama yang telah menyaksikan mukjizatnya khawatir Yesus tidak akan mati dengan hukuman cambuk tersebut.

Mereka kemudian memberi hadiah kepada Pilatus agar menghukum sosok Yesus sampai mati, bentuk hukumannya diserahkan kepada para pejabat agama. Pilatus yang sebenarnya merasa enggan dan ragu menghukum sosok Yesus justru senang dengan hadiah itu karena bukan dirinya yang akan menghukum dan kemudian menyerahkannya kepada para pejabat agama.

Hari berikutnya, para pejabat Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin) dengan mengenakan jubah kebesaran berwarna ungu memasangkan pada kepala “sosok Yesus “mahkota duri dan memberinya sebuah tongkat bambu.

Setelah itu, di dudukkan ditempat yang agak tinggi agar dapat dilihat penduduk Yerusalem. Sebuah perlakuan dan ejekan kepada “ sosok Yesus “ seolah sebagai raja baru bangsa Israel. Semua orang yang lewat di depannya diwajibkan membungkukkan badannya sambil mengucapkan salam cemoohan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri-138)

Pada hari yang sama, Sanhedrin juga menetapkan hukum mati di tiang salib dua orang penyamun. Hari berikutnya, para pejabat agama kemudian menuntun tiga orang terhukum mati salib itu ke gunung Calvary untuk disalib dalam keadaan telanjang sebagai bentuk perlakuan yang hina. Di gunung Calvary, dengan disaksikan banyak orang, Yesus disalib bersama dua orang penjahat.

Orang-orang beriman yang juga melihat bahwa orang yang sedang dituntun ke gunung Calvary adalah Yesus, sehingga hatinya diliputi kedukaan yang sangat, namun tidak mampu berbuat apapun.

John dan Peter yang mengikuti sejak penangkapan sosok Yesus hingga sampai pada penetapan hukuman dan penyalibannya kemudian menyampaikan semua yang disaksikan dan didengarnya itu kepada Barnabas, yang oleh Barnabas kemudian dituliskannya dalam injilnya pada pasal 214-217.

Peristiwa pengadilan terhadap “sosok Yesus “ juga dikisahkan pada Injil Matius 26 : 57-67, 27 : 1-31, Markus 14 : 53-65, 15 : 1-19, Lukas 22 : 63-71, 23 : 1-25, Yohanes 18 : 19-40, 19 : 1-16a, namun dengan detil yang berbeda.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-137)

Maryam ingin mengunjungi sosok Yesus yang kemudian pergi bersama Barnabas dan John ke tiang salib di gunung Calvary yang juga disebut Golgota dan atau bukit tengkorak.

Baik Maryam, Yusuf, Barnabas dan John yang juga menyaksikan yang disalib sangat menyerupai Yesus tanpa ada selisih sedikitpun menjadi ikut merasa tegang dan sedih hingga seolah lupa pada perkataan Yesus maupun Malaikat Jibril bahwa yang akan dihukum mati adalah orang lain (yaitu Yudas).

Setelah kematian “sosok Yesus”, mereka ingin menguburkan Yudas Ischariot. Mereka mungkin berpikir tidak akan ada keluarga Yudas Ischariot yang mengambil mayatnya. Mereka harus menguburkannya, karena sosok tersebut sangat menyerupai Yesus, dan agar mereka tidak mendapatkan cela dari kaumnya karena tidak mau menguburkan “sosok Yesus”.

Mereka mendapatkan pertolongan dari Nicodemus dan temannya yang juga bernama Yusuf dari Abarimathia yang ikut mengantarkan menghadap pada gubernur untuk meminta mayat “sosok Yesus” tersebut.

Permintaan mereka dikabulkan dan dipersilahkan mengambil mayat tersebut, kemudian dibawa ke kompleks kuburan milik Yusuf dari Abarimathia. Mayatnya ditaburi param kemudian dikuburkan di sebuah ceruk gua. Namun tiba-tiba terjadi peristiwa yang tak terduga yaitu hilangnya mayat sosok Yesus. Setelah itu, Maryam beserta para sahabat Yesus pulang ke Nazareth.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-136)

QS. An-Nisa 157-158 mengisahkan peristiwa tersebut secara ringkas yaitu “dan karena ucapan mereka” sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih ‘Iysaa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan ‘Iysaa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.

Mereka benar-benar tidak tahu (siapa yang sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya, tetapi Allah telah mengangkat ‘Iysaa ke hadirat-Nya. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Mencermati kisah pada Injil Barnabas pasal 214-217, maka ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa baik gubernur Roma, Herodes Antipas maupun para imam Sanhedrin sebenarnya diliputi keraguan, karena Yesus yang terkenal hebat dengan mukjizatnya tiba-tiba menjadi orang yang tidak berdaya menolong dirinya sendiri dan selalu mengaku dirinya adalah Yudas Ischariot. Keraguan mereka ternyata dikonfirmasi oleh QS. An-Nisa: 157-158.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-135)

Dari kisah sejak penangkapan, terdapat hal penting yang cukup krusial tentang tokoh yang bernama Yudas Ischariot ini. Ketika masuk ke rumah di mana Yesus berada, dirinya tidak menyadari bahwa telah berubah menjadi serupa Yesus, baik tubuh maupun suaranya.

Sehingga para tentara dan para sahabat Yesus dan siapa saja yang melihat peristiwa itu akan mengatakan bahwa yang di tangkap adalah Yesus. Ketika Yudas yang telah berubah menjadi sosok Yesus membangunkan teman temannya dan bertanya tentang keberadaan Yesus, para murid Yesus menjadi heran, karena yang bertanya itu Yesus.

Demikian pula ketika sosok Yesus ditangkap oleh tentara yang dikirim Sanhedrin kemudian mengaku Yudas.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here