Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-133)

VIII. Nabi Zakariya, Yahya, ‘Iysaa, Kehancuran Haekal Sulaiman (Masjidil Aqsha) yang Kedua dan Kemunculan Nashara, Kristen dan Katolik.

337
Lukisan Yesus memanggil Zachaeus. (Sumber: Sangsabda.wordpress.com)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

Injil Barnabas 138-139 berkisah, masih tetap di Nain, suatu hari berdatangan penduduk meminta tolong kepada Yesus karena panen yang terancam gagal disebabkan di serang hama. Yesus bertanya kapan seharusnya panen akan berlangsung, yang dijawab oleh penduduk seharusnya panen akan dilaksanakan 20 hari lagi.

Oleh Yesus, penduduk kemudian diajak berpuasa selama 20 hari, menyerahkan diri kepada Allah dan berdoa memohon pertolongan-Nya. Pada hari kedua puluh, pagi hari penduduk melihat ladang ladang dan bukit bukit telah ditutup oleh pohon gandum yang masak dan siap dipanen. Panen melimpah ruah sehingga penduduk kesulitan menyimpan hasil panennya yang meluber.

Setelah itu penduduk bermusyawarah dan mereka bersepakat untuk menjadikan Yesus menjadi raja mereka. Mengetahui hal itu, Yesus melarikan diri. Para muridnya mencari Yesus sehingga kemudian ditemukan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-131)

Ketika mereka bertanya mengapa Yesus lari, dijawab bahwa dirinya lari karena akan diangkat jadi raja, dan telah dilihatnya tentara syaitan dalam jumlah yang besar bersiap bertempur dengan dirinya.

Para pejabat agama, raja dan kerajaan roma akan bersatu untuk membunuh dirinya karena khawatir dirinya akan merebut kerajaan dan kekuasaan mereka. Yesus juga melihat dirinya akan dijual seorang dari muridnya yang berkhianat seperti Yusuf di jual ke Mesir.

15. Munculnya Pengkhianat dalam tubuh Hawariyyun.

Kronologi munculnya pengkhianat dalam tubuh Hawariyyun dikisahkan oleh Barnabas. Dalam Injil Barnabas pasal 72, Barnabas bertanya lagi tentang siapa murid yang akan mengkhianatinya yang pernah di sampaikan sebelumnya oleh Nabi ‘Iysaa (Injil Barnabas 19). Namun Nabi ‘Iysaa di Nazareth belum juga menyampaikan sosok orangnya.

Nabi ‘Iysaa berkata: “Ooo Barnabas, ini bukan saatnya untukmu mengetahuinya, tetapi segera si terkutuk itu akan mengungkapkan dirinya, karena aku akan berangkat dari dunia ini“. Mendengar perkataan tersebut para muridnya menangis, karena Nabi ‘Iysaa akan pergi meninggalkan dunia. Mereka mengatakan lebih baik mati dari pada ditinggal pergi Yesus.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-130)

Ketika terjadi peristiwa di gilgal, Nabi ‘Iysaa sudah dapat memperkirakan bahwa keingkaran Bani Israel terhadap risalah yang yang dibawanya akan segera terwujud dan akan menjadikan dirinya sebagai sasaran untuk dibunuh.

Dalam QS. Ali Imran 52-53, disebutkan “maka ketika ‘Iysaa merasakan keingkaran mereka (Bani Israel), dia berkata-siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?-. Para hawariyyun (sahabat setianya) menjawab-Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim. Wahai Tuhan kami, kami telah beriman pada apa yang Engkau turunkan, dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian”.

Injil Barnabas 139-142 mengkisahkan, dari daerah Nain yang berjarak sekitar 14 km di sebelah selatan Nazareth usai membantu petani yang gagal panen, Nabi ‘Iysaa kemudian pergi ke Damascus menunggu para pengikutnya. Sambil menunggu lainnya, para pengikutnya menunjukkan raut sedih karena akan ditinggalkan nabinya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-129)

‘Iysaa menghibur mereka dengan membuat tamsil bahwa tentu tidak akan berbahagia jika ada manusia yang berjalan tanpa mengetahui akan kemana perginya, namun akan lebih tidak berbahagia lagi jika ada orang yang tahu bagaimana mencapai rumah yang bagus tapi justru memilih tinggal di jalanan yang kotor di dalam hujan dan beresiko di serang penyamun.

Manusia pertama kali di dunia seperti diasingkan, dibuang dan di hukum dari kesalahan. Akankah tidak berhasrat untuk kembali kenegerinya yang kaya. Para pengikutnya masih mendengarkan banyak pengajaran dari Yesus.

Pada saat itu, Yudas Iskhariot berjalan keluar dari rombongan Yesus dan bertemu dengan beberapa imam dan pejabat agama yahudi. Yudas Ischairot adalah sahabat Yesus yang selama ini bertugas membawa pundi-pundi Yesus yang berisi sumbangan masyarakat kepadanya karena cinta mereka kepada Allah.

Namun Yudas, seperti halnya imam-imam Bani Israel ketakutan kehilangan harta yang dibawanya itu. Dia ingin Yesus menjadi raja sehingga dia akan ikut mendapatkan limpahan kuasa Yesus. Namun ternyata di Nain dia menyasikan Yesus tidak ingin diurapi menjadi raja.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-128)

Yudas menceritakan peristiwa di Nain dan meminta pendapatnya para imam tersebut. Imam Pharisi mengatakan bahwa jika Yesus jadi raja, mereka pasti tersingkir, merombak tradisi penyembahan Haekal Sulaiman dalam menyembah Allah karena dia tidak sejalan dengan tradisi yang ada yang dianggapnya menyimpang dan usang.

Mereka yakin bahwa mereka akan terlempar dari jabatannya, rusak binasa bersama anak cucu mereka, dan hidup menjadi pengemis. Mereka sudah merasa nyaman dengan di bawah seorang gubernur yang hidup dengan tidak menganut hukum Taurat.

Sikap gubernur roma dan Herodes Antipas di Galilea terhadap agama mereka seperti halnya mereka tidak memperdulikan agama yang dianut oleh gubernur roma dan Herodes Antipas. Mereka merasa yakin bahwa Allah Yang Maha Pengampun akan dipuaskan dengan ibadah kurban dan puasa mereka.

Namun jika Yesus jadi raja, pasti tidak akan puas dengan melihat tradisi keagamaan dan praktik penyembahan Allah pada saat itu. Dan lebih celaka lagi karena Yesus mengatakan bahwa Messiah yang akan datang itu tidak akan datang dari benih Dawud, dan mengatakan akan datang dari benih Ismail, karena perjanjian itu telah dibuat dengan Ismail, bukan dengan Ishaq.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-127)

Mereka bertanya, apakah yang akan menjadi buahnya jika Yesus dibiarkan hidup. Tentu keturunan Ismail akan datang dengan reputasi baik, dengan demikian Israil akan hidup dalam perbudakan lagi.

Para imam dan pejabat agama itu kemudian menyatakan akan berembuk dan meminta bantuan Herodes Antipas dan gubernur roma, karena kebanyakan kaum yahudi saat itu semakin condong kepada Yesus.

Tanpa bantuan pasukan kerajaan dan roma, mereka tidak akan sanggup menghadapi Bani Israel. Mereka berharap Allah berkenan dengan usaha mereka menyingkirkan Yesus.

Setelah pertemuan itu, Yudas kembali ke dalam rombongan Yesus, yang saat itu seluruh pengikutnya telah berkumpul di Damascus. Yesus mengingatkan para pengikutnya agar berhati hati kepada orang yang datang tanpa alasan namun berusaha menyatakan kasih sayangnya.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-126)

Yesus kemudian mengajak kembali ke Galilea. Dari tempat ini kemudian perjalanan di lanjutkan ke Nazareth lagi. Di kampung halamannya ini, penduduk berduyun duyun ingin melihat Yesus.

Ada seorang pemungut pajak yang perawakannya kecil ingin melihat Yesus nanmun tidak bisa melihat karena terhalang pandangannya oleh orang banyak, kemudian naik pohon. Pemungut Pajak itu telah bertobat atas perbuatannya sebelumnya.

Ketika Yesus sampai di dekatnya, kemudian berkatalah Yesus kepada orang tersebut “Turunlah Zachaeus karena hari ini aku ingin tinggal di rumahmu”.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-125)

Kisah ini juga diriwayatkan injil Lukas 19, meskipun berbeda dalam menyebut tempat kejadiannya, yaitu di kota Jericho. Peristiwa tersebut menunjukkan Yesus telah mengetahui pertobatan Zachaeus yang sungguh sungguh meskipun sebelumnya tidak ada yang menceritakan kepadanya.

16. Nicodemus dan Persaksian ayat-ayat tentang Messiah.

Setelah peristiwa di gilgal dan Nain, Yesus telah menjadi perhatian utama gubernur dan raja Herodes Antipas. Dimanapun Yesus berada, selalu menjadi pusat kerumunan besar yang eksplosif. Di sepanjang perjalanan dari Damascus ke Yerusalem rombongannya selalu besar dan menarik perhatian.

Pengikut Pharisi dan Saduqi selalu dengan seksama memperhatikan khutbah khutbah Yesus. Mereka selalu banyak bertanya, namun selalu mendapatkan jawaban yang tidak mereka duga, missal tentang asal usul Pharisi dan menunjukkan bagaimana tanda-tanda Pharisi yang benar dan bagaimana Pharisi yang palsu.

BERSAMBUNG

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here