Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-45)

V. Nabi Musa, Harun, Bani Israel Pulang ke Baitul Maqdis.

636
Ilustrasi: Nabi Musa dan 12 orang yang mewakili 12 suku yang ditunjuknya untuk melihat keadaan Baitul Maqdis, sebelum Bani Israel dengan jumlah yang besar akan masuk ke wilayah tersebut. (Sumber: Wikimedia Commons)

Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)

15. Dihukum selama 40 tahun Berputar-putar di padang gurun.

Al-Quran tidak menunjukkan detil perjalanan Bani Israel melanjutkan perjalanan menuju Baitul Maqdis setelah Nabi Musa mendapatkan Taurat. Namun Al-Quran menunjukkan adanya ayat yang mengkisahkan Allah menghukum Bani Israel justru setelah menerima Lauh-Lauh Taurat.

Dikisahkan pada QS. Al-Maidah: 21-26: “Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci, yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut pada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi. Mereka berkata: Wahai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk.

Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, ‘Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakkal kamu hanya kepada Allah, jika kamu benar-benar orang beriman’. Mereka berkata: Wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-44)

Dia (Musa) berkata, wahai Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dan orang-orang yang fasik itu. (Allah) berfirman, (Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu”.

Ayat tersebut menunjukkan ada penentangan yang sangat kuat dari Bani Israel terhadap Nabi Musa dalam menjalankan perintah Allah agar mereka memasuki Baitul Maqdis. Bani Israel mengurbankan keimanannya terhadap perintah Allah karena ketakutan menghadapi lawan di tanah yang dijanjikan Allah untuk mereka, padahal Allah telah berkali-kali menolong mereka dari bencana yang mematikan dan memusnahkan. Namun demikian terdapat dua orang yang berusaha menyadarkan kaumnya, namun juga tidak diindahkan bahkan meminta Nabi Musa agar masuk duluan ke Baitul Maqdis.

Perlawanan kaumnya ini membuat Nabi Musa putus harapan dan minta kepada Allah agar dirinya dan saudaranya dipisahkan dari kaumnya. Allah menanggapinya langsung dengan menghukum Bani Israel bahwa mereka akan berputar-putar kebingungan selama empat puluh tahun di wilayah itu.

Namun Allah masih menunjukkan kasih sayangnya pada Bani Israel karena tidak menyebutkan hukuman bagi Bani Israel di akhirat nanti. Hukuman tersebut juga menunjukan bahwa riwayat Bani Israel masih akan terus berlanjut karena tidak dimusnahkan oleh Allah.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-43)

Berputar-putar selama empat puluh tahun adalah waktu yang cukup lama bagi Bani Israel generasi pertama, yaitu generasi Nabi Musa dan di atasnya. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa yang dapat memasuki Baitul Maqdis adalah mereka yang bukan generasi Nabi Musa dan Nabi Harun, karena mereka akan meninggal di padang gurun, sehingga Nabi Musa tidak perlu bersedih atas nasib mereka.

Hanya generasi muda, remaja, anak-anak dan mereka yang akan lahir dalam perjalanan yang akan dapat memasuki Baitul Maqdis. Hukuman tersebut juga merupakan bentuk keadilan bagi Nabi Musa yang berdoa agar dirinya dan saudaranya dipisahkan dari orang-orang yang fasik.

Dalam Kitab Bilangan, peristiwa pembangkangan Bani Israel tersebut di atas diceritakan cukup detil. Kisahnya dimulai dari keberangkatan Bani Israel pergi dari padang gurun Sinai setelah lebih dari satu tahun berada di Sinai. Pada tahun kedua bulan kedua pada tanggal dua puluh pada bulan itu, Bani Israel berangkat ke Baitul Maqdis.

Kitab Bilangan menunjukkan, saat itu Bani Israel sudah mengenal kalender, sangat mungkin kalender Mesir kuno. Mereka singgah sebentar membuka perkemahan di Kibrot Taawa untuk beristirahat, dikisahkan bahwa Bani Israel sudah lama tidak memakan daging karena sudah kehabisan ternak yang dimakan rombongan yang sangat besar sedang tidak ada tempat yang memadai untuk ternak berkembang biak dengan baik.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-42)

Bani Israel mulai lagi berkeluh kesah dengan membandingkan situasi di Mesir dimana mereka masih dapat memperoleh daging, sayur-sayuran dan tanaman untuk bumbu masakan meskipun hidup dalam keadaan tertindas. Mereka sudah bosan dengan manna dan salwa. Nabi Musa kemudian berdoa kepada Allah agar diberikan daging, dan permintaan tersebut di kabulkan Allah dengan memberikan daging dalam waktu satu bulan.

Setelah di Kibrot Taawa mereka berangkat lalu membuka kemah lagi di tempat yang disebut Hazeroth. Setelah beberapa saat di Hazeroth kemudian berangkat menuju ke arah gurun Paran. Nabi Musa meminta saudara istrinya yaitu Hobab menjadi penunjuk jalan dalam perjalanannya ke gurun Paran, karena Hobab adalah orang Madyan yang hafal jalan menuju gurun Paran. Hobab berada dalam rombongan Nabi Musa sejak kedatangannya bersama rombongan ayahnya ketika menengok Nabi Musa di gurun Sinai.

Dari Hazeroth lalu berangkat memasuki kawasan gurun paran dan berkemah di Ritma, lalu berkemah lagi di Rimon Perez (Pimon Peros), lalu berkemah di Libna, kemudian berkemah di Risa, bergerak terus dan berturut-turut berkemah di Kehelata, Har Syafer, Harada, Makhelot, Tahat, Terah, Mitka, Hasmona, Moserot, dan kemudian berkemah di Kadesh Barnea. Di tempat ini, tidak lama kemudian saudara perempuan Nabi Musa dan Nabi Harun yaitu Miryam meninggal dan dikuburkan.

BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-41)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here