Muslim Obsession – Penindasan atau pelecehan di dunia maya, yang juga dikenal sebagai cyberbullying adalah bentuk penindasan melalui cara elektronik.
Sangat normal bahwa cyberbullying semakin umum di dunia teknologi tinggi saat ini. Pakar komunikasi dan konsultan media sosial Nurhan Demirel menyatakan bahwa 42 persen populasi dunia adalah pengguna media sosial.
“Dan sekitar 20 persen dari pengguna ini terkena cyberbullying setiap hari,” ungkap Demirel seperti dilansir anews, Selasa (12/2/2019).
Ini artinya, sekitar 50 persen atau setengah dari seluruh pengguna sosial di seluruh dunia mengalami cyberbullying.
Demirel mencatat bahwa kehidupan manusia menjadi lebih digital dari hari ke hari, dan situasi ini telah menyebabkan peningkatan serius dalam kasus kejahatan online.
Dia menjelaskan, cyberbullying menjadi cukup luas dengan perkembangan komunikasi online dan media sosial.
“Ancaman di lingkungan internet, pemerasan, penghinaan, pelecehan, trolling, perilaku agresif yang ditargetkan dan negatif seperti gosip termasuk dalam konteks penindasan dunia maya,” jelas dia.
Demirel menekankan bahwa anak-anak dan remaja sangat rentan terhadap viktimisasi,
“Anak-anak yang menjadi korban pelecehan digital dan cyberbullying, sayangnya, tidak tahu harus berbuat apa tentang hal itu. Meskipun anak-anak di bawah usia 13 tahun dilarang menggunakan media sosial, mereka sering menjadi anggota jejaring sosial dengan berbohong mengenai usia mereka,” paparnya.
Diperkirakan lebih dari delapan juta anak adalah anggota jejaring sosial. Meskipun konten di media sosial berdampak negatif pada perkembangan dan kesehatan mental mereka.
Demirel juga menyatakan bahwa anak-anak terpapar pada konten negatif, seperti hal-hal cabul yang tidak sesuai dengan usia mereka, hooliganisme berlebihan, berita palsu, propaganda politik, pidato kebencian, penghinaan dan penistaan agama di media sosial.
Dia menyatakan bahwa pedofilia adalah salah satu masalah paling penting yang mengancam keselamatan anak-anak di dunia maya. (Vina)
