Padepokan Kosgoro 57 Adakan Wayang Kulit, Padukan Budaya dan Agama

301
Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57 memberikan sambutan di acara pementasan wayang kulit di Malang.

Malang, Muslim Obsession – Acara pegelaran wayang kulit yang diadakan oleh Padepokan Kosgoro 57 sukses digelar. Acara yang berlangsung di Alun-alun Kota Malang, Jawa Timur pada Sabtu (10/12/2022) sampai Minggu dini hari dibanjiri ribuan penonton.

Ketua Panitia Achmad Fajar Ridwan Hisjam menyampaikan bahwa kegiatan ini diadakan dalam dalam rangka memperingati HUT ke-65 Kosgoro 57 dan memperingati Hari Pahlawan serta doa bersama untuk Tragedi Kanjuruhan.

“Alhamdulillah kita bisa mengadakan pementasan wayang kulit sekaligus shalawat dan doa bersama untuk kemaslahatan bangsa, dalam rangka memperingati HUT Kosgoro ke-65, dan kita patut bersyukur antusias masyarakat sangat tinggi kurang lebih ada 2000 orang menonton acara ini,” ujar Fajar.

Selain Itu, Fajar menyatakan, pagelaran wayang kulit yang ia adakan juga turut dihadiri sejumlah tokoh, seperti Muchdi Purwoprandjono seorang purnawirawan perwira tinggi militer Indonesia dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal dan juga Anggota DPR-RI sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa timur M. Sarmuji, yang didampingi Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko.

Tak hanya itu, dalam kegiatan ini, Padepokan Kosgoro memberikan gelar “Ki dan Nyi” Kepada Tokoh yang berkontribusi dibidang pendidikan, budaya dan sosial. Fajar menyebut ada sekitar 25 tokoh yang diberikan gelar kehormatan yang sudah berjasa di bidang Kebudayaan, pendidikan dan Sosial. “Alhamdulillah acara berjalan lancar, hingga akhir acara,”jelasnya.

Memadukan Budaya dan Agama

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57 Ridwan Hisjam menyatakan, pihahnya konsisten untuk terus melestarikan budaya Tanah Air di tengah-tengah masyarakat, dimana wayang kulit menjadi budaya yang sampai saat ini melekat pada masyarakat Jawa.

“Tentu saja ini sebagai bentuk pelestarian budaya, dimana wayang adalah seni budaya Jawa yang sangat digandrungi masyarakat. Wayang adalah budaya luhur yang punya nilai kebijaksanaan yang tinggi, wayangan juga sekaligus media dakwah yang dulu digunakan oleh para Walisongo, Sunan Kalijaga,” ujar Ridwan.

Ridwan meyakini, budaya dan agama tidaklah bertentangan, keduanya bisa saling menguatkan. Jika dipadukan maka bisa memberikan nilai kemanfaatan bagi masyarakat. Karena itu, dalam wayangan ini, juga diadakan shalawatan dan doa bersama untuk kemaslahatan bangsa.

“Kita gabungkan agar tidak terjadi benturan jangan sampai agama dan budaya dipertentangan, tapi harus saling mengisi untuk persatuan dan kesatuan bangsa. Meski agama dan budaya berbeda, tapi keduannya bisa berjalan beringan, hampir mustahil agama berjalan tanpa budaya, sarung dan peci yang kita pakai ini juga merupakan produk budaya,” jelasnya.

Pementasan wayang kulit ini menghadirkan dalang Ki Ardi Poerboantono dengan lakon Puntodewo Dadi Ratu serta shalawatan yang dipimpin oleh Romo KH. Ahmad Soeroso. Ridwan menyebut pementasan wayang dengan lakon Puntodewo Dadi Ratu sangat tepat untuk menggambarkan kondisi bangsa saat ini.

“Bangsa kita saat ini membutuhkan sosok pemimpin seperti kisah Puntudewo Dadi Ratu dalam pewayangan. Yang mana Puntodewo artinya damai, tenang, sabar.
Puntodewo jadi ratu yaitu babat alas untuk mendirikan negeri baru,”ujar Ridwan yang juga anggota Komisi VII DPR RI dari Dapil Malang Raya ini

Politisi senior Partai Golkar ini menjelaskan, babat alas juga bisa ditafsir membongkar dan merubah yang tidak teratur, yang kacau menjadi teratur, guyub dan damai. “Harapannya muncul pemimpin bangsa yang bisa mengatasi belbagai kondisi kekacauan menjadi sesuatu yang damai,” tandasnya. (Al)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here