Nyai Khoiriyah, Pejuang Emansipasi Perempuan di Kalangan Pesantren

2011

Ulama Perempuan yang Menginspirasi

Atas kegigihan dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan di Makkah itulah, kemudian Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim diundang oleh Raja Arab Saudi dan diberikan penghargaan khusus yang berupa sebuah cincin. Hingga saat ini, madrasah serupa belum pernah didirikan di negara Arab Saudi tersebut. Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian kembali ke tanah air atas saran Ir. Soekarno (Presiden RI) ketika berkunjung ke Makkah, bahwa Indonesia sangat membutuhkan orang-orang berdedikasi tinggi seperti Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim untuk membangun negara yang baru merdeka tersebut.

Di Makkah kehidupan Nyai Khoriyah Hasyim kembali menemui jalan pahit dan getir. Di mana suami yang begitu dicintai dan disayangi kembali meninggalkannya. Dua lelaki hebat yang pernah bersanding dengannya selalu diambil sang Maha Hidup lebih dahulu. Setelah, Kiai Muhaimin wafat pada tahun 1956 Nyai Khairiyah pun tetap sabar menerima semuanya dengan ikhlas.

Selama 20 tahun lebih beliau hidup di Makkah, kepulangannya ke tanah kelahirannya, Indonesia berkat ajakan Presiden Soekarno. Beliau selaku orang nomor satu di republik ini, membutuhkan sosok orang hebat untuk diajak berjuang bersama membangun negeri ini, maka Putri Hadrtussyaikh ini mau pulang. Sejak kepulangannya dari tanah suci, beliaupun menuju Jombang, tempat keluarga berkumpul.

Intelektualitas Nyai Khairiyah Hasyim tidak ada yang meragukan. Baik terhadap penguasaan terhadap kitab kuning, manajemen pendidikan, ketrampilan, dan lainnya. Di lingkungan Nahdliyin pun mendapat tempat yang strategis. Di komisi batsul masail, tempatnya kiai beradu argumen mengenai banyak permasalahan. Perempuan cakap ini amat dibanggakan dalam kalangan masyarakat pesantren. Minimnya perempuan hebat dari pesantren, baik dari segi keilmuan dan luasnya pengalaman menjadikan kita sangat tidak berlebihan, jika menjulukinya sebagai tokoh perempuan pesantren.

Menjadi Teladan

Selain ahli ilmu Nyai Khoiriyah Hasyim juga memiliki ketrampilan, yakni mendesain dan membuat kerudung buat kaum perempuan, bernama Rubu’. Karyanya tersebut dilatari oleh salah satunya fenomena kerudung yang saat itu dipandangnya kurang elegan. Desainer Perempuan dari pesantren Seblak pun menjadikan seragam wajib bagian atas bagi para santrinya. Hingga kini pun kerudung rubu menjadi identitas santriwati Seblak.

Khoiriyah Hasyim memimpin kembali Pesantren Puteri Seblak. Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim mencatat sejarah sebagai sosok perempuan yang pernah masuk jajaran Syuriah PBNU. Beliau juga pernah menjadj Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat NU Jawa Timur dan sebagainya. Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim meninggal dunia di RSUD Jombang pada hari Sabtu tanggal 2 Juli 1983 M (21 Ramadhan 1404 H).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here