Nasution, Sosok Jenderal yang Anti Poligami

1989

Konflik Usai

Sewaktu Sukarno sudah berhenti dari jabatan presiden dan diperiksa oleh Kopkamtib, Nasution menguak fakta lain. Seorang perwira Corps Polisi Militer yang memeriksa Sukarno memberitahu Nasution bahwa telah ada perceraian dengan Fatmawati tahun 1958 tapi tak diumumkan. Namun Nasution tidak dalam posisi untuk mengecek atau mempersoalkannya lagi.

“Jika ini benar, maka Bu Hartini semestinya sudah jadi ‘istri pertama’, first lady juga,” ujar Nasution. Belakangan sikap antipati Nasution dan istrinya terhadap Hartini berubah menjadi lebih bersahabat.

Selama pemeriksaan dan pengisolasian Sukarno di Wisma Yaso, Hartini hampir setiap hari membesuk dengan membawa makanan kesukaan. Meskipun perawatnya ada empat orang, namun Sukarno hanya mau ditunggui oleh Hartini.

“Pada hari-hari yang amat kelabu itu, Hartini terus menerus berusaha menyempatkan diri berada di samping Sukarno,” tulis Arifin Surya Nugraha dalam “Hartini: Mahkota di Istana Bogor” termuat di kumpulan tulisan Istri-Istri Sukarno suntingan Reni Nuryanti dkk.

Sepeninggal Sukarno, Hartini hidup bersama kedua putranya yang beranjak dewasa. Untuk menafkahi Taufan dan Bayu, Hartini banting tulang mulai dari membuka warung sampai jual-beli tanah. Usahanya tak berjalan mulus. Hartini terpaksa menjual barang-barang peninggalan Sukarno seperti lukisan, guci, dan barang antik lainnya.

Negara kemudian memberikan perhatian lewat santunan berupa dana pensiun kepada Hartini sebagai janda presiden pada 1980. Pukulan terberat dialami Hartini ketika Taufan -putra sulung dari pernikahan dengan Sukarno- meninggal saat menuntut ilmu di Amerika pada 1986. Hartini terus hidup menjanda hingga meninggal pada 12 Maret 2002. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here