MUI Emban Risalah Kenabian untuk Memperbaiki Akhlak

690
Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar.

Jakarta, Muslim Obsession – Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menegaskan bahwa sebagai organisasi keulamaan, MUI mengemban risalah kenabian. Risalah kenabian paling utama adalah risalah keutamaan akhlak.

Nabi sendiri diutus untuk memperbaiki akhlak umatnya. Sesuai hadis nabi Muhammad SAW, innama buitstu li utammima makarimal akhlaq.

“Untuk itu, MUI harus memantabkan diri sebagai penjaga akhlak umat dan bangsa, menjadi teladan makarimal akhlak oleh ulama untuk kemaslahatan bangsa. Akhlak ulama akan menjadi faktor munculnya keberkahan bagi umat dan bangsa, terutama saat berada dalam krisis,” ujarnya.

Bentuk makarimal akhlaq yang ingin dicapai pada Milad ke-45 MUI adalah terus menerus istiqomah mendakwahkan nilai-nilai Islam yang menyejukkan dan menyatukan. Bukan sebaliknya yaitu membelah dan menegasikan perbedaan.

Ulama juga harus mengedepankan prinsip tasamuh (toleransi) dalam hubungan insaniyah, tafahum (saling pengertian) dan mengedepankan maslahah ammah (kepentingan umum) atas dasar ukhuwah.

Baca juga: Rais Aam PBNU: Ibarat Desainer, MUI Harus Merajut Benang Perbedaan

“Ulama juga menjauhi sikap dan perilaku ananiyyah (egoisme) dan ‘ashabiyyah hizbiyyah (fanatisme kelompok), yang bisa mengakibatkan ‘adawah (saling permusuhan), tanazu’ (pertentangan), dan syiqaq (perpecahan) di antara kita,” katanya.

Kiai Miftah menilai, hal-hal yang harus dihindari itu merupakan sebab pasang surut ukhuwah Islamiyah. Sikap yang cenderung mengedepankan ananiyyah dan ashabiyyah baik ashabiyyah hizbiyah maupun ashabiyyah jam’iyyah itu merusak konsistensi ukhuwah.

“Untuk itulah, perlu ada komitmen untuk terus memupuk ukhuwah Islamiyah kita di tengah realitas perbedaan yang ada. MUI tanpa komitmen menghargai perbedaan dengan semangat ukhuwah islamiyah dan At-tafahum akan kehilangan makna sebagai tenda besar,” pungkasnya.

Selain merajut kesatuan dalam Islam, MUI diminta memainkan peran strategis lebih lagi. MUI, ungkap Kiai Miftah, sudah selayaknya menjadi jangkar utama dalam mewujudkan ukhuwah wathaniyyah, komitmen persaudaraan kebangsaan untuk mewujudkan persatuan bangsa.

Menurutnya, itu adalah modal utama dalam meuwjudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Baca juga: Muhammadiyah: Bangun Harmoni Islam Wasathiyyah bersama MUI

“Fungsi kenabian atau profesik yang disandang oleh MUI bukan hanya untuk umat Islam semata, tetapi fungsi itu harus menjelma menjadi rahmat bagi semua, rahmatan lil aalamin. Bukan sekedar untuk internal umat, tetapi juga untuk persaudaraan kebangsaan, dan persaudaraan kemanusiaan. Ini adalah modal utama dan sumbangsih keulamaan yang dinanti serta terus diharap, serta sangat vital dan strategis guna merealisasikan tujuan berbangsa dan bernegara kita, baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur,” katanya.

Lebih jauh, Kiai Miftah berharap keberadaan dan peran MUI sebagai tenda besar umat Islam semakin bermanfaat bagi umat dan bangsa; menjadi penyejuk saat udara panas, menjadi api penghangat saat cuaca dingin; menjadi pelita saat gelap, menjadi teman sejati yang selalu hadir saat suka dan duka; menjadi pemersatu di tengah perbedaan.

“Juga istiqamah membimbing umat dan menjadi sahabat bagi pejabat dalam menjalankan tugas mewujudkan maslahat; amanah dalam menjalankan tugas dakwah, seimbang dalam amar makruf dan nahi mungkar, terbingkai dalam dakwah penuh hikmah,” tandasnya. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here