Moderasi Proporsional

1019

Islam itu Moderat

Sesungguhnya ketika menyebut Islam, maka bagi seorang yang paham tentang agama ini secara otomatis akan memahaminya sebagai petunjuk hidup moderate. Moderate dalam arti “imbang” dan tidak melampaui batas-batas kealamiaan kemanusiaan. Dalam segala aspek ajarannya Islam itu berkarakter “imbang” (moderate).

Perhatikan misalnya aspek ketuhanan dalam Islam. Di satu sisi Tuhan digambarkan dengan beberapa penggambaran “khalqi” (ciptaan), misalnya dengan karakter melihat, mendengar, punya tangan, marah, senang (ridho), dan seterusnya. Namun di sisi lain juga semua yang memungkinkan Tuhan untuk diasosiasikan dengan makhluk tertutup rapat. Tuhan adalah “Ahad” (unik) yang “lam yakun lahu kufuwan ahad” (tiada yang mirip dengannya). Bahkan penggambaran Tuhan dengan makhluk apa saja salah dan dilarang.

Ibadah-ibadah dalam Islam semuanya bee karakter moderasi. Jangan lakukan sesuatu  yang melampuai kapasitas anda. “Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya” (Al-Baqarah).

Pesan Rasulullah SAW: “agama itu mudah”. Oleh karenanya jangan dilebih-lebihkan dan dipersulit. Bahkan ketika di hadapan Rasulullah ada dua pilihan, beliau selalu memilih yang termudah.

Mungkin yang menyimpulkan semua itu adalah perintah menjaga “tawazun” (keseimbangan) dalam Al-Quran. “Dan langit Allah tinggikan dan timbangan diletakkan. Agar kamu jangan melampaui timbangan (keseimbangan)” (Ar-Rahman).

Hadits Rasulullah bahkan mengingatkan: “berhati-hatilah dengan al-ghuluw (ekstremisme). Karena ektremisme membawamu kepada kehancuran (at-tahlukah).

Dari semua ini saya menyimpulkan bahwa moderasi itu adalah komitmen kepada agama apa adanya, tanpa dikurangi atau dilebihkan. Agama dilakukan dengan penuh komitmen, dengan mempertimbangkan hak-hak vertikal (ubudiyah) dan hak-hak horizontal (ihsan).

Dilemanya memang ketika manusia tidak jujur dalam mendefenisikan moderasi. Atau sebaliknya ketika kata “radikalisme” menjadi santapan kepentingan sesaat, termasuk politik. Lalu moderasi atau sebaliknya radikalisme didefenisikan berdasarkan kepada “kepentingan” masing-masing.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here