Mengenal Pondok Quro, Pesantren Tertua di Tanah Air

12193

Syekh Quro, Keturunan Rasulullah

Konon, Syekh Quro adalah penganut Mahzhab Hanafi. Ia datang ke Karawang bersama para santrinya antara lain Syekh Abdul Rohman, Syekh Maulana Madzkur, dan Nyai Subang Larang.

Naskah Purwaka Caruban Nagari mencatat, Syekh Quro merupakan putra ulama besar Perguruan Islam dari negeri Campa bernama Syekh Yusuf Siddik yang masih ada garis keturunan dengan Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini serta Syekh Jalaluddin ulama besar Mekah.

Dari jalur ibundanya bernama Dyah Kirana diketahui bahwa Syekh Quro masih memiliki garis keturunan dari Sayidina Husein bin Saiyidina Ali r.a., menantu Nabi Muhammad Saw. Selain itu Syekh Hasanudin atau Syekh Quro juga masih saudara seketurunan dengan Syekh Nurjati Cirebon dari generasi ke– 4 Amir Abdullah Khanudin.

Sebelum berlabuh di Pelabuhan Karawang, Syekh Quro datang di Pelabuhan Muara Jati, daerah Cirebon pada tahun 1338 Saka atau tahun 1416 Masehi. Syekh Nurjati mendarat di Cirebon pada tahun 1342 Saka atau tahun 1420 Masehi atau 4 tahun setelah pendaratan Syekh Hasanudin atau Syekh Quro di Cirebon. Kedatangan Syekh Hasanudin atau Syekh Quro di Cirebon, disambut baik oleh Syahbandar atau penguasa Pelabuhan Muara Jati Cirebon yang bernama Ki Gedeng Tapa.

Maksud dan tujuan kedatangan Syekh Hasanudin ke Cirebon adalah untuk menyebarkan ajaran Agama Islam kepada Rakyat Cirebon. Syekh Hasanudin ketika di Cirebon, namanya disebut dengan sebutan Syekh Mursahadatillah oleh Ki Gedeng Tapa dan para santrinya atau rakyat Cirebon.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here