Mengenal Gus Baha: Tak Punya WhatsApp, Tampilan Ndeso, hingga Model Dakwahnya

2695
Gus Baha. (Foto: narasi)

Muslim Obsession – Model dakwah di dunia digital saat ini sangat beragam dan menarik. Satu di antaranya adalah model dakwah yang dibawakan KH. Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha.

Melalui program ‘Narasi’, Najwa Shihab bertanya tentang model dakwah Gus Baha yang dinilainya mendapat banyak simpatik dari netizen. Karena muhibbin (fans) yang mengikuti dakwah Gus Baha sangat banyak, Najwa pun tak canggung menganggap Gus Baha sebagai bintang YouTube.

Lalu apa kata Gus Baha?

“Jadi komitmen hati saya hanya ingin mengenalkan ajaran Allah ini indah. Ajaran Allah ini solusi. Saya ndak pernah kepikiran kalau itu jadi viral atau terkenal. Sampai sekarang pun saya ndak tahu kalau itu (dakwah saya) terkenal,” jawabnya dengan santai.

Gus Baha yang hadir bersama ulama tafsir Al-Quran Prof. Quraish Shihab, mengaku tak peduli dengan ketenaran. Bahkan untuk berkomunikasi, Gus Baha mempercayakannya kepada sang adik.

“Saya nggak punya WA (WhatsApp) sampai sekarang. Makanya lewat adik,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidul Quran LP3IA Rembang, ini.

Ketika mendengar bahwa dakwahnya terkenal, aku Gus Baha, dirinya teringat kisah Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam ketika diperintahkan Allah untuk menyampaikan kewajiban haji.

“Beliau mengatakan, ‘Saya bisa apa? Suara saya terbatas ya Allah’. Kemudian Allah jawab, ‘Sampaikan saja. Nanti saya yang menyampaikan sehingga orang di seluruh dunia bisa mendengar, yang ditakdirkan bisa berangkat haji’,” ungkap Gus Baha.

Dari kisah ini, Gus Baha memahami bahwa kenabian harus dimaklumatkan. Apalagi dalam sebuah Hadits Qudsi ditegaskan bahwa Allah menciptakan makhluk agar Allah dikenal.

“Bahwa Allah yang menyampaikan, sehingga tidak jadi beban untuk saya harus perlente, harus gaya. Saya tetap biasa seperti ini. Karena ini pakaian yang saya kenal, saya merasa nyaman. Syukur-syukur ini mewakili ‘bilisani qaumi’ karena saya orang Indonesia, ndeso lagi,”

Gus Baha beralasan, keinginannya untuk menerangkan hukum Allah itu bukan karena ia ingin dikenal tapi supaya hukum Allah itu dikenali, dipahami.

Kepada Najwa, Gus Baha juga bicara tentang cita-citanya yang mungkin jarang orang kemukakan. Cita-cita yang oleh sebagian orang tidak pernah terpikirkan.

“Karena bapak saya, mbah-mbah saya dikenal sebagai wali maka cita-cita saya ingin jadi wali atau orang yang dekat dengan Allah. Di antara cara mereka adalah dengan melihat Allah dengan begitu jelas,” tuturnya.

Menanggapi model dakwah Gus Baha, Prof. Quraish Shihab memberikan penjelasan bahwa penting bagi seorang dai (mubaligh) untuk menyampaikan dakwah yang membuat Islam dikenal sebagai agama yang baik.

Menurutnya, penyampaian (dakwah) harus bisa menjadikan orang simpatik, hormat, dengan menggambarkan sifat-sifat Allah sebagai Al-Kamal dan Al-Jamaal, menyampaikan sifat keindahan-Nya dan sifat kebaikan-Nya serta tidak menunjukkan sifat Tuhan yang keras.

“Ini yang dipraktikkan Gus Baha. Jadi tidak khawatir dicela orang, tidak peduli dipuji orang. Kalau dipuji alhamdulillah, kalau dicela alhamdulillah. Itulah risiko dai (mubaligh),” tandas Prof. Quraish. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here