Mengenal Fenomena Suicide Obsession

965

Oleh: Thobib Al-Asyhar (Penulis buku; Dosen SKSG UI Salemba)

Pada bulan Maret 2017, jagad maya tanah air dibikin heboh oleh ulah seseorang bernama Indra. Melalui livestreaming di Facebook, cowok yang tinggal di Jakarta Selatan ini menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada istrinya yang selingkuh, lalu terjadilah peristiwa gantung diri secara live. Media pun heboh memberitakan kejadian yang tidak lazim tersebut.

Ya. Kasus bunuh diri live memang sangat aneh. Namun praktik bunuh dirinya belakangan ini semakin marak. Pelakunya bukan hanya orang biasa yang tanpa masa depan, tapi orang-orang top dunia.

Seorang Witney Houston, yang konon bunuh diri karena tidak tahan menahan beban hidupnya sebagai Lady Star (Diva), salah satu penyanyi pop paling populer di dunia saat itu. Demikian juga penyanyi top nyentrik Michael Jackson yang konon minta disuntik mati oleh dokternya karena problem kehidupan glamour dan gemerlap yang membuatnya depressi.

Juga tidak kurang Robbie William, Kurt Cobain, Chester Bennington, Kate Spade, Anthony Bourdain, dan baru-baru ini Tomy Page, serta masih banyak lagi. Mereka adalah orang-orang terkenal, sukses, dan bergelimang harta, namun kenapa mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis?

Percaya atau tidak, fenomena “suicide obsession” (kecenderungan ingin bunuh diri) masyarakat  modern semakin meningkat. Bahkan bukan hanya kecenderungan, tapi benar-benar melakukan bunuh diri. Jumlahnya pun dari waktu ke waktu terus meningkat, termasuk di negeri kita sendiri, Indonesia.

Data dari organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization) dan International Association of Suicide Prevention (IASP) mencatat bahwa lebih dari 1 juta orang meninggal dunia karena bunuh diri setiap tahunnya. Diprediksi, pada tahu 2020, setiap 20 detik 1 orang akan meninggal karena bunuh diri.

Ini bukan cerita fiksi, tapi benar-benar fakta. Bunuh diri merupakan masalah besar di belahan dunia saat ini. Menurut Prof R Irawati Ismail, SpKJ(K), MEpid dari Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Departemen Psikiatri FKUI RSCM, bunuh diri adalah masalah kesehatan yang serius.

Tak terkecuali, suicide obsession akhir-akhir ini justru banyak melanda kalangan muda, bahkan anak-anak dan remaja. Di negara maju seperti Amerika, bunuh diri menjadi penyebab kematian terbesar kedua pada remaja usia 12 – 19 tahun, dan menjadi urutan ke 11 penyebab kematian utama pada anak-anak berusia 5 – 11 tahun.

Gaes. Gimana perasaan kamu setelah mengetahui data di atas? Merasa merinding atau biasa aja? Kalau merinding-ngeri, berarti kamu masih waras. Masih memiliki “sense” bahwa hidup adalah momentum yang sangat berharga dan patut disyukuri. Kalau merasa biasa saja, mungkin kamu perlu waspada, jangan-jangan punya potensi terhadap gejala itu. Tapi semoga sih tidak yah. Amin.

Lalu yang menjadi pertanyaan, apa sih yang menjadi sebab seseorang ingin bunuh diri? Nah, silahkan simak uraian di bawah ini:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here