Menelusuri Penyebaran Awal Islam di Jawa

1010

Bentuk Wayang Kulit tidak seperti manusia, baik bentuk tubuh, hidung, mulut, gigi dan lainnya tidak mirip manusia. Dibuat sedemikian rupa tidak mirip manusia tapi bisa dimengerti seperti sosok manusia. Hal itu untuk menghindari bentuk berhala. Masing-masing bentuk tokoh dan warna kulitnya memberikan gambaran makna, sifat dan kecenderungan perilaku tokoh.

Dengan demikian peragaan Wayang Kulit justru jauh lebih menarik dari pertunjukan Wayang Beber hingga akhirnya Wayang Beber hilang dan digantikan Wayang Kulit hingga kini. Dan saat itu pertunjukan Wayang Kulit menjadi alat dakwah Islam. Dalang akan memulai pertunjukannya setelah terlebih dahulu diumumkan bahwa si Dalang akan shalat Isya’ terlebih dahulu dan dilanjutkan berdoa kepada Allah agar pertunjukan bisa berjalan lancar dan selamat.

Dengan demikian Dalang pada masa itu adalah tokoh yang disegani oleh masyarakat Jawa. Dalam kehidupan sehari-hari ucapan dan perilaku Dalang menjadi contoh kebaikan pada masyarakat, dan si Dalang juga menjadi tempat bertanya bagi masyarakat tentang seluk beluk kehidupan. Pertunjukan wayang pun menjadi media dakwah Islam.

Dakwah dan Kekuasan

Bagaimana para Dalang dan pendakwah Islam bisa berjalan lancar di Jawa? Apa hanya karena kemampuan menggunakan peraga wayang milik Hindu? Apakah tidak ada gangguan dari masyarakat yang mayoritas beragama Hindu dan Budha?

Ada tiga nama tokoh penting yang tercatat dalam sejarah awal Islam di Jawa sebelum masa Walisongo. Pertama adalah Fatimah binti Maimun, makamnya di Gresik. Kedua adalah As Sayyid Maulana Malik Ibrahim makamnya di Gresik, dan orang ketiga adalah As-Sayyid Ibrahim Asmoro Qondi (Sayid Ibrahim As Samarqandi) makamnya di Tuban.

Orang pertama dan tertua adalah Fatimah binti Maimun. Dari prasasti di makamnya, diketahui beliau meninggal pada tahun 1082 M. Jadi pada masa kerajaan singosari sebelum Raja Kertanegara. Dilihat dari nisan kuburnya yang bergaya Kufi dan bentuk bangunan makamnya, maka Fatimah binti Maimun adalah orang yang datang dari Champa (Kamboja dan Vietnam atau Hindia Belakang). Hal itu tidak mengherankan karena pada masa itu kerajaan Singosari sudah mempunyai hubungan dagang dengan Champa.

Dapat diduga bahwa Fatimah binti Maimun adalah orang penting dalam rombongan dagang dari Champa yang kemudian menetap di Gresik sebagai daerah pelabuhan. Mungkin dengan keberadaan Fatimah binti Maimun maka masyarakat di Gresik mulai mengenal agama Islam.

Orang kedua adalah As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Alam. Ada beberapa versi tentang asal-usul As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim, namun yang paling mendekati adalah beliau berasal dari Pasai. Hal tersebut karena As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim datang ke Jawa di Gresik pada tahun 1379 M dan pada masa Raja Majapahit di pegang Ratu Suhita (1399 – 1429).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here