Mendikbud Serukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua ASEAN

456

Jakarta, Muslim Obsession – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyebut bahasa Indonesia merupakan kekuatan bangsa yang harus terus disebar luaskan ke penjuru dunia.

“Bahasa Indonesia adalah kekuatan kita, baik di dalam negeri maupun di panggung global. Mari kita selalu membela dan mengutamakan bahasa Indonesia, membawanya ke posisi terdepan,” tulis Nadiem dalam akun Instagram resminya, beberapa waktu lalu.

Menurut Nadiem, bahasa Indonesia punya keunggulan dari aspek historis, hukum, dan linguistik. Selain itu bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang diakui secara internasional. “Sudah selayaknya bahasa Indonesia duduk di posisi terdepan,” tulisnya.

Pernyataan Nadiem tersebut muncul sehubungan dengan usulan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Ismail Sabri Yaakob soal bahasa Melayu jadi bahasa resmi ASEAN pada lawatannya ke Indonesia beberapa waktu lalu.

Adapun akun Instagram resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi menuliskan Nadiem Makarim memberikan imbauan kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan aksi bela bahasa Indonesia dan mendukung gerakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua ASEAN.

“Bela bahasa Indonesia?Siapa takut!. Imbauan mas menteri untuk #InsanDikti seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan aksi bela bahasa Indonesia dan mendukung gerakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua ASEAN serta bahasa Indonesia lebih layak untuk dijadikan bahasa resmi ASEAN,” tulisnya.

Adapun Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) E. Aminudin Aziz menyatakan perkembangan bahasa Indonesia terus meningkat pesat bahkan melebihi bahasa induknya yakni bahasa Melayu. Bahasa Indonesia pun telah menjadi bahasa terbesar di Asia Tenggara dan persebarannya telah mencakup 47 negara di seluruh dunia.

“Pembelajaran bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) juga telah diselenggarakan oleh 428 lembaga, baik yang difasilitasi oleh Badan Bahasa, maupun yang diselenggarakan secara mandiri oleh pegiat BIPA, pemerintah, dan lembaga di seluruh dunia,” ujarnya dalam acara Bual Bicara Minda TV bertajuk “Bahasa Melayu-Indonesia sebagai Bahasa Antarbangsa”, Kamis (8/4/2022).

Aminuddin memaparkan bahasa Indonesia banyak menyerap istilah kosa kata dari bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan lain-lain. Selain itu, pengayaan kosa kata bahasa Indonesia berasal dari ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia baik Jawa, Sunda, Madura, Banjar, Papua, maupun daerah lainnya.

Menurut catatan riset etnolog yang dilaporkan pada bulan Desember 2021, penutur bahasa Indonesia ada 199 juta. Sementara itu, penutur bahasa Melayu 19 juta. Bahasa Melayu-Indonesia menurutnya, mempunyai bahasa yang serumpun tapi tidak serupa.

Hal ini dapat dilihat dari penggunaan penulisan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang berbeda. “Perbedaan ini sangat jauh dan situasi (kompleksitas perkembangan bahasa Indonesia) ini yang belum tentu terjadi pada bahasa di negara lain seperti bahasa Malaysia,” ungkap Aminudin.

Titik tolak perkembangan bahasa Indonesia kata dia, terjadi pada peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan saat bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dimasukkan ke dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 pada 18 Agustus 1945. Meski begitu, Aminuddin sepakat atas fakta bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

“Bahasa Indonesia berkembang jauh melebihi asal muasalnya (bahasa Melayu) karena bahasa Indonesia setelah penetapan status diangkat menjadi bahasa negara terus dikembangkan korpusnya, kamusnya, ejaan, tata bahasanya hingga seperti sekarang,” jelasnya.

Sementara itu, bahasa Melayu bagi orang Indonesia adalah salah satu dari 718 bahasa daerah. Menurutnya, ketika di Indonesia ada yang menyebut bahasa Melayu, perspektifnya adalah bahasa daerah. Merujuk data Badan Bahasa, di Indonesia ada 87 dialek bahasa Melayu.

“Jika ada pernyataan mari kita perkasakan (jayakan) bahasa Melayu, jelas kami menolak,” ujar Aminuddin. (Al)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here