Masjid Berusia Hampir 300 Tahun, Bukti Penyebaran Agama Islam di Bogor

4180
Al-Mustafa 0
Masjid Al-Mustofa yang terletak di Jalan Ciremai Ujung, Bantarjati, Bogor Utara diperkirakan telah berusia hampir 300 tahun. (Foto: Iqbal/Muslim Obsession)

Bogor, MuslimObsession.com – Apa yang Anda tahu dari Bogor? Selain hujan, kota yang mulai dijuluki sebagai Kota Sejuta Angkot ini juga terkenal dengan varian kulinernya yang luar biasa nikmat. Asinan, Laksa, Soto Mie, Toge Goreng, Es Pala, hingga Roti Unyil hanyalah segelintir penganan dari ratusan varian kuliner khas Bogor.

Bogor juga diketahui sebagai salah satu kawasan tua di Jawa Barat. Di sinilah letak kerajaan kuna Tarumanegara dan Pajajaran dengan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang namanya paling ‘kakontara’.

Nama Prabu Siliwangi juga terikat oleh sejarah di banyak daerah lainnya. Seperti dengan Majapahit dalam konteks ‘pernikahan berdarah’ antara Dyah Pitaloka dan Hayam Wuruk, juga dengan Cirebon yang didirikan putra mahkota Pajajaran, Walangsungsang atau Cakrabuana.

Namun, Bogor juga tak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di Tatar Sunda. Sejumlah situs yang menjelaskan jejak-jejak perkembangan Islam di Kota Hujan ini bisa kita temukan. Salah satunya adalah Masjid Al-Mustofa.

Ruang shalat Masjid Al-Mustafa, Bogor.

Menurut penuturan Ketua DKM Masjid Al-Mustofa, Mukti Natsir kepada Muslim Obsession, masjid yang terletak di Jalan Ciremai Ujung, Bantarjati, Bogor Utara ini diperkirakan berdiri pada 2 Ramadhan 728 Hijriyah atau 8 Februari 1307 Masehi. Angka ini jauh berbeda dengan keterangan tertulis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor yang menuliskan angka 1728 Masehi sebagai angka pembuatan masjid ini.

“(Masjid) Ini dulu sebelum ada Kota Bogor. Di sini kampung baru jadi cikal bakal tempat Bogor ini. Masjid Al-Mustofa ini didirikan tanggal 2 Ramadhan tahun 728 Hijriah hari Jumat, kalau masehinya tanggal 8 Februari tahun 1307,” ujar Mukti.

Menurutnya, Masjid Al-Mustofa didirikan oleh Tubagus H. Mustofa Al-Bakri dan H. Raden Dita Manggala. Keduanya, kata dia, merupakan besan. Tubagus H. Mustofa Al-Bakri berasal dari Banten dan Raden Dita Manggala dari Cirebon. Sosok Tubagus H. Mustofa Al-Bakri oleh masyarakat Bogor juga dikenal memiliki pondok pesantren yang dikelola bersama tiga kawannya.

Al-Mustafa 2
Ketua DKM Masjid Al-Mustofa, Mukti Natsir yang juga merupakan keturunan dari pendiri masjid.

“Tubagus di sini membangun masjid dan pesantren. Lokasi pesantrennya itu yang sekarang di buat kamar mandi. Kalau Tubagus H. Mustofa kan meninggalnya di Makkah, sementara murid-murid Tubagus dimakamkan bersama Raden Dita Manggala di sana,” jelas Mukti seraya menunjuk komplek makam sesepuh kampong, Raden Dita Manggala dan dua makam keturunan keluarga Tubagus H. Mustofa Al-Bakri.

Masjid yang pada mulanya dibangun seluas 11×35 meter itu saat ini memiliki luas 15×50 meter setelah mendapat perluasan. Secara turun temurun, masjid dijaga dan dirawat oleh keturunan Tubagus H. Mustofa Al-Bakri. Adapun Mukti Nasir merupakan generasi ke lima.

Meski sudah beberapa kali mengalami renovasi sejak dibangun hingga sekarang, bangunan masjid ini masih kental bernuansa sejarah. Itu terlihat dari arsitektur masjid yang memadukan unsur arsitektur Cirebon dengan Banten.

Di dalam masjid yang berusia hampir 300 tahun ini terdapat tiang yang dulunya terbuat dari kayu jati dengan sembilan goresan di bagian depan dekat mimbar yang melambangkan Walisongo. Namun sekarang tiangnya diganti dengan beton, meski tidak menghilangkan elemen bangunan baik struktur maupun ornamen yang ada di masjid.

3 KOMENTAR

  1. Assalamu’alaikum wr.wb,

    Ceritanya sungguh menarik dan spektakuler, kalau dilihat tahun kelahiran Masjid ini (728 H, atau 1307 M), Masjid ini harusnya masuk kedalam deretan Masjid tertua di Indonesia, mengalahkan Masjid Wapauwe (1414 M, Maluku), Masjid Ampel (1421 M, Surabaya) dan Masjid Agung Demak (1474 M, Kota Demak).

    Yth menulis, tolong dipertimbangkan catatan dibawah ini :
    1. Lokasi Masjid ini terletak didaerah keluarahan Bantarjati, Kota Bogor, Jawa Barat. Penyebaran Islam di Jawa Barat, Bogor pada khususnya lebih cenderung dilakukan oleh Syeikh Quro/Syeikh Hasanuddin(Karawang) dan pengikutnya, dimana Syeikh Quro mendarat di Karawang dan mendirikan pesantren dan Masjid sekitar tahun 1418 M;
    2. Pada tahun 1307 M Kerajaan besar di Jawa Barat adalah Kerajaan Sunda-Galuh dengan Raja yang bertahta Prabu Citraganda (1303-1311 M), agama yg ada Hindu-Budha. Pada masa ini di Jawa Barat belum masuk Islam termasuk Banten dan Cirebon;
    3. Seperti halnya Seikh Quro, pesantrennya didatangi putra Mahkota Raden Pamanah Rasa (Prabu Siliwangi), karena dianggap meresahkan masyarakat, kemungkinan yang sama pasti terjadi pada jaman Prabu Citraganda (tetapi tidak ada literaturnya);
    4. Tahun 1307 M nama Kampung Baru belum ada, Kampung Baru ditemukan oleh tim ekspedisi ke 1 yang dipimpin oleh sersan Scipio (VOC) pada tahun 1687 M, kemudian nama Kampung Baru dan pemerintahannya baru berjalan tahun 1689-1705 denga Demang petama Rd. Tanujiwa (Ki Mastanu).

    Demikian komentar dari Saya, mohon maaf atas koreksi dan masukannya, bukan semua infomasi yang akan disaurkan ke publik harus Shahih apalagi menyangkut Masjid,

    Wassalamu’alaikum wr. wb,

    (Endang Suhendar Diponegoro),
    (asal kota Bogor, sekarang tinggal di Cikampek-Karawang).

  2. Assalamualaikum wr wb
    Bapak ibu yg saya hormati dan di rahmati Allah ,, sejarah datang nya isalam dan perkembangan Islam kota Bogor ini sangat perlu dan penting sekali buat generasi muslim di zaman sekarang ini sebagai pembelajaran dan pendidikan,, jangan sampai abu abu atau pun hilang. Mohon informasi atau ada buku sejarah yang mencatat dan menceritakan hal tersebut.
    Kebetulan anak saya sangat membutuhkan nya.. sebagai bahan pembelajaran.
    Jika ada mohon sekali ,,dapat di kirim melalui email saya.
    Terima kasih

Tinggalkan Balasan ke H. Hasan Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here