Marah Bukan Solusi Terbaik, Mari Direnungkan!

1041

Muslim Obsession – “Jangan marah, bagimu surga”. Demikian Rasulullah ﷺ yang mulia memberi nasihat kepada umatnya tentang pentingnya menjaga hati dari marah. Siapa saja yang bisa menahannya, maka balasannya adalah surga.

Marah bukan solusi terbaik. Itu pasti, dan kita semua memahaminya sebagai kebenaran. Ketika sebuah persoalan disikapi dengan marah, maka tak ada kebaikan di dalamnya. Bukannya menyelesaikan persoalan, sebaliknya, marah justru menjerumuskan persoalan ke persoalan lain yang semakin dalam.

Di bawah ini kami hadirkan tulisan yang sangat baik untuk direnungkan. Viral di aplikasi percakapan, tulisan tersebut mengajak kita untuk tak mudah marah, tapi mudah memaafkan.

Baca juga: Boleh Marah, Tapi Tak Lebih dari 5 Menit!

Anakku, marah itu bukan solusi terbaik.

Karena marah pasti akan menggores luka di hati.  

Marah itu pekerjaan setan.

Marah itu bukan solusi terbaik.

Menyelesaikan masalah dengan marah hanya akan memunculkan masalah baru.

Balaslah kemarahan dengan senyum,

Balaslah kejahatan dengan kebaikan.

Membalas kemarahan dengan kemarahan, kapan selesainya?

Marah kepada orang marah, lantas apa bedanya?

 

Marah itu banyak ruginya daripada untungnya.

Marah itu banyak mudharatnya daripada manfaatnya.

Marah itu senang bila orang lain sakit hati atau hancur.

Sehingga marah bukan solusi terbaik bagi seorang muslim.

 

Orang kuat adalah orang yang bisa menahan marah.

Rasulullah ﷺ, adalah orang yang paling sulit  marah.

Rasulullah ﷺ, kalau marah, maka cepat pulih.

Rasulullah ﷺ, suka memaafkan, apapun kesalahannya.

Rasulullah ﷺ, tidak suka menyimpan benci, marah dan dendam.

 

Orang marah itu selalu merusak dan merugikan.

Bila bertindak, menyakitkan. Bila berbicara, menyakitkan.

Bila melakukan apapun, pasti akan menyakitkan orang.

Diamlah ketika sedang marah, jangan lakukan apapun.

Ambil lah air wudlu, duduk, berbaring, dan tidurlah.

 

Renungan:

Khalifah Umar bin Khathab pernah menjatuhkan hukuman cambuk kepada seorang pemabuk. Ketika pemabuk sedang dicambuk, dia meludahi muka Umar. Seketika itu juga Umar mengeluarkan perintah, “Berhenti!”

Umar ingin menghukum karena Allah, bukan karena marahnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here