Mahasiswa Undip Semarang Raih Emas Olimpiade Teknik Kimia Asia

1409

Jakarta, Muslim Obsession – Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang,
Arvin Muhammad Yafiz, berhasil membawa pulang medali emas pada ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul Trade Exhibition and Convention Center (SETEC), Seoul, Korea Selatan. Kegiatan tersebut berlangsung sejak Kamis sampai Sabtu (2-4/8/2018).

Arvin sukses menyisihkan peserta lain dari sejumlah perguruan tinggi, seperti Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakart dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya serta kampus lain dari 20 negara di dunia.

Dikutip dari NU Online, Ahad (5/8/2018), Arvin yang merupakan warga Pondok Buntet Pesantren itu bersama lima rekannya membuat purwarupa mesin untuk membuat ikan asin dengan efisien. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan proses fotokatalitik.

Ia menggunakan preparat silver yang dibuat dengan menggunakan ZnO sehingga dapat menghasilkan reaksi fotokatalis ketika disinari menggunakan lampu sinar UV.

“Reaksi fotokatalis ini akan mampu mereduksi logam berat pada ikan seperti Pb yang sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak,” katanya.

Tak hanya itu, jelas Arvin, juga dapat menyebabkan kematian mengingat 73% dari 59 sungai utama di Indonesia yang sudah tercemar dan berakhir di lautan, lanjutnya.

Pengeringan itu, lanjutnya, dilakukan lebih cepat 55%. Di samping itu, dalam proses penyimpanannya pun, hasilnya akan lebih lama dan tidak berjamur.

Arvin dan kawan-kawan menamai mesin itu dengan STOPS sebagai akronim dari Smart Tools of Photocatalytic System.

“Teknologi pengolahan dan pengeringan ikan terutama ikan asin yang sering diproduksi dan menjadi komoditas utama pasar menengah kebawah dalam negara-negara kepulauan,” jelasnya.

Dalam proses persiapan, Arvin mengaku mempersiapkan proposal penelitian dengan bantuan dosen pembimbing. Lalu, timnya mengevaluasi data-data yang telah diperoleh di laboratorium.

“Ketika ada data yang salah, maka literatur diganti, atau data yang menyimpang bisa dievaluasi kesalahannya di mana,” ungkapnya.

Inovasinya itu, kemudian, dikembangkan hingga sesuai teorema, dan mulai menyusun prototype dengan mencari bahan-bahan pendukung yang pantas dan kuat. Selain itu, bahan juga harus sesuai dengan kriteria dan banyak di pasaran, disusun, dicoba, kemudian dievaluasi.

Pria kelahiran 21 tahun lalu itu menuturkan bahwa penelitiannya membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun. “Ini merupakan penelitian tahun kemarin yang telah selesai pada akhir 2017 lalu. Kemudian mencoba untuk dilombakan di awal Maret 2018,” katanya.

Sebelum berlomba, Arvin tak menampik jika dirinya juga membuat proposal sponsor. Kemudian Arvin mengevaluasi data yang dihasilkan prototype, membuat desain poster, hingga mempercantik prototype agar aman, nyaman, dapat digunakan, hingga mengurus masalah transportasi untuk ke tempat tujuan.

Arvin menerangkan bahwa lomba berawal dari input data peserta dan seleksi abstrak. Setelah lolos abstrak, ia dan timnya menyusun makalahnya sesuai dengan format lomba yang diinginkan.

“Barulah bisa melakukan presentasi dan penjurian di hari H serta pameran kepada mahasiswa lain,” ujarnya.

Arvin tentu saja merasa bangga dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Menurutnya, kompetisi ini merupakan engalaman yang sangat berharga. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here