LISAN

1504

Oleh: Abdullah Mahmud

Lisan adalah juru bicara bagi diri manusia. Nilai manusia dapat dilihat dari ucapannya. Alqur’an mengajarkan kepada manusia agar bicara yang baik.

وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا

“Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia,” (QS. Al-Baqarah [2]: 83)

Begitu pula Nabi Muhammad ﷺ mengarahkan kita agar bicara yang bermanfaat,

« مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت »

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaknya bicara yang bagus atau diam,” (HR. Muslim)

Karena setiap ucapan itu ada tanggung jawabnya karena semua tercatat,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat),” (QS. Qaf [50]: 18)

Ketika Muadz bertanya kepada Nabi ﷺ apakah ucapan kita dimintai pertanggung jawaban?

“Celaka kamu ini, justru kebanyakan orang yang dijerumuskan mukanya ke dalam api neraka akibat dari ucapannya,” (HR. At-Turmudzi).

« أَيُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ »

“Tanda orang muslim yang benar itu apabila kaum muslimin aman dari lisan dan tangannya,” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Orang bijak berkata bahwa ada 6 tanda orang bodoh:

  1. Berbicara tidak bermutu.
  2. Marah tanpa sebab.
  3. Memberi bukan pada tempatnya.
  4. Percaya kepada setiap orang.
  5. Tidak bisa menyimpan rahasia.
  6. Tidak tau siapa kawan dan siapa lawan.

Lukman al-Hakim, orang bijak, mengatakan; diam itu ilmu tapi sedikit orang yang mempraktekkannya.

Ibnu Hibban al-Basti menyampaikan kepada para intelektual bahwa lisan itu menggambarkan 10 hal:

  1. Sebagai ekspresi ucapan.
  2. Sebagai ungkapan hati dan perasaan.
  3. Menjawab pertanyaan.
  4. Memutus perkara.
  5. Sebagai stimulus keperluan.
  6. Mengungkapkan sesuatu.
  7. Menghilangkan permusuhan.
  8. Mengungkapkan rasa cinta.
  9. Menghibur hati orang.
  10. Menghilangkan rasa sedih. (Raudhatul ‘Uqala wa Jannatul Fudhala, hal 43)

Kelemahan lisan itu ketika digunakan untuk sesuatu yang negatif. Seperti: ngobrol yang tak berguna, bicara yang nggak benar, cerita bohong, debat kusir, mencaci orang, bicara yang dibuat-buat lelaki seperti wanita dan sebaliknya, menyanyi yang tidak bermutu, bercanda yang menimbulkan pertikaian, mengejek orang lain, mengadu domba, berjanji palsu, ungkapan rasialis, hate speech, dll.

Agar kita selamat di hadapan Allah atau pada manusia, sepantasnya kalau lisan ini kita dipenjarakan kecuali untuk yang bermanfaat.

Hikmah yang luar biasa ketika Nabi Zakariyya ‘alaihissalam diperintahkan untuk tidak bicara selama tiga hari agar mendapatkan keturunan,

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗ قَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ اِلَّا رَمْزًا ۗ وَاذْكُرْ رَّبَّكَ كَثِيْرًا وَّسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْاِبْكَارِ

“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Allah berfirman, “Tanda bagimu, adalah bahwa engkau tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari,” (QS. Ali ‘Imran [3]: 41).

Alangkah indahnya bila lisan kita digunakan untuk berdakwah agar manusia kembali kepada Allah dan beramal shalih,

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (QS. Fushshilat [41]: 33).

Wallahu a’lam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here