Kopi Sehat UBM: Indonesia Bertauhid

535

Oleh: Ustadz Buchory Muslim (Dai Nasional Parmusi, Politisi Partai Ummat, Aktivis Islam & Advokat Muslim)

KITA ini adalah orang Islam atau Muslim yang lahir di Indonesia, bukan sekadar orang Indonesia yang beragama Islam.

Karena esensi sesungguhnya yang merupakan anugerah besar dari Allâh ﷻ adalah Islam yang merupakan ‘bawwabah’ atau pintu gerbang keimanan, bukan ‘jinsiyah’ atau kewarganegaraan kita.

Ini adalah anugerah besar Alläh ﷻ yang diberikan pada seluruh hamba dan makhlukNya yang bernama manusia, siapapun dia. Karenya, setiap yang lahir oleh orang tua manapun dan di belahan bumi manapun, itu adalah muslim atawa orang Islam tanpa kecuali.

Hanya kemudian berubah karena orangtua, atau lingkungan pergaulan kita yang membuat kita menjadi yahudi, nasrani, majusi atau tetap Islam.

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Mengadulah Hanya kepada Allah

Kenapa demikian? Karena Allâh ﷻ telah mensyahadatkan kita sejak sebelum menjadi manusia. Bahkan ketika kita masih berbentuk sperma. Baca QS. Al-A’raf [7]: 172. Begitupun sebutan sebagai Muslim pun itu ada sejak lama, sejak awal manusia ini diciptakan. Baca QS. Al-Hajj [22]: 78.

Kita adalah tetap hamba Allâh ﷻ yang Muslim, di manapun kita dilahirkan. Karena kita memang dilahirkan di bumi Allâh ﷻ yang bernama Indonesia, maka jadilah ‘jinsiyah’ kita Indonesia. Karenanya menjaga keislaman kita dengan sebaik-baiknya berarti kita telah menjaga ke-Indonesiaaan kita. Belum tentu bahkan tidak sebaliknya.

Kesyukuran kita sebagai muslim yang dilahirkan di Indonesia harus terus kita gemakan. Karena kita menyaksikan dan merasakan bagaimana Allâh ﷻ telah memberi hidâyah kepada para Tokoh Pendiri Negeri ini yang sebagian besarnya adalah ulama dan cendikiawan Muslim untuk merumuskan penguatan keislaman kita dalam membangun berdirinya negeri yang bernama Indonesia di bumi Allah ﷻ ini.

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Halal Makanannya, Kuat Ibadahnya, Akan Sehat Hidupnya

Oleh para ulama dan cendikiawan Muslim, negeri ini diberi sebutan dengan Negeri Bertauhid, negeri yang dibangun atas dasar Ketuhanan yang maha Esa, dia tidak menjadi negara sekuler, apalagi negara liberal, komunis apalagi atheis.

Hal ini tak bisa dibantah, karena terekam resmi dalam dokumen berdirinya Negeri ini yang menjadi Undang-undang dasarnya bahwa NEGARA BERDASARKAN KEPADA KETUHANAN YANG MAHA ESA dan pada pembukaannya tertulis ATAS BERKAT RAHMAT ALLÂH YANG MAHA KUASA DAN DIDORONGKAN OLEH KEINGINAN YANG LUHUR, MAKA RAKYAT INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAANNYA.

Kita berdiri sebagai sebuah negara berdasarkan pada Tauhid yang Indah. Kita membangun negeri ini sebagai rahmat Allâh ﷻ yang indah, karenanya kita berkarya dengan karya terbaik, berprestasi dengan prestasi yang apik, agar kelak di AKHIRAT menjadi kehidupan terbaik yang sesungguhnya buat kita.

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Pilihan Hidup

Karenanya, menjadi Muslim yang ‘kaaffah’ berarti kita telah memainkan peran menjadi warga negara Indonesia yang PANCASILAIS. Orang Islam yang menjalankan Agamanya dengan baik TIDAK BISA DITUDUH sebagai ANTI PANCASILA DAN ANTI NKRI, apalagi dengan dalih menyamakan atau mempersamakan semua agama.

Bersyukurlah kita sebagai ummat Islam yang lahir di Indonesia, di mana negeri yang dibangun atas berkat Rahmat Allâh ﷻ yang maha kuasa ini, menjadi negeri yang mayoritas muslim bahkan menjadi Negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Sehingga dengan mempraktekan Islam di Nusantara ini dengan baik dan benar, maka dia akan menjadi warna yang sangat indah menghiasi dunia, tetapi jika sebaliknya maka kita telah mewariskan dosa untuk kehidupan.

Apatahlagi sampai melegalkan, mengkampanyekan bahkan menyokong serta membiarkan investasi apapun yang nyata-nyata telah merusak generasi kehidupan seperti miras dan sejenisnya juga melegalkan seperti ‘eljibiti’ serta pemikiran yang liberal dan berbau pluralisme. Wal’ iyâdzu billâh.

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Meleburlah, Jangan Hanya Membaur

Maka hendaklah tauhid yang menjadi landasan ‘aqidah kita kiranya tetap kokoh dan lestari menjadi fondasi kehambaan serta terus berposisi sebagai asas untuk peran kekhalifahan kita. Bukankah hidup kita ini lebih bermakna jika kita mampu mempertahankan ‘aqidah dengan jihâd? Tentu dan pasti hanya itu!

 ان الحياة عقيدة وجهاد

“Sungguh kehidupan itu adalah aqidah dan jihad”

والله اعلم وبارك الله فيكم

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here