Kopi Sehat UBM: Halal Makanannya, Kuat Ibadahnya, Akan Sehat Hidupnya

498

Oleh: Ustadz Buchory Muslim (Dai Nasional Parmusi, Politisi Partai Ummat, Aktivis Islam & Advokat Muslim)

SATU waktu, kami mengantar seorang Syaikh untuk kembali ke tanah airnya di Bandara Internasional Soekarno Hatta dan terlebih dahulu mampir ke salah satu restoran cepat saji untuk makan sore.

Ketika shalat Maghrib yang diimami syaikh, kami merasa tak ada yang kurang atau keliru dari bacaan beliau. Tetapi begitu selesai salam dan istighfâr, beliau bertanya kepada kami, “Makanan apa yang kalian berikan pada saya tadi? Kenapa hafalanku jadi terganggu?”

Astaghfirullâh, ternyata makanan cepat saji yang sudah ada label halâl dan selama ini kita menganggapnya halâl dan thayyib serta tak ada masalah, ternyata menjadi sebab terganggunya hafalan Syaikh. Bagaimana dengan makanan yang tidak jelas halâl bahkan yang sering kita lupa minta izin pada Allâh تعالى dengan membaca bismillâh ketika menikmatinya? Yaa Rabbanâ maafkan dan ampuni kami.

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Pilihan Hidup

Pada peristiwa yang lain, ketika saya selalu mendampingi salah satu Tokoh senior yang terkenal dengan peristiwa ‘Pendeta Anglikan’ dan merupakan orang tua angkat Guru kami, setiap kembali dari Timur Tengah dan mendapat undangan ‘dinner atau lunch’, beliau selalu bershadaqah begitu selesai acara.

Satu waktu saya bertanya, “Ambo, saya perhatikan setiap kali kita diundang makan, begitu keluar dari undangan selalu ambo suruh cari orang atau datangi orang untuk dishadaqahi…”

Beliaupun menjawab, “Untuk membersihkan jika ada yang kurang dari makanan yang kita nikmati dari sisi halâl dan thayyibnya agar hafalan dan ibâdah kita tak terganggu!”

MâsyaAllâh!

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Meleburlah, Jangan Hanya Membaur

Hendaknya ini harus serius menjadi perhatian kita. Soal makanan halâl dan thayyib itu. Kenapa demikian? Bukankah Allâh عزوجل secara khusus memberi arahan yang sangat gamblang dan tuntas.

۞ يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ … الاعراف : ٣١

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,” (QS. Al-A’râf: 31).

Begitu pula Rasûlullâh ﷺ juga sangat serius memberi perhatian dan mengarahkan dengan detail tentang perut dan apa yang akan masuk kesana sebagaimana dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

 ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

“Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Âdam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas,” (HR. Ahmad).

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Pentingnya Pede

Syaikh Ibnul Qayyim Rahimahullâh menjelaskan bahwa Rasûlullâh mengajarkan seseorang cukup mengonsumsi beberapa suap makanan yang halâl dan thayyib untuk dapat menegakkan tulang punggungnya sehingga energinya stabil, staminanya tidak turun dan tubuh tidak menjadi lemah karenanya.

Jika kita menikmati lebih dari itu, bisa saja kita dapat mengonsumsi makanan dengan sepertiga volume yang bisa ditampung oleh ‘kampung tengah’ kita, sepertiga lagi untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk udara agar kita nyaman dan leluasa untuk bernafas. Inilah yang oleh pakar disebut memberi banyak manfaat bagi tubuh dan jantung.

Jika perut itu diisi penuh hanya dengan makanan, minuman akan sulit masuk. Dan jikalau dipenuhi dengan makanan dan minuman, kita akan sulit bernapas karena tak ada ruang udara sehingga kita begitu mudah lelah dan terkena penyakit, seperti layaknya ibu hamil karena membawa beban berat kemana-mana.

BACA JUGA: Kopi Sehat UBM: Teruslah Berbenah Diri

Begitu pula ada konsekuensi lain, seperti kerusakan jantung dan kelemahan organ tubuh untuk menjalankan ibâdah, bahkan sangat mudah terdorong oleh syaitan untuk melakukan perbuatan maksiat yang digerakkan oleh syahwat yang sudah menjadi konsekuensi perut yang kekenyangan, apatahlagi makanan dan minuman yang tak halâl dan thayyib.

Tubuh kita dengan segala organ yang terstruktur ini, hanya akan menjadi sehat dan kuat dengan takaran makanan dan minuman yang diterimanya, bukan dengan dijejali makanan sebanyak mungkin.

Dahulu sering kita dengar ungkapan empat sehat lima sempurna ketika menggambarkan tentang makanan atau apa yang kita nikmati dari hidangan yang sehat dan bergizi, tetapi sering dilupakan adalah halâl dan thayyibnya. Sehingga sekarang harus kita kampanyekan #Halal_makanannya, agar kuat ibâdahnya, maka hiduppun jadi sehat. Semoga ini semua menjadi perhatian serius dan berkelanjutan.

والله اعلم وبارك الله فيكم

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here