Denpasar, Muslim Obsession – Sekretaris Jenderal Laskar Bali I Ketut Ismaya mengklarifikasi insiden penolakan Ustadz Abdul Somad (UAS) di Denpasar, Bali, Kamis (7/12/2017).
Melalui akun Facebook-nya, I Ketut Ismaya menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Menurutnya, kejadian di Hotel Aston bukanlah Sweeping tapi untuk berdialog dengan UAS. Ia juga menolak pihaknya disebut-sebut membawa senjata tajam, karena benda yang dibawa salah seorang anggotanya adalah tongkat komando berkepala semar.
“Saya Agama Hindu dan Mertua saya Muslim dan kakek buyut istri sy seorang KYAI HJ jadi sy sangat menghormati Agama Istri saya juga agama lainya yg ada di Indonesia , kejadian kemarin di HOTEL ASTON saya kesana bukan untuk Sweeping tapi mencari USTADZ SOMAD untuk ikut berdialog serta menanyakan apa maksud Pak Ustadz tidak mau mencium BENDERA MERAH PUTIH, karna tidak ketemu saya keliling jadinya mencari sambil berteriak orang yang tidak NKRI usir dari BALI kami tidak mau diadu domba, oleh USTADZ yang Kotbahnya mengacu ke Radikaliseme .. dan perlu sy pertegas kami tidak ada yg membawa senjata tajam seperti gambar yg viral di medsos yang dibawa anggota sy adalah Tongkat Komando saya berkepala SEMAR,” tulisnya, Ahad (10/12/2017).
I Ketut Ismaya ingin bertemu langsung karena dirinya tak mau terpancing provokasi dengan isu-isu yang menyesatkan tentang UAS. Ia bahkan mengaku terharu setelah akhirnya mendengarkan penjelasan langsung dari UAS.
“Setelah saya dipertemukan dengan Ustadz Somad dan beliau mengatakan NKRI serta mau mencium BENDERA MERAH PUTIH, saya terharu dan bangga dan penyampaian saya pada saat itu di salah satu ruangan Hotel Aston dengan saksi-saksi 1. Bapak Kapolresta Denpasar dengan jajarannya. 2. Bapak Dandim Badung dengan jajarannya. 3. Ustad Somad dengan Panitia Penyelenggara. 4. Ormas saya LASKAR BALI & perwakilan. 5. Muslim juga ada NU Banser yg menolak. 6. Aliansi Peduli Bali tergabung ormas lainnya,” tulisnya lagi.
Ia menegaskan bahwa umat Hindu Bali tidak membenci agam Islam. Kedatangannya semata-mata karena mendengar UAS anti NKRI dan tidak mau mencium bendera merah putih.
“Karna kami umat hindu di bali jumlahnya sedikit makanya dengan adanya umat agama lain di bali kami sangat senang karna keluarga kami bertambah jadi kami meminta pada Ustadz jaga kami satukan kami jangan dipecah belah itu penyampaian saya saat itu dan apa yg saya katakan bisa saya pertanggung jawabkan kepada hukum dan Tuhan sy apabila sy mengada-ada cerita ini,” ungkapnya.
Setelah berdialog dan mendengarkan penjelasan, I Ketut Ismaya pun mengaku berpelukan dengan UAS. Sementara UAS sendiri diyakininya memahami alasan sebagian masyarakat Bali menjadi marah.
Di akhir tulisannya, I Ketut Ismaya meminta maaf kepada seluruh umat Islam atas insiden tersebut. Menurutnya, apa yang dilakukan pada saat itu hanya karena keinginannya menjaga NKRI dan Bali, tidak ada niat untuk melecehkan agama lain.
“Jadi mohon saudara kami umat muslim tidak ada maksud sy untuk mengusir tamu yg datang ke bali apa lg beliau seorang Ustadz ..Demikian yang dapat saya sampaikan dan mohon maaf kepada Umat Muslim kalau ada saya salah dan penyampaian saya salah karna sy manusia biasa tidak sempurna tapi hati dan niat sy mulia ingin menjaga NKRI dan BALI tidak ada Niat untuk melecehkan Agama lain apalagi MUSLIM Agama terbesar dan terhebat di Indonesia. Kalau sy pencitraan Tuhan saya Ida Shang Hyang Widhi Wasa akan tau itu dan pastinya saya akan di hukum oleh beliau. Jadi mulai hari ini saya minta jangan ada yg saling menghujat dan menghina, kita rakyat Indonesia Harus bersatu .. begitu juga bagi keluarga besar saya LASKAR BALI dan nyaman tiang semeton Bali. Salam hormat kami sekeluarga .. terima kasih,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah Ormas yang tergabung dalam Komponen Rakyat Bali (KRB) sempat menghadang UAS di Hotel Aston, Denpasar, tempatnya menginap. Unjuk rasa itu berakhir dengan mediasi dan safari dakwah UAS pun kembali dilanjutkan.
Tak diduga, sambutan umat Islam Bali justru sangat luar biasa. Tabligh Akbar itu tak cuma dihadiri sekitar 5.000 jamaah, melainkan juga dihadiri Raja Bali, Dr. Ida Cokorda Pemecutan XI yang menandakan dukungan rakyat Bali terhadap kegiatan tersebut. (Fath)