Kita Semua Adalah “Si Camat”, Bersiaplah!

251

Oleh: Adhes Satria (Pegiat Sosial)

Dalam sepekan, sudah beberapa hari berturut turut, DKM Masjid dan Musholla di lingkungan saya tinggal telah mengumumkan kabar duka cita melalui pengeras suara.

“Telah berpulang ke rahmatullah, Fulan bin Fulan dalam usia 83 tahun. Mari kita bacakan Al-Fatihah semoga almarhum diampuni segala dosa dan diterima amal ibadahnya. Bagi warga yang belum beraktivitas, ayo kita takziyah ke rumah duka yang berada di RT. 005/013,” seru pengurus DKM sehabis shalat Subuh.

Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Sudah tiga orang yang meninggal di dunia di lingkungan saya. Belum lagi di RT yang berbeda, namun masih di RW yang sama.

Dalam hati kecil saya, Malaikat Izrail sedang keliling kampung saya, untuk mendata nama-nama warga yang akan dicabut nyawanya lebih dulu. Tinggal menunggu jadwal, hari, tanggal dan bulan apa akan dipergilirkan.

BACA JUGA: Memberi Semangat itu Obat dan Separuh Kesembuhan

“Barangkali setelah itu saya yang akan dikunjungi Izrail untuk bertamu. Semoga saya bisa menyiapkan segalanya,” gumam saya.

Di saat malaikat pencabut nyawa patroli ke kampung saya dan membuka list data warga, di situlah ajal serasa dekat. Bisa dengan cara acak atau random. Semua sudah ada catatannya dan nomor antriannya.

Pasti sudah dipertimbangkan berdasarkan ketatapan takdirnya, mau yang sakit, sudah uzur, ataupun yang terlihat sehat dan segar bugar sekalipun. Jika sudah waktunya pulang, tak bisa ditawar tawar lagi dan diganggu gugat.

Mau yang punya penyakit jantung, diabetes, hipertensi, asma, stroke, auto imun, asam urat, asam lambung, lever, atau yang sudah komplikasi.

Atau yang sehari hari rajin berolahraga, baru saja bertemu dan ngobrol di jalan, atau yang paginya masih ngojek antar penumpang.

BACA JUGA: Berkeluh Kesah Bisa Mengundang Murka Allah

Mau tua atau yang muda. Yang kaya atau yang miskin, yang janda atau yang jomblo, yang sehat maupun yang lama menderita sakit.

Tak pandang bulu, Malaikat Izrail akan menunaikan tugasnya sesuai Protap. Tak ada yang dikurangi mau ditambahkan. Kalau sudah waktunya dijemput, tak ada yang bisa mengelak dan menghindari. Sekalipun berada di benteng yang kokoh dan tinggi.

Dan benar saja, belum lama sahabat saya meninggal dunia karena kecelakaan kendaraan. Tentu saja saya terkejut. Sebelumnya juga begitu, kawan dekat yang terlihat sehat malah dipanggil pulang lebih dulu.

Begitulah batas ajal manusia selalu menjadi misteri. Bisa saat kita terbaring, duduk, berjalan atau berkendaraan. Bisa saat di perjalanan, saat sedang ibadah, ataupun bekerja dan beraktivitas apapun.

BACA JUGA: Marah itu Jelek, Padamkan Bara Api itu dengan Air

Kita semua adalah para CAMAT atau Calon Mati. Paras yang dulu indah, tubuh yang dulu gagah, karir yang dulu gemilang, harta dan tahta yang dulu dibanggakan, kini sudah tiada lagi.

Segalanya musnah tak ada yang dibawa mati. Jasad ini terbujur menjadi bangkai yang tak berharga. Yang akan menjadi santapan belatung dan cacing tanah.

Semua teman, anak istri, saudara saudara dan kerabat akan berpisah. Tak ada yang bisa menemani. Hanya iman dan amal kita yang akan menemani di alam baka nanti.

Hanya doa anak yang shalih dan orang-orang yang beriman yang kita harapkan setiap waktu. Semoga diterangi dan dilapangkan kuburnya.

Kita semua adalah para CAMAT yang akan menunggu giliran dan antrian, cepat atau pun lambat. Mati dalam keadaan husnul khotimah atau suul khatimah, saat sedang beribadah atau dalam keadaan lalai dan maksiat.

BACA JUGA: Kok Disuruh Sabar Melulu, Sih?

Seorang sahabat berkata kepada saya, akhir-akhir ini kau nampak terlihat semakin dekat dengan Tuhan, kawan. Saya cuma menjawab singkat.

“Usia kita semakin berkurang, sobat. Bagaimana kita menghadap Tuhan kelak, jika kita tak persiapkan kematian yang indah. Bukan soal kematiannya. Karena kita semua pasti mati.”

Yang kita risaukan adalah bagaimana kita mati. Apakah kita akan menjadi orang yang celaka atau beruntung di alam barzah dan akhirat nanti? Aku takut sepulangku nanti msh dalam keadaan berlumuran dosa. Aku takut dengan segala penyesalan yang tiada berguna nanti.

Kawan, semoga persahabatan kita tidak hanya di dunia. Tapi berlanjut setelah kematian nanti. Semoga kita berjumpa lagi di alam yang berbeda, kawan.. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here