Kisah Seorang Guru yang Belajar kepada Muridnya

1635
Ilustrasi: Membaca Al-Quran.

Muslim Obsession – Syekh Ibnu Al-‘Arabi dalam Futuhat Al-Makkiyah mengutip sebuah kisah. Pada suatu pagi, seorang murid menemui gurunya dalam keadaan pucat pasi.

“Wahai Guru, semalam aku mengkhatamkan Al-Quran dalam Shalat malamku,” ungkap si murid kepada gurunya.

Sang Guru tersenyum. “Bagus Nak, nanti malam tolong hadirkan bayangan diriku di hadapanmu saat engkau membaca Al-Quran. Rasakanlah seolah-olah aku sedang menyimak apa yang engkau baca”.

Esok harinya, Sang Murid datang dan melapor pada gurunya, “Wahai Guru, semalam aku hanya sanggup menyelesaikan separuh dari Al-Quran”.

“Engkau sungguh telah berbuat baik,” ujar Sang Guru seraya menepuk pundaknya.

BACA JUGA: Kisah Mantan Direktur NATO yang Masuk Islam dan Menggemparkan Jerman

“Nanti malam lakukan lagi dan kali ini hadirkanlah wajah para Sahabat Nabi yang telah mendengar Al-Quran itu langsung dari Rasulullah. Bayangkanlah baik-baik bahwa mereka sedang mendengarkan dan memeriksa bacaanmu,” pinta Sang Guru.

Pagi-pagi Sang Murid sudah menghadap dan mengadu, “Duh Guru,” keluhnya. “Semalam bahkan hanya sepertiga Al-Quran yang dapat aku bacakan”.

“Alhamdulillah. Engkau telah berbuat baik,” kata Sang Guru mengelus kepala muridnya. “Nanti malam bacalah Al-Quran dengan lebih baik lagi. Sebab yang akan hadir di hadapanmu untuk menyimak adalah Rasulullah sendiri. Orang yang kepadanya Al-Quran diturunkan”.

Seusai Shalat Subuh, Sang Guru bertanya, “Bagaimana shalatmu semalam?”

BACA JUGA: Kisah Sayyidina Ali RA dan Seorang Nasrani Tua

“Aku hanya mampu membaca satu juz, Guru. Itupun dengan susah payah,” jawab Sang Murid.

“Masya Allah,” kata Sang Guru sambil memeluk muridnya dengan bangga.

“Teruskan kebaikan itu Nak. Dan nanti malam tolong hadirkan Allah ‘Azza wa Jalla di hadapanmu. Sungguh, selama ini pun sebenarnya Allah telah mendengar bacaanmu. Allah yang telah menurunkan Al-Quran. Dia selalu hadir di dekatmu. Jikapun engkau tak melihat-Nya, Dia pasti melihatmu. Ingat baik-baik. Hadirkan Allah, karena dia mendengar dan menjawab apa yang kau baca”.

Keesokan harinya, ternyata pemuda itu jatuh sakit. Sang Guru pun datang menjenguknya.

“Ada apa denganmu?” tanya Sang Guru.

Sang Murid menjawab sambil berlinang air mata.

BACA JUGA: Kisah Kecintaan Ukasyah kepada Baginda Nabi Muhammad

“Demi Allah, wahai Guru, semalam aku tak mampu menyelesaikan bacaanku. Al-Fatihah pun tak sanggup aku menamatkannya. Ketika sampai pada ayat, Iyyaaka na’budu wa Iyyaaka nasta’iin, lidahku kelu.

Aku merasa sedang berdusta. Dimulut aku ucapkan hanya kepada-Mu Yaa Allah aku menyembah dan hanya kepadaMu Yaa Allah aku meminta pertolongan. Tapi jauh didalam hatiku aku tahu bahwa aku sering memperhatikan yang selain Dia. Ayat itu tak mau keluar dari lisanku. Aku menangis dan tetap saja tak mampu menyelesaikannya”.

“Nak…,” kata sang Guru sambil berlinang air mata. “Mulai hari ini engkaulah Guruku. Dan sungguh aku Ini muridmu. Ajarkan kepadaku apa yang telah engkau peroleh. Sebab meski aku membimbingmu di jalan itu, aku sendiri belum pernah sampai pada puncak pemahaman yang kau dapat hari ini.”

Wallahu a’lam bish shawab.

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here