Kisah Nabi Isa dan Nabi Bernama ‘Ahmad’

12583
Ustadz Adi Hidayat.

Muslim Obsession – Sebagai penyampai risalah terakhir, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki satu keunggulan yang tidak bisa disaingi nabi-nabi lainnya. Keunggulan itu berkaitan dengan kedekatannya kepada Allah subhanahu wata’ala.

Dalam Bahasa Arab, tingkat kebaikan yang terkait dengan makhluk secara sosial, jika satu kebaikan maka ia disebut dengan ‘Mahmud’. Tapi jika terdapat banyak kebaikan maka ia disebut dengan ‘Muhammad’. Tapi jika hubungan ia dengan Allah (Al-Khaliq) satu sisi saja, maka ia disebut dengan ‘Hamid’.

Antum rajin Tahajjud tapi belum konsisten puasa sunnah, maka Antum disebut ‘Hamid’. Perempuannya disebut ‘Hamidah’. Namun kalau superlative banyak ibadahnya, tahajjudnya, sedekahnya, puasanya, dan segalanya, maka berubah kalimatnya. Dari kata ‘Hamid’ menjadi ‘Ahmad’,” jelas Ustadz Adi dalam sebuah tayangan video.

Ustadz Adi mengisahkan, umat Nabi Isa menduga putra Maryam tersebut adalah nabi terakhir karena ia memiliki sifat yang mirip dengan ramalan kitab bahwa nabi terakhir itu punya sifat baik dengan lingkungan masyarakat.

Nabi Isa disebut memiliki sifat yang lembut, tidak hanya kepada manusia tapi juga kepada hewan. Ketika Nabi Isa berjalan dengan murid-muridnya melewati aliran sungai, mereka melihat bangkai hewan yang baunya sangat busuk.

“Guru, bangkai ini baunya luar biasa (busuk),” kata salah seorang muridnya.

Pendapat Nabi Isa tentang bangkai tadi ternyata berbeda dengan murid-muridnya. Beliau berkata, “Begitu putih dan bersih sekali giginya”.

Saat ditanya kenapa Nabi Isa mengatakan demikian, ia menjawab, “karena manusia hanya akan menyampaikan dari apa yang ada dalam benak pikirannya”.

Dari kisah tersebut, jelas Ustadz Adi, jika seseorang memiliki pikiran kotor maka ia hanya akan melihat melihat bangkai hewan itu saja. Namun jika seseorang memiliki pikiran yang baik maka ia akan mencari yang terbaik dari hewan tersebut, seperti hewan merupakan ciptaan Allah yang memiliki hikmah dan kebaikan.

Kelembutan akhlak Nabi Isa itulah yang membuat umatnya menduga sebagai nabi terakhir.

Ketika mendengar tentang itu, Nabi Isa menjelaskan bahwa ia bukanlah nabi terakhir yang dimaksud. Menurut Nabi Isa, nabi terakhir memiliki sifat yang sama seperti dirinya terhadap semua makhluk. Namun nabi terakhir ini memiliki tingkat kedekatan kepada Allah yang tidak bisa ditandingi oleh nabi-nabi lainnya.

“Karena alasan itu Nabi Isa ‘alaihissalam tidak menyebut Muhammad tetapi Ahmad. Karena kalau disebut Muhammad, maka nilainya sama dengan beliau. Nabi Isa baik kepada hewan, begitu juga Nabi Muhammad,” ungkap Ustadz Adi.

Menurutnya, Nabi Isa menghormati hewan ketika sudah jadi bangkai, tapi Nabi Muhammad bahkan lebih menghormati hewan karena beliau meminta saat hewan akan disembelih untuk dihormati dengan tidak menyakitinya.

Nabi Muhammad berpesan untuk menajamkan terlebih dahulu pisaunya dan dilarang untuk menyembelihnya berulang-ulang. Bahkan ketika menajamkan pisau, dilarang untuk dilakukan di depan hewan yang akan disembelih.

Bahkan Nabi Muhammad juga memuliakan tumbuhan. Dalam keadaan perang ketika emosi memuncak, Nabi katakan agar jangan merusak tanaman. Teori ini cuma ada dalam Islam.

Oleh karena keagungannya itulah Nabiyullah Isa menyebut beliau dengan Ahmad, seperti dijelaskan dalam Al-Quran:

“Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad,” (QS. Ash-Shaf [61]: 6).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here